Dark Mode Light Mode

Eksekutif EA Tutup Pintu Battlefield 6 di Steam Deck, Buka Peluang untuk Handheld Lain

Gamer, pernah nggak sih ngebayangin main Battlefield terbaru sambil rebahan di sofa, atau mungkin di kafe sambil ngopi? Steam Deck hadir untuk menjawab khayalan itu, tapi sayangnya, ada kabar kurang sedap dari medan perang.

Dunia gaming terus berkembang, menghadirkan inovasi yang bikin kita geleng-geleng kepala. Mulai dari grafis yang semakin realistis, cerita yang semakin kompleks, sampai perangkat gaming yang semakin portabel. Konsol handheld seperti Steam Deck memberikan kebebasan untuk bermain di mana saja dan kapan saja.

Steam Deck sendiri menjadi fenomena tersendiri. Konsol portable dari Valve ini menjanjikan pengalaman bermain game PC AAA layaknya di desktop, tapi dalam genggaman. Bayangkan, Cyberpunk 2077 atau Elden Ring bisa dimainkan di kereta, tanpa perlu repot membawa laptop gaming berat.

Sayangnya, harapan untuk merasakan adrenalin Battlefield terbaru di Steam Deck harus pupus. Vince Zampella, petinggi dari EA, secara resmi mengumumkan bahwa Battlefield terbaru (yang kabarnya disebut Battlefield 6 atau yang akan datang) tidak akan didukung di Steam Deck.

Keputusan ini tentu mengecewakan banyak gamer, mengingat potensi Steam Deck sebagai platform gaming yang semakin populer. Apalagi, banyak game AAA lain yang sudah mendapatkan verifikasi atau dukungan penuh untuk Steam Deck.

Alasan di balik keputusan EA ini sepertinya berkaitan erat dengan kompatibilitas sistem operasi (SteamOS) dan terutama anti-cheat. Singkatnya, sistem anti-cheat EA belum mendukung Linux, sistem operasi yang digunakan Steam Deck. Jadi, jangan salahkan Steam Deck-nya, ya.

Jadi, kenapa sih dukungan Steam Deck jadi isu penting? Apa dampaknya bagi para gamer? Dan apakah ada secercah harapan di masa depan? Mari kita bahas lebih lanjut.

Battlefield Absen di Steam Deck: Ada Apa dengan Linux?

Salah satu penyebab utama Battlefield tidak bisa dimainkan di Steam Deck adalah masalah kompatibilitas dengan SteamOS. SteamOS, sistem operasi yang digunakan Steam Deck, berbasis Linux. Meskipun Valve sudah berupaya keras agar game Windows bisa dimainkan di Linux melalui Proton, masih ada beberapa tantangan teknis yang perlu diatasi.

Masalah utamanya adalah sistem anti-cheat. Banyak game multiplayer menggunakan sistem anti-cheat untuk mencegah pemain curang. Sayangnya, banyak sistem anti-cheat yang belum mendukung Linux, termasuk sistem anti-cheat yang digunakan EA. Ini artinya, game dengan anti-cheat yang tidak kompatibel akan sulit atau bahkan tidak bisa dimainkan di Steam Deck.

Ironisnya, data dari ProtonDB menunjukkan bahwa sekitar 27% dari 100 game terpopuler di Steam berjalan lancar di Steam Deck. Selain itu, 52% lainnya mendapatkan rating “Gold”, yang berarti game berjalan baik dengan sedikit penyesuaian. Ini menunjukkan bahwa Linux dan Steam Deck sebenarnya sangat mampu memainkan banyak game PC.

Namun, anti-cheat tetap menjadi batu sandungan. Tanpa dukungan anti-cheat, game multiplayer rentan terhadap kecurangan, yang bisa merusak pengalaman bermain bagi semua pemain. Makanya, EA mungkin lebih memilih untuk tidak mendukung Steam Deck daripada mengambil risiko game mereka dipenuhi cheater.

Steam Deck vs. Konsol Lain: Pertarungan di Genggaman

Meskipun Battlefield absen, bukan berarti Steam Deck kehilangan daya tariknya. Justru sebaliknya, banyak developer lain yang semakin serius mempertimbangkan dukungan untuk Steam Deck dan Linux. Ubisoft, misalnya, sudah mengumumkan bahwa Assassin’s Creed Shadows akan mendapatkan verifikasi Steam Deck sebelum peluncurannya.

Perbandingan dengan konsol handheld lain seperti Nintendo Switch juga menarik. Switch menawarkan pengalaman bermain game eksklusif Nintendo dan game indie yang seru. Steam Deck, di sisi lain, menawarkan akses ke library game PC yang sangat luas, termasuk game AAA yang membutuhkan hardware mumpuni.

Tentu saja, masing-masing konsol punya kelebihan dan kekurangan. Switch unggul dalam hal eksklusivitas dan daya tahan baterai. Steam Deck unggul dalam hal performa dan fleksibilitas. Pilihan terbaik tergantung pada preferensi dan kebutuhan masing-masing gamer.

Lalu, apa implikasi jangka panjang dari keputusan EA ini? Apakah ini akan menjadi tren bagi developer lain? Atau justru sebaliknya, semakin banyak developer yang akan merangkul Steam Deck dan Linux?

Masa Depan Gaming Portabel: Akankah Linux Mendapat Tempat?

Keputusan EA bisa dianggap sebagai pukulan kecil bagi komunitas Steam Deck dan Linux gaming. Namun, ini bukan akhir dari segalanya. Justru, ini bisa menjadi momentum bagi Valve dan komunitas Linux untuk terus mengembangkan solusi anti-cheat yang kompatibel dan aman.

Dengan semakin banyaknya game yang mendapatkan dukungan Steam Deck, platform ini akan semakin menarik bagi para gamer. Apalagi, Steam Deck menawarkan fleksibilitas yang tidak bisa didapatkan di konsol lain. Anda bisa menggunakannya untuk bermain game, menonton film, bahkan bekerja. Serbaguna, kan?

Selain itu, dukungan dari developer besar seperti Ubisoft menunjukkan bahwa masa depan Linux gaming cukup cerah. Semakin banyak developer yang melihat potensi Linux dan Steam Deck, semakin besar kemungkinan kita melihat lebih banyak game AAA yang kompatibel di masa depan.

Mungkin saja, di masa depan, EA akan berubah pikiran dan memberikan dukungan untuk Steam Deck. Siapa tahu, dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kompatibilitas, Battlefield di Steam Deck bukan lagi sekadar mimpi.

Jangan Patah Semangat, Gamer!

Meski Battlefield tidak bisa dimainkan di Steam Deck sekarang, jangan berkecil hati. Masih banyak game seru lainnya yang bisa Anda nikmati di konsol handheld ini. Dan yang terpenting, komunitas gaming Linux terus berkembang dan semakin kuat.

Ingat, gaming itu tentang bersenang-senang dan menikmati game yang kita sukai. Jadi, teruslah bermain, teruslah bereksplorasi, dan jangan biarkan satu halangan menghentikan Anda. Siapa tahu, di masa depan, kita bisa bertemu di medan perang Battlefield di Steam Deck. Stay tuned!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Anak-anak Luka dalam Serangan terhadap Rumah Doa Kristen di Indonesia, Implikasi Mengkhawatirkan Muncul

Next Post

Kode Redeem Garena Free Fire Max 1 Agustus 2025: Jangan Sampai Ketinggalan Hadiahnya