Dalam pusaran digital yang tak kenal lelah, sebagian besar pengguna mungkin merasa bahwa menunggu pembaruan antarmuka itu seperti menunggu bus di jam sibuk – lama, penuh ketidakpastian, dan terkadang, yang datang bukan yang diharapkan. Namun, ada satu saga yang seolah tak berujung dan telah berlangsung hampir selama satu dekade, membuat mata para pengguna Windows berkunang-kunang karena inkonsistensi. Inilah Kisah Mode Gelap Windows: Dari ‘Mungkin Nanti’ hingga ‘Akhirnya, Setelah Dekade’, sebuah narasi tentang perjalanan panjang menuju kegelapan yang konsisten di sistem operasi paling populer di dunia.
Mengapa Mode Gelap Ini Selalu Jadi Drama?
Perjalanan mode gelap Windows dimulai dengan janji yang cukup megah, tepatnya pada tahun 2016 saat Microsoft memperkenalkan opsi ini di Windows 10. Para pengguna saat itu mungkin membayangkan sebuah lanskap digital yang seragam, di mana setiap elemen antarmuka akan memeluk kegelapan dengan anggun. Namun, realitasnya jauh dari ideal, lebih menyerupai sebuah pesta kostum di mana sebagian orang datang dengan pakaian formal gelap, sementara yang lain masih santai dengan kaos oblong terang.
Fenomena “mish-mash” atau campuran aduk antara tema terang dan gelap ini menjadi pemandangan yang familiar. Saat membuka satu aplikasi, tampilannya mungkin gelap, namun begitu beralih ke jendela lain, mata harus segera menyesuaikan diri dengan semburat cahaya yang tiba-tiba muncul. Ini bukan hanya masalah estetika; inkonsistensi ini menciptakan pengalaman pengguna yang canggung dan seringkali mengganggu, terutama bagi mereka yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar.
Bahkan setelah Windows 11 diluncurkan, harapan akan konsistensi tampilan gelap sempat membumbung tinggi, namun perlahan kembali melandai. Sebagian besar elemen memang sudah menganut tema gelap, memberikan kesan modern yang lebih matang. Namun, ada saja sisa-sisa peninggalan era terang yang masih bercokol kuat, menolak untuk bertransformasi sepenuhnya. Ini menimbulkan pertanyaan besar: mengapa butuh waktu begitu lama untuk menyinkronkan satu fitur dasar yang sudah sangat umum?
Terowongan Gelap yang Mulai Terang (Sedikit)
Namun, ada secercah harapan yang muncul dari kedalaman kode preview build terbaru Windows 11. Pengamat Windows yang jeli, Phantomofearth, berhasil menemukan pembaruan signifikan pada dialog operasi file. Kini, ketika pengguna sedang menyalin atau menghapus file, kotak dialog yang muncul akhirnya akan tampil dalam mode gelap. Ini adalah sebuah kemajuan yang patut dicatat, mengingat sebelumnya elemen krusial ini masih betah dengan tampilan terangnya yang kontras.
Meskipun ini merupakan langkah maju yang berarti, perjalanan menuju kegelapan yang sempurna masih memiliki batu sandungan. Observasi lebih lanjut menunjukkan bahwa tombol-tombol pada dialog tersebut, ironisnya, masih berwarna terang. Kondisi ini secara lucu mengingatkan pada seseorang yang memakai jas hitam elegan, tetapi masih mengenakan kaus kaki putih mencolok. Ini menegaskan bahwa meskipun niatnya ada, implementasinya masih dalam tahap penyempurnaan.
Microsoft sendiri belum mengeluarkan pengumuman resmi terkait perbaikan mode gelap Windows 11 ini. Namun, perubahan kecil seperti ini seringkali menjadi indikasi awal dari perombakan yang lebih besar dan komprehensif. Ada spekulasi bahwa pembaruan besar 25H2, yang dijadwalkan hadir akhir tahun ini, bisa jadi momentum di mana konsistensi mode gelap yang telah lama dinanti akhirnya menjadi kenyataan.
Tantangan Berlumut dan Harapan Setipis Benang
Sayangnya, skeptisisme masih membayangi. Elemen-elemen antarmuka seperti Control Panel, jendela Run prompt, dan UI properti file hingga kini masih terpaku dalam mode terang. Ini adalah bagian-bagian sistem operasi yang terasa seperti kapsul waktu dari dekade sebelumnya, dan seolah enggan mengikuti tren modern. Setelah hampir satu dekade sejak mode gelap pertama kali diperkenalkan, sulit untuk tidak bertanya-tanya kapan Microsoft akan menemukan waktu untuk mengatasi sisa-sisa warisan terang ini.
Sejarah mencatat bahwa Microsoft memang memiliki rekam jejak yang cukup lambat dalam mengimplementasikan mode gelap secara menyeluruh. Contoh paling jelas adalah File Explorer di Windows 10, yang membutuhkan beberapa tahun hingga akhirnya mendapatkan mode gelap yang layak. Lambatnya progres ini seringkali membuat para pengguna merasa seperti sedang menonton siput yang berlomba lari maraton, di mana garis finis seolah tak kunjung terlihat.
Kontras mencolok terlihat ketika membandingkannya dengan kompetitor. Apple, misalnya, telah lama menghadirkan mode gelap yang konsisten dan mulus di macOS. Sejak dirilisnya macOS Mojave pada tahun 2018, pengguna Mac telah menikmati pengalaman visual yang terintegrasi dan tanpa celah antara terang dan gelap. Bahkan, desain baru “Liquid Glass” yang akan datang, dengan fokus pada transparansi, menunjukkan bahwa inovasi desain UI terus bergerak maju dengan cepat.
Ada banyak alasan yang mungkin menjelaskan lambatnya progres Microsoft, mulai dari kompleksitas kode warisan hingga prioritas pengembangan yang berbeda. Namun, bagi pengguna, yang terpenting adalah pengalaman sehari-hari. Sebuah mode gelap yang benar-benar konsisten tidak hanya nyaman untuk mata, tetapi juga memberikan kesan modern dan rapi pada sistem operasi. Ini adalah salah satu fitur dasar yang diharapkan ada di OS modern tanpa perlu menunggu janji-janji yang tak kunjung terealisasi.
Perjalanan Microsoft menuju mode gelap yang sempurna memang terasa seperti sebuah epos yang panjang dan penuh liku. Dari awal yang campur aduk di Windows 10 hingga langkah-langkah kecil namun berarti di Windows 11, setiap pembaruan membawa harapan sekaligus tantangan. Konsistensi antarmuka adalah pilar penting dalam pengalaman pengguna yang intuitif dan menyenangkan, dan dengan pembaruan yang terus berjalan, ada harapan bahwa Windows akhirnya akan sepenuhnya merangkul kegelapan dengan integritas.