Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Hidden Cameras: Dari Indie Boy Jadi Bad Boy Lewat Musik Elektro Berlin yang Meditatif

CIFTIS: Siswa Indonesia Promosikan Budaya, Banggakan Negeri

Ed Sheeran Rencanakan Album Setelah Kematian: Implikasinya Bagi Industri Musik?

Ed Sheeran, sang wizard dari dunia permusikan, lagi-lagi bikin kita garuk-garuk kepala. Setelah sukses bikin kita baper maksimal dengan lagu-lagunya, sekarang doi mikirin gimana caranya tetep eksis… bahkan setelah lewat dari dunia ini. Seriusan, ini bukan plot film fiksi ilmiah, tapi rencana karir seorang Ed Sheeran. Emang boleh se-absurd ini?

Dari Play ke Pause: Playlist Abadi Ed Sheeran

Buat yang ketinggalan kereta, Ed Sheeran baru aja ngerilis album ke-8 yang bertajuk Play. Tapi, tunggu dulu, ini baru permulaan. Dalam wawancaranya dengan Zane Lowe, Ed blak-blakan soal rencananya untuk merilis empat album lagi setelah ini: Pause, Fast Forward, Rewind, dan Stop. Kayak lagi mainin kaset zaman old, ya? Tapi, tunggu sampai lo denger bagian selanjutnya.

Stop, katanya, bukan akhir dari segalanya. Ed punya satu kartu as lagi yang disimpen buat nanti, jauh di masa depan. Album pamungkas ini bakal berjudul Eject, dan akan dirilis… setelah dia meninggal. Iya, lo nggak salah baca. Album ini udah masuk dalam surat wasiatnya. Lebih niat dari nabung buat hari tua, kan?

Eject: Ketika Musik Melampaui Batas Kehidupan

Kenapa harus setelah meninggal? Apa nggak sekalian aja bikin konser hologram kayak Tupac? Ed punya alasan sendiri. Dia nggak mau karya-karyanya diobrak-abrik sama orang lain setelah dia pergi. Dia pengen semuanya terencana, tersusun rapi, dan sesuai dengan visinya. Jadi, dia mempercayakan tugas mulia ini kepada sang istri tercinta, Cherry Seaborn, untuk memilih lagu-lagu yang akan masuk ke album Eject. So sweet, tapi agak-agak creepy juga ya?

Ini kayak ngasih cheat code ke istri buat nge-game kehidupan. “Sayang, kalau aku udah nggak ada, tolong pilihkan lagu-lagu terbaikku buat album terakhir, ya.” Romantis sih, tapi kalau Cherry salah pilih lagu, bisa jadi bahan omongan fans seumur hidup, tuh.

Keputusan Ed ini memunculkan pertanyaan filosofis: seberapa jauh seorang seniman boleh mengontrol karyanya? Apakah hak cipta berlaku sampai akhirat? Dan yang paling penting, apakah kita bakal tetep dengerin Ed Sheeran di Spotify setelah kiamat?

Warisan Digital: Lebih Penting dari Warisan Harta?

Di era digital ini, warisan bukan cuma soal harta benda. Karya seni, khususnya musik, punya nilai abadi yang bisa terus dinikmati dari generasi ke generasi. Ed Sheeran paham betul soal ini. Dia nggak cuma ninggalin royalti buat anak cucu, tapi juga warisan musik yang bakal terus hidup di platform streaming.

Ini kayak bikin easter egg di dalam game. Setelah lo tamatin game-nya, masih ada kejutan-kejutan kecil yang bisa lo temuin. Sama kayak Ed, setelah dia “tamat” dari dunia ini, masih ada album Eject yang bakal bikin kita terus mengenangnya.

Stop Sebelum Eject: Sebuah Refleksi Diri

Meskipun punya rencana buat album post-mortem, Ed tetep fokus buat berkarya selama dia masih hidup. Dia bilang bakal memperlakukan album Stop seolah-olah itu adalah album terakhirnya. Dia pengen memberikan perhatian dan usaha yang sama seperti yang dia lakukan buat album-album sebelumnya.

Dia mencontohkan Jay-Z dengan album The Black Album di tahun 2004. Album itu dirilis seolah-olah itu adalah album terakhirnya, meskipun pada kenyataannya Jay-Z masih terus berkarya sampai sekarang. Ini kayak lagi main speedrun di game. Lo berusaha buat nyelesain game-nya secepat mungkin, tapi tetep dengan kualitas yang maksimal.

Menghadapi Keabadian dengan Humor dan Strategi

Rencana Ed Sheeran ini emang agak nyeleneh, tapi juga menunjukkan betapa seriusnya dia dalam berkarya. Dia nggak cuma mikirin soal popularitas dan uang, tapi juga soal warisan dan bagaimana dia ingin dikenang setelah dia pergi. Dia menghadapi keabadian dengan humor, strategi, dan sedikit sentuhan drama.

Bisa jadi, ini adalah bentuk seni baru: merencanakan kematian sebagai bagian dari karir. Siapa tahu, setelah ini bakal banyak musisi lain yang ngikutin jejak Ed Sheeran. Mungkin nanti ada album Reborn setelah mati suri, atau album DLC dari alam baka. Kita tunggu saja kejutan-kejutan selanjutnya.

Ketika Musik Jadi Lebih dari Sekadar Hiburan

Ed Sheeran ngajarin kita bahwa musik itu lebih dari sekadar hiburan. Musik adalah warisan, ekspresi diri, dan cara untuk terus hidup meskipun raga udah nggak ada. Dengan merencanakan album setelah kematian, dia menantang kita untuk mikirin soal keabadian dan bagaimana kita ingin dikenang setelah kita pergi.

Jadi, siapkah kita buat dengerin album Eject suatu hari nanti? Siapkan tisu, karena pasti bakal lebih baper dari lagu-lagu Ed Sheeran yang sebelumnya. Dan jangan lupa, siapin juga surat wasiat, siapa tahu lo juga pengen bikin album post-mortem kayak Ed Sheeran.

Playlist Akhirat: Kapan Rilisnya?

Pertanyaannya sekarang, kapan album Eject ini bakal dirilis? Apakah nunggu 50 tahun lagi? Atau mungkin lebih lama? Yang jelas, kita harus sabar nunggu dan terus dengerin lagu-lagu Ed Sheeran selama dia masih ada. Siapa tahu, salah satu lagu di album Play atau album-album berikutnya bakal jadi hint buat album Eject nanti.

Yang jelas, Ed Sheeran udah ngasih kita tontonan baru: sebuah drama karir yang nggak bakal pernah selesai, bahkan setelah dia nggak ada. Ini bukan cuma soal musik, tapi juga soal hidup, mati, dan bagaimana kita memaknai keduanya.

Game Over… Atau Continue?

Ed Sheeran udah ngasih kita quest baru: mikirin soal warisan digital dan bagaimana kita ingin dikenang setelah kita nggak ada. Apakah lo bakal bikin album post-mortem kayak Ed Sheeran? Atau mungkin lo punya ide lain yang lebih gila? Yang jelas, hidup ini kayak game. Ada yang main serius, ada yang main santai, ada juga yang main sambil mikirin ending-nya. Tapi, yang paling penting adalah menikmati setiap momennya, sebelum akhirnya… game over. Atau mungkin… continue?

Previous Post

Ozzy Osbourne Meninggal: Sharon Osbourne Terharu Atas Cinta Penggemar, Temukan Hobi Baru Falconry

Next Post

Pat Lam Usul Aturan Baru: Hentikan Waktu di 10 Menit Akhir Scrum, Gimana Dampaknya?

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *