Dark Mode Light Mode

Fans The Who Baru Sadar Makna Nama Band: Sebuah Wahyu Musik

Jangan kira semua band rock lahir dengan nama yang langsung ikonik. Bayangkan, jauh sebelum menghancurkan gitar di panggung dan menjual habis tiket konser, The Who hanyalah sekumpulan pemuda London dengan nama yang… jauh berbeda.

Dari The Detours Hingga The Who: Kisah Nama yang Bikin Ngakak

Perjalanan menuju nama legendaris The Who ternyata seru dan penuh drama, layaknya plot twist di FTV. Bayangkan, ada klub malam yang meragukan, bentrokan nama, dan sesi brainstorming tengah malam yang nyaris menghasilkan nama yang… err, unik. Banyak fans baru yang penasaran, lho, kok bisa jadi The Who? Nah, mari kita kulik kisah di baliknya.

Semuanya berawal di Acton, London Barat. Roger Daltrey, yang saat itu masih remaja, sudah merasa jadi outsider. Ia dikeluarkan dari sekolah di usia 15 tahun dan akhirnya bekerja di proyek konstruksi. Jiwa rebel memang sudah terpancar sejak dini, ya.

Pada tahun 1959, Daltrey membentuk The Detours, sebuah band yang tampil di pernikahan dan acara-acara perusahaan. Bayangkan Daltrey muda mengatur musik sekaligus keuangan band. Sungguh multitasking yang hakiki.

Kemudian, Daltrey melihat John Entwistle berjalan dengan bass di pundaknya. Langsung diajak gabung! Entwistle, sebagai timbal balik, mengajak Pete Townshend, seorang gitaris yang ia kenal dari sekolah. Formasi awal yang powerfull.

Awalnya, musik mereka dipengaruhi oleh lagu-lagu instrumental dari The Shadows dan The Ventures, ditambah sedikit jazz tradisional. Line-up band juga sering berubah-ubah, seperti ganti password Wi-Fi.

Masalah muncul di awal tahun 1964. Ternyata, sudah ada band lain yang bernama The Detours! Lebih spesifiknya, Johnny Devlin and the Detours. Aduh, repot juga ya kalau nama bandnya sama. Kebayang kan confusion-nya?

"The Who" Hampir Jadi…? Ide Nama yang Nyeleneh

Menurut Townshend, ia dan teman serumahnya, Richard Barnes, begadang semalaman untuk mencari nama baru. Mereka mencoba mencari tema pengumuman panggung yang lucu. Nama-nama seperti No One dan The Group sempat terpikirkan. Seriusan? No One? Kayak judul lagu galau, ya.

Townshend sebenarnya suka The Hair, tapi Barnes lebih condong ke The Who. Pertarungan ide nama yang sengit, layaknya debat capres. Untungnya, akal sehat menang.

"I Can't Explain": Awal Mula The Who Mendunia

Nama The Who pertama kali digunakan saat merilis "I Can't Explain" pada tahun 1965. Single ini langsung masuk sepuluh besar di Inggris dan membuka jalan bagi serangkaian hits yang mendefinisikan generasi: "Substitute", "My Generation", "Pictures of Lily", dan akhirnya album konsep Tommy pada tahun 1969. Bayangkan, dari band wedding jadi legenda!

Pada tahun 1965, Paul McCartney menyebut mereka "sesuatu yang paling menarik". John Lennon terkesan dengan "Pinball Wizard" hingga meminjam gaya akustiknya untuk "Polythene Pam". Keren, kan?

Jimi Hendrix meminta setting amplifier Pete Townshend saat tiba di London pada tahun 1966. Pink Floyd, Queen, dan The Ramones juga menyebut The Who sebagai inspirasi awal mereka. Efek domino yang luar biasa!

Warisan Musik The Who: Lebih dari Sekadar Penghancur Gitar

The Who bukan hanya sekadar band yang merusak gitar di panggung. Mereka adalah inovator, pendongkrak semangat, dan penyedia soundtrack kehidupan bagi banyak orang. Musik mereka tetap relevan hingga kini, membuktikan bahwa kreativitas dan semangat juang adalah kunci sukses. Siapa sangka, dari nama yang hampir absurd, lahir sebuah legenda. Mungkin, ini saatnya kita brainstorming ide-ide gila? Siapa tahu, ide itu bisa jadi the next big thing! Jangan takut mencoba hal baru, siapa tahu kamu bisa menjadi the next The Who!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Penurunan Pendapatan Warner Bros. Games Ancam Industri Game Indonesia

Next Post

Ledakan Dahsyat di Gudang Amunisi TNI Garut Tewaskan 13 Orang