Hubungan ASEAN-China: Jalan Baru Menuju Kemakmuran Bersama?
Pernahkah kamu membayangkan ASEAN dan China seperti dua gamer yang sedang co-op untuk memenangkan level tertinggi kemakmuran? Kedengarannya ambisius, tapi itulah yang sedang diusahakan kedua belah pihak. Dengan pencapaian kerjasama selama beberapa dekade terakhir, ASEAN dan China berusaha untuk merancang strategi baru demi kesejahteraan rakyatnya.
Kerjasama ASEAN-China bukanlah cerita baru. Selama tiga dekade terakhir, hubungan bilateral ini telah memberikan manfaat nyata bagi masyarakat kedua belah pihak. Bayangkan saja, dari dialog hingga keterbukaan, dari saling menghormati hingga hidup berdampingan secara damai, prinsip-prinsip inilah yang menjadi landasan kerjasama mereka.
Hubungan ini semakin diperkuat dengan negosiasi Rencana Aksi ASEAN-China 2026-30. Rencana ini diharapkan dapat mempromosikan kerjasama di semua bidang. Sekretaris Jenderal ASEAN, Kao Kim Hourn, menggambarkan kemitraan ini dibangun "batu bata demi batu bata, tonggak demi tonggak," yang menghasilkan pencapaian ekonomi yang signifikan.
Buktinya? Perdagangan dua arah melonjak drastis, dari $105,9 miliar pada tahun 2004 menjadi $770 miliar pada tahun 2024, mencakup 20 persen dari total perdagangan ASEAN. Angka ini jelas bukan main-main. Ini menunjukkan betapa pentingnya China bagi ekonomi ASEAN, dan sebaliknya.
Namun, tantangan tetap ada. Di tengah dinamika globalisasi, kedua belah pihak perlu beradaptasi dengan cepat dan cerdas. Forum Jakarta tentang Hubungan ASEAN-China membahas "peluang dan tantangan di bidang-bidang baru di bawah globalisasi" dan "kerjasama di bidang-bidang baru untuk mempromosikan inklusivitas dan keberlanjutan regional".
Lalu, bagaimana cara ASEAN dan China menavigasi lanskap ekonomi global yang terus berubah? Jawabannya terletak pada kerjasama di sektor teknologi kunci, yang menciptakan peluang ekonomi baru. Kerjasama dalam teknologi digital dan inovasi menjadi sangat penting saat ini dan di masa depan. Itulah mengapa mereka perlu "naik level" bersama.
Ekonomi Digital: Ladang Emas Baru ASEAN dan China?
Sekarang, mari kita bicara tentang ekonomi digital. ASEAN merupakan salah satu pasar digital dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Dengan lebih dari 480 juta pengguna internet, ekonomi digital ASEAN diproyeksikan mencapai $1 triliun pada tahun 2030. Angka yang amazing!
Ditambah lagi, China memiliki ekosistem digital yang luas, rumah bagi basis konsumen online terbesar di dunia, dengan satu miliar pengguna internet dan penetrasi internet seluler 80 persen. Ini seperti kombinasi kekuatan yang powerful. Bayangkan jika kedua kekuatan ini bersatu!
Kao Kim Hourn menyoroti lima bidang strategis yang akan mendefinisikan kembali masa depan hubungan ASEAN-China: ekonomi digital, transisi hijau, konektivitas dan ketahanan rantai pasokan, konektivitas transportasi, dan kerjasama pariwisata. Kelima bidang ini adalah kunci untuk membuka potensi penuh kemitraan ASEAN-China.
Transisi Hijau: Menuju Masa Depan yang Lebih Berkelanjutan
Selain ekonomi digital, transisi hijau juga menjadi fokus utama. Dunia sedang bergerak menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan, dan ASEAN serta China tidak ingin ketinggalan. Kerjasama dalam energi terbarukan, efisiensi energi, dan teknologi ramah lingkungan akan sangat penting.
Bayangkan Jakarta bebas dari polusi, atau hutan Kalimantan yang terjaga kelestariannya. Semua itu bisa terwujud jika ASEAN dan China bekerja sama untuk mengurangi emisi karbon dan mengembangkan solusi berkelanjutan. Transisi hijau bukan hanya tentang lingkungan, tapi juga tentang menciptakan lapangan kerja baru dan pertumbuhan ekonomi.
Pariwisata: Lebih dari Sekadar Liburan
Pariwisata juga memainkan peran penting dalam mempererat hubungan ASEAN-China. Kunjungan wisatawan dari China ke ASEAN lebih banyak daripada kunjungan wisatawan ASEAN ke China. Ini menunjukkan betapa populernya ASEAN sebagai tujuan wisata bagi warga China.
Joanne Lin Weiling dari ISEAS-Yusof Ishak Institute mencatat bahwa pariwisata memperkuat konektivitas antar masyarakat. ASEAN dan China perlu terus memaksimalkan dan meningkatkan operasi pariwisata. Lebih banyak wisatawan berarti lebih banyak kesempatan ekonomi dan pertukaran budaya. Bukankah itu ide yang brilian?
Tantangan dan Peluang di Depan
Tentu saja, tidak ada kerjasama yang sempurna. Tantangan pasti ada, mulai dari perbedaan budaya hingga kepentingan ekonomi yang berbeda. Namun, dengan dialog, saling pengertian, dan komitmen untuk bekerja sama, ASEAN dan China dapat mengatasi tantangan ini dan mencapai tujuan bersama.
Ong Tee Keat, presiden Belt and Road Initiative Caucus for Asia Pacific, mengatakan bahwa kemitraan ASEAN-China selalu disebut sebagai salah satu model kerjasama multilateral yang paling sukses di Asia-Pasifik. Ini memiliki mekanisme kerjasama terbanyak, mencakup hampir 20 persen dari total kerangka kerja kolaboratif yang dimiliki ASEAN dengan 11 mitra dialog resmi.
Intinya? Hubungan ASEAN-China memiliki potensi besar untuk menciptakan kemakmuran bersama. Dengan fokus pada ekonomi digital, transisi hijau, dan kerjasama pariwisata, kedua belah pihak dapat membuka peluang baru dan mengatasi tantangan yang ada. Ini seperti multiplayer game di mana semua orang menang.