Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Hidden Cameras: Dari Indie Boy Jadi Bad Boy Lewat Musik Elektro Berlin yang Meditatif

CIFTIS: Siswa Indonesia Promosikan Budaya, Banggakan Negeri

Dunia Mafia: Menyusuri Kegelapan dengan Kehangatan

Pernahkah merasa seperti terjebak dalam lingkaran setan yang hanya menyuguhkan game-game bombastis, penuh janji revolusioner yang seringkali berujung pada kekecewaan? Industri game AAA saat ini seolah berlomba menyajikan pengalaman yang wajib masuk daftar Game of The Year, namun ironisnya, kadang yang paling dirindukan justru adalah game yang “biasa saja” – sebuah mahakarya kesederhanaan yang sekadar berfungsi sebagai pelipur lara. Artikel ini akan mengupas mengapa _The Old Country_, game terbaru dari seri _Mafia_, justru menjadi obat penawar rindu akan kenikmatan game “7/10” di tengah kekacauan industri.

## Ketika Ekspektasi Rendah Jadi Kunci Kebahagiaan Bermain Game

Sejarah hubungan antara banyak pemain dan seri _Mafia_ seringkali penuh drama. Cinta pada seri pertama, kemudian merasa hambar dengan yang kedua, dan akhirnya menyerah pada yang ketiga meski dengan latar yang unik. Namun, ketika _The Old Country_ diumumkan, antusiasme memuncak. Sebuah game _Mafia_ baru berlatar Italia di awal 1900-an, periode menarik yang terjebak di antara abad ke-19 dan modernitas, dan yang terbaik dari semuanya, game ini dikabarkan berdurasi pendek. Sebuah janji manis yang sulit ditolak.

Meski belum sempat mengulas secara penuh karena kesibukan, banyak pemain mulai menjelajahi game ini secara kasual. Beberapa ulasan awal yang beredar justru menjadi penunda, seperti Eurogamer yang menyebut desainnya “by-the-numbers” dan Kotaku yang mengkritik _gameplay_ “rote, dated”. Namun, bagi pemain veteran _Mafia_, kritikan semacam itu bukanlah hal baru. Sebuah game _Mafia_, apalagi yang bergenre _prequel_ dan memang dirancang sebagai penghormatan pada sinema gangster klasik seperti _The Godfather_, sudah pasti tidak akan menjadi revolusi dalam _gameplay_ _open-world_ atau narasi genre.

_The Old Country_ bahkan bukan game _open-world_ yang sejati. Seperti beberapa pendahulunya, pengalaman bermain game ini sangat terpandu, bersifat level-demi-level. Meskipun dunia yang ditampilkan luas dan sering meminta pemain untuk berkendara melintasinya, tidak ada elemen eksplorasi atau _sidequest_ yang lazim ditemukan dalam game _open-world_ modern. Game ini lebih tepat digambarkan sebagai _third-person shooter_ yang cerdik mengganti layar pemuatan dengan sesi berkendara santai melintasi pedesaan Sisilia yang memesona.

Karena ekspektasi yang rendah—dan ini adalah pujian—pengalaman bermain _The Old Country_ ternyata sangat menyenangkan. Yang selalu diinginkan dari game _Mafia_ hanyalah cara menyenangkan untuk menghabiskan waktu dengan kisah-kisah mob standar (yang seringkali menjadi yang terbaik), mobil-mobil klasik, dan membenamkan diri dalam opera sabun interaktif yang diselingi adegan berkendara, bukan iklan. _The Old Country_ berhasil memenuhi semua ekspektasi sederhana tersebut dengan sempurna.

## Pesona yang Terlupakan: Kenapa Game “Biasa Saja” Begitu Berharga

Seluruh pengalaman _The Old Country_ terasa sangat _on-brand_, baik sebagai game _Mafia_ maupun sebagai kisah mob. Penggambaran kehidupan di Sisilia tahun 1900-an berhasil memenuhi setiap kotak ekspektasi: cinta terlarang, konflik kelas, loyalitas, korupsi, dan ketegangan keluarga. Ditambah lagi, ada begitu banyak simbol Katolik yang dijejalkan di setiap ruangan dan sudut jalan, sampai-sampai bisa membuat Paus tersipu. Tidak ada kejutan, namun juga tidak ada kekecewaan. _The Old Country_ bertujuan untuk mengisi setiap garis gambar dengan sempurna, dan ia melakukannya dengan akurat.

Meskipun pengalaman mengemudikan mobil-mobil yang berat atau menunggangi kuda tidak pernah menyenangkan, pemain seringkali terpaksa menengok untuk mengagumi keindahan pedesaan yang ditawarkan. Game ini memang terlihat sangat indah. Meskipun sebagian besar plot mungkin tidak selalu menarik perhatian, banyak dialog yang tajam dan wajah-wajah karakter yang tampan, dengan rambut dada yang lebat dan senyuman licik, akan tetap teringat lama setelah kredit berakhir. Sebuah rekomendasi khusus bagi mereka yang belum mencoba: bermainlah dengan _dubbing_ Sisilia. Ini benar-benar transformatif dan membantu membangun suasana lebih dari lukisan Bunda Maria atau botol minyak zaitun yang terlalu detail. Menggunakan bahasa asli – yang berbeda dari Italia dan sangat menarik melihatnya diterapkan dengan begitu teliti dalam sebuah _video game_ – adalah sebuah keharusan.

Cara _The Old Country_ yang begitu dapat diprediksi namun sekaligus menghibur, membawa refleksi mendalam tentang apa yang mungkin terlewatkan seiring runtuhnya industri game AAA menjadi tumpukan puing yang membara. Ironisnya, di tahun 2025, banyak pemain mendapati diri mereka benar-benar merindukan _video game_ “7/10” yang bagus, yang terasa seperti hari-hari terakhir musim panas. Saat studio tutup, proyek dibatalkan, dan ribuan pengembang diberhentikan, tentu saja kita kehilangan _shooter_ besar, game aksi berlisensi, dan _battle royale_ multipemain. Namun, kita juga kehilangan game seperti _The Old Country_.

Ini adalah jenis game yang mungkin tidak akan pernah masuk daftar Game of The Year, atau membuat seseorang _cosplay_ sebagai karakternya, namun tetap terasa menyenangkan untuk dibayar dan dimainkan. Game yang tidak memberikan kejutan atau trik tersembunyi, tetapi memiliki anggaran produksi yang cukup dan grafis yang indah untuk membuat seseorang tersenyum pada hari ketika yang diinginkan hanyalah bermain _video game_, _video game_ apa saja, karena _video game_ itu hebat.

## Ketika “Oke Saja” Adalah Puncak Kenikmatan

Jadi, _The Old Country_ bukanlah sebuah terobosan dalam aksi _third-person_ atau penceritaan sejarah. Memang tidak perlu menjadi demikian. Game ini seperti sebuah buku bagus di sore hari yang hujan, episode terbaru dari opera sabun yang dapat diandalkan dan sudah lama berjalan, atau tiket untuk film _Mission Impossible_ ke-117. Game ini baik-baik saja, dan terkadang, “baik-baik saja” itu sudah lebih dari cukup, bahkan bisa menjadi hal yang sangat hebat dalam lanskap game saat ini.

Previous Post

Pixel 10 Pro XL AnTuTu: Skornya Bocor, Bikin HP Lain Minder

Next Post

Beatles ’64: Remaster Hidupkan Gema Lintas Generasi

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *