Dunia Dota 2 baru saja menyaksikan sebuah klimaks yang lebih dramatis dari plot sinetron azab. Team Falcons, yang digadang-gadang sebagai rising star dari Eropa, sukses membuktikan bahwa latihan keras dan strategi matang bisa mengalahkan tim-tim yang sudah malang melintang di dunia kompetitif. Tapi, tunggu dulu, kemenangan ini bukan sekadar tentang GGWP atau ez game. Ini adalah tentang bagaimana sebuah tim bisa merajai panggung dunia di tengah persaingan yang sengitnya nggak ada akhlak.
Era Baru Sang Elang: Team Falcons Mengudara di TI 2025
Team Falcons, dengan formasi pemain yang solid dan strategi yang out of the box, berhasil menaklukkan Xtreme Gaming di babak final The International (TI) 2025. Kemenangan ini bukan hanya mengamankan gelar juara dunia, tapi juga membuktikan bahwa Eropa Barat masih menjadi kekuatan dominan di dunia Dota 2. Bayangkan, tujuh tim dari wilayah yang sama berhasil meraih gelar juara dunia. Ini bukan lagi dominasi, tapi sudah seperti monopoli rasa bangga.
Kemenangan ini juga mencetak sejarah baru bagi beberapa pemain. Oliver “Skiter” Lepko dan Jing “Sneyking” Wu kini bergabung dalam klub eksklusif para juara TI dua kali, setelah sebelumnya meraih gelar yang sama di TI 2022 bersama Tundra Esports. Sementara itu, Stanislav “Malr1ne” Potorak, Ammar “ATF” Assaf, dan Andreas “Cr1t-” Nielsen akhirnya merasakan manisnya gelar juara dunia. Terutama bagi Cr1t-, yang telah berpartisipasi dalam sembilan edisi TI. Akhirnya, penantian panjang berbuah manis, seperti nunggu antrean BPJS.
Strategi Jitu Aui_2000: Dari Pemain Jadi Dewa Taktik
Namun, ada satu nama yang mencuri perhatian lebih dari yang lain: Kurtis “Aui_2000” Ling. Sang pelatih Team Falcons ini mencatatkan diri sebagai individu pertama yang meraih tiga gelar TI, satu sebagai pemain (bersama Evil Geniuses di tahun 2015) dan dua sebagai pelatih (bersama Tundra Esports di tahun 2022 dan Team Falcons di tahun 2025). Ini adalah bukti nyata bahwa otak encer dan pengalaman bisa menjadi senjata paling mematikan di dunia kompetitif Dota 2. Aui_2000, dengan segudang pengalamannya, mampu meramu strategi yang efektif dan memberikan arahan yang tepat bagi para pemain Falcons.
Xtreme Gaming: Hampir Juara, Tetap Jadi Sorotan
Di sisi lain, Xtreme Gaming harus puas dengan posisi runner-up. Meski gagal meraih gelar juara, performa mereka tetap patut diacungi jempol. Perjalanan mereka di TI 2025 penuh dengan drama dan kejutan. Setelah tampil dominan di babak grup, Xtreme Gaming harus menghadapi berbagai rintangan di babak playoff. Sayangnya, mimpi mereka untuk mengembalikan kejayaan Dota 2 Tiongkok harus tertunda. Sudah sembilan tahun lamanya sejak Wings Gaming terakhir kali membawa pulang Aegis of Champions ke Tiongkok. Lama banget kayak nunggu THR cair.
Ambisi Ame: Antara ‘Uncrowned King’ dan Kutukan Game Kelima
Lebih lanjut, ada kisah pilu dari Wang “Ame” Chunyu, carry andalan Xtreme Gaming. Julukan ‘The Uncrowned King’ tampaknya masih melekat erat padanya. Sudah tujuh kali Ame berpartisipasi di TI, dan tujuh kali pula ia gagal meraih gelar juara. Yang lebih menyakitkan, ini adalah kali ketiga Ame kalah di game kelima babak final TI, setelah sebelumnya mengalami nasib serupa di TI 2018 dan TI 2021. Mungkin, Ame perlu mencoba ruqyah online untuk menghilangkan kutukan ini.
Momentum Kebangkitan Dota 2 Tiongkok
Meski gagal juara, performa Xtreme Gaming tetap memberikan secercah harapan bagi dunia Dota 2 Tiongkok. Setelah beberapa tahun mengalami penurunan, kini terlihat tanda-tanda kebangkitan. Apalagi, dengan pengumuman bahwa TI 2026 akan diselenggarakan di Shanghai, Tiongkok. Ini adalah kesempatan emas bagi tim-tim Tiongkok untuk menunjukkan kekuatan mereka di hadapan publik sendiri. Saatnya balas dendam di kandang sendiri!
Awal Mula Sebuah Perjalanan: Falcons dan Xtreme di TI 2025
Team Falcons memasuki TI 2025 sebagai salah satu tim favorit, setelah mendapatkan undangan langsung dan memenangkan turnamen besar terakhir sebelum TI. Sementara itu, Xtreme Gaming tidak diunggulkan, setelah harus berjuang melalui babak kualifikasi regional Tiongkok. Bahkan, mereka harus mengganti salah satu pemainnya, Wilson “poloson” Koh Chin, karena masalah kesehatan. Namun, semua keraguan itu berhasil mereka tepis dengan performa gemilang di sepanjang turnamen.
Dominasi Xtreme di Awal Turnamen
Xtreme Gaming berhasil mencuri perhatian di awal turnamen dengan menyapu bersih semua pertandingan di babak grup. Mereka mengalahkan tim-tim kuat seperti Aurora Gaming, Team Spirit, Team Tidebound, dan bahkan Team Falcons. Ini adalah bukti bahwa Xtreme Gaming datang ke TI 2025 dengan persiapan matang dan mental juara. Sayangnya, performa gemilang ini tidak berlanjut hingga babak final.
Falcons Bangkit dari Keterpurukan
Sementara itu, Team Falcons sempat mengalami kesulitan di babak grup, setelah kalah dari Xtreme Gaming dan Team Tidebound. Mereka bahkan harus berjuang melalui babak eliminasi untuk mengamankan tempat di babak playoff. Namun, Falcons berhasil bangkit dan menunjukkan mentalitas juara dengan mengalahkan Team Spirit di babak eliminasi. Kekalahan di babak grup tampaknya menjadi cambuk bagi mereka untuk tampil lebih baik.
Babak Playoff: Pertarungan Sengit Menuju Grand Final
Babak playoff menjadi ajang pertarungan sengit bagi kedua tim. Xtreme Gaming berhasil melanjutkan dominasi mereka dengan mengalahkan Tundra Esports di babak perempat final upper bracket. Namun, mereka harus mengakui keunggulan PARIVISION di babak semi final upper bracket dan terlempar ke lower bracket. Sementara itu, Team Falcons tampil perkasa dengan mengalahkan Team Tidebound, BetBoom Team, dan PARIVISION untuk mengamankan tempat di babak final.
Xtreme Comeback dari Lower Bracket
Xtreme Gaming tidak menyerah begitu saja. Mereka berhasil bangkit dari lower bracket dengan mengalahkan Nigma Galaxy, BetBoom Team, dan PARIVISION. Kemenangan ini membuktikan bahwa Xtreme Gaming memiliki mental juara dan tidak mudah menyerah dalam situasi sulit. Mereka pun berhak menantang Team Falcons di babak final.
Drama Lima Game di Grand Final
Babak final antara Team Falcons dan Xtreme Gaming berjalan sangat sengit. Empat game pertama berjalan timpang, dengan kedua tim saling bergantian meraih kemenangan. Xtreme Gaming unggul terlebih dahulu di game pertama, namun Falcons membalas di game kedua. Xtreme Gaming kembali unggul di game ketiga, namun Falcons memaksa pertandingan berlanjut ke game kelima dengan kemenangan di game keempat. Penentuan juara pun harus ditentukan di game kelima.
Falcons Unggul di Game Penentuan
Di game kelima, Team Falcons tampil sangat dominan sejak awal pertandingan. Mereka berhasil mengendalikan jalannya pertandingan dan secara perlahan menghancurkan pertahanan Xtreme Gaming. Meski Xtreme Gaming berusaha keras untuk melakukan comeback, namun Falcons tidak memberikan celah. Setelah 58 menit bertarung, Team Falcons akhirnya memastikan kemenangan dan meraih gelar juara The International 2025.
Kemenangan Team Falcons di TI 2025 adalah bukti bahwa kerja keras, strategi matang, dan mental juara bisa membawa sebuah tim meraih kesuksesan. Sementara itu, Xtreme Gaming harus puas dengan posisi runner-up, namun mereka tetap menjadi salah satu tim yang patut diperhitungkan di dunia Dota 2. Yang jelas, persaingan di dunia Dota 2 akan semakin sengit di masa depan, dengan munculnya tim-tim baru yang siap menantang dominasi tim-tim mapan. Kita tunggu saja, kejutan apa lagi yang akan terjadi di TI 2026? Siapakah yang akan meraih Aegis of Champions tahun depan? Hanya waktu dan skill yang akan menjawabnya.