Ketika hidup terasa ngeselin dan rasanya cuma ingin teriak sekencang-kencangnya ke dalam lubang tanah, ternyata Florence Welch punya ide yang lebih cemerlang. Pekan lalu, video Florence Welch — front person dari Florence + The Machine — yang berteriak-teriak histeris ke dalam lubang di tanah sempat bikin jagat maya geger, dan fans pun seketika panik sekaligus curious berat. Untungnya, kegilaan itu kini ada jawabannya, dan bukan, ini bukan karena harga bawang merah sedang melambung. Kini semuanya masuk akal, sebab Ketika Florence Welch Berteriak (Bukan) Karena Harga Bawang: Album Baru Florence + The Machine Siap Menggemparkan! akhirnya terungkap.
Teriakan Legendaris yang Berujung pada Album Baru: Sebuah Investigasi (Kucing Garong)
Video viral yang diunggah Florence Welch di akun Instagram pribadinya menampilkan aksi yang cukup dramatis: ia dengan kalap menggali lubang di tanah, lalu melepaskan jeritan yang sukses bikin bulu kuduk merinding. Momen tersebut dengan cepat menjadi meme dan bahan spekulasi para penggemar di berbagai platform media sosial. Banyak yang bertanya-tanya, apakah ini bagian dari ritual pemanggilan arwah, cara Florence melepas penat, atau sekadar persiapan untuk audisi film horor?
Namun, teka-teki itu akhirnya terjawab pada Selasa pagi (19 Agustus) ketika Welch mengumumkan perilisan album Florence + The Machine yang akan datang, Everybody Scream. Judul albumnya benar-benar cocok dengan video yang auto-viral itu, seolah-olah teriakan tersebut adalah pemanasan global. Album ini direncanakan akan drop tepat waktu untuk Halloween, yaitu pada 31 Oktober, menambah nuansa spooky yang pas dengan gaya khas Florence.
Pengumuman ini datang bersamaan dengan unggahan sampul album atau artwork yang misterius di platform media sosial Welch, memicu antusiasme yang membara di kalangan fandom. Hingga saat ini, informasi yang tersedia mengenai Everybody Scream memang masih terbatas, seperti mencari jarum di tumpukan jerami tapi jarumnya disembunyikan pakai magic. Meskipun demikian, pre-order untuk rekaman ini, yang akan menjadi album studio keenam The Machine, sudah dibuka.
Para penggemar bisa memilih berbagai varian fisik yang tersedia, menunjukkan keseriusan band dalam memberikan pengalaman collectible. Situs web resmi mengonfirmasi bahwa LP tersebut akan menampilkan dua belas lagu baru, menjanjikan materi segar yang layak dinanti. Namun, daftar lagu lengkap atau tracklist dan lead single perdana masih belum diungkapkan, membuat para penggemar semakin penasaran dan bertanya-tanya seperti sedang menunggu drama Korea endingnya.
Bukan Sekadar Prank: Kode Keras dari Semesta Musik
Florence + The Machine terakhir kali merilis album studio Dance Fever pada tahun 2022, yang kala itu diproduseri oleh nama-nama besar seperti Jack Antonoff dan Kid Harpoon. Album tersebut berhasil mencapai puncak No. 7 di tangga lagu Billboard 200 dan No. 1 di Official Albums Chart Inggris. Ini menunjukkan bahwa meskipun sempat ‘diam’, mereka bukan kaleng-kaleng di industri musik.
Setelah periode ‘hening’ yang relatif, para penggemar memang sudah lama mengharapkan rilis baru dari Welch. Namun, Florence tidak sepenuhnya menghilang dari radar; ia tetap aktif di kancah musik, hanya saja tidak dengan proyek Florence + The Machine sendiri. Pada tahun 2024, Welch muncul dalam lagu “Florida!!!” milik Taylor Swift dari album The Tortured Poets Department yang memecahkan rekor penjualan.
Tidak berhenti di situ, awal tahun 2025, Welch juga ikut serta dalam lagu “Reflections Laughing” milik The Weeknd dari albumnya Hurry Up Tomorrow LP. Kolaborasi-kolaborasi ini menjaga namanya tetap relevan dan membuat fans semakin yakin bahwa something big sedang digarap di balik layar. Seolah Florence sedang nge-side quest sebelum kembali ke main storylinenya.
Dalam beberapa minggu terakhir, mata elang para penggemar telah mencatat perubahan halus pada situs web dan profil Spotify Welch. Perubahan kecil ini seringkali menjadi sinyal awal dari sesuatu yang besar akan terjadi dalam industri musik. Ini seperti easter egg di dalam game yang hanya bisa ditemukan oleh para true fan.
Sebuah teaser lain yang dibagikan pada hari Jumat menampilkan video Welch berjalan melintasi lapangan dengan sepatu merah darah dan gaun senada. Visual yang kuat ini semakin memperkuat citra misterius dan gotik yang sering diasosiasikan dengan Florence + The Machine, membuat fans makin yakin kalau ini bukan sekadar konten estetik biasa. Aestetiknya memang sudah next level dari dulu.
Menguak Tirai Misteri: Ada Apa di Balik Jeritan Itu?
Awal musim panas ini, Welch juga sempat membagikan beberapa foto di profil media sosialnya yang mencakup shot bersama gitaris IDLES, Mark Bowen, di studio. Kehadiran Bowen memicu spekulasi tentang kemungkinan arah suara baru yang lebih edgy atau eksperimental untuk album mendatang. Foto lain yang ia bagikan menampilkan sebuah whiteboard dengan pesan “You can have it all,” diikuti daftar istilah: “Clarity — Power, Purpose, Vocals!!!, Space, Dynamics, Beauty, Swans vs. Adele.”
Daftar di whiteboard tersebut bisa jadi merupakan petunjuk tentang elemen-elemen yang ingin dieksplorasi oleh Welch dalam proses kreatif album Everybody Scream. Frasa “Swans vs. Adele” sangat menarik, mengindikasikan mungkin ada perpaduan antara sisi gelap, intens, dan eksperimental (ala Swans) dengan kekuatan vokal dan emosi yang mendalam (ala Adele). Ini adalah perpaduan yang mind-blowing, seperti mencoba menyatukan horror game dengan musical drama.
Kini, video teriakan viral yang awalnya tampak random itu jelas merupakan bagian dari strategi marketing yang brilian. Mengingat judul albumnya Everybody Scream, aksi teatrikal tersebut berubah dari sekadar rant ke sebuah pengantar yang sempurna dan penuh makna. Ini bukan hanya sebuah lagu, ini adalah pengalaman katarsis universal yang disampaikan melalui seni. Rasanya seperti Florence mengajak semua orang untuk teriak bareng, merayakan kebebasan ekspresi.
Tanggal rilis album yang bertepatan dengan Halloween (31 Oktober) juga terasa sangat pas dengan vibe Florence + The Machine yang seringkali menampilkan elemen mistis, gelap, dan ethereal dalam musik dan visual mereka. Ini bukan kebetulan, melainkan pilihan strategis yang memperkuat narasi dan estetika album. Seperti boss battle yang sengaja diletakkan di malam Jumat Kliwon.
Histeria Kolektif Menanti: Album Anti-Galau Spesial Halloween?
Para penggemar tentu saja sangat antusias menantikan bagaimana Florence + The Machine akan menginterpretasikan judul Everybody Scream ke dalam dua belas lagu baru. Apakah ini akan menjadi anthem katarsis masal, ekspresi frustrasi kolektif, atau justru eksplorasi sisi gelap psikologi manusia? Yang jelas, harapan para pendengar sudah melambung tinggi, terutama setelah mendengar snippets dari kolaborasi Welch sebelumnya.
Sebagai LP studio keenam, Everybody Scream memiliki posisi penting dalam diskografi Florence + The Machine. Album ini berpotensi untuk mendefinisikan ulang atau setidaknya memperluas batas-batas suara band yang sudah dikenal. Ini adalah kesempatan bagi Florence untuk menunjukkan evolusi artistiknya dan kembali mendominasi tangga lagu dengan karya yang matang dan penuh kekuatan.
Sebelum pengumuman ini, pada Oktober 2024, Florence + The Machine juga sempat merilis album live yang direkam dari penampilan mereka di Royal Albert Hall, London, awal tahun itu. Pertunjukan untuk BBC Proms tersebut menampilkan mereka menata ulang debut mereka di tahun 2009, Lungs, dengan Jules Buckley Orchestra. Ini adalah bukti bahwa band ini selalu punya cara unik untuk menjaga hubungan dengan penggemar.
Dengan semua petunjuk, teaser yang cerdas, dan strategi marketing yang unik, perilisan Everybody Scream jelas bukan sekadar album baru biasa. Ini adalah sebuah peristiwa yang dinanti, sebuah panggilan bagi semua orang untuk melepaskan diri dan berteriak bersama. Siapa sangka, jeritan histeris ke dalam lubang tanah bisa menjadi awal dari sebuah mahakarya yang siap menggemparkan kancah musik global.