Bayangkan, deh, foto masa kecilmu tiba-tiba jadi rebutan kolektor barang antik. Kira-kira begitu yang dialami Charlie Roberts, fotografer amatir yang tanpa sengaja mengabadikan momen-momen awal John Lennon bersama The Quarrymen. Siapa sangka, jepretan iseng dengan kamera pinjaman itu kini jadi artefak berharga bagi para Beatlemaniac di seluruh dunia?
Jepretan Iseng yang Bersejarah
Charlie Roberts, warga Kirk Michael, Isle of Man, dulunya cuma “nongkrong” bareng The Quarrymen. Berbekal kamera Kodak Brownie pinjaman, ia mengabadikan penampilan mereka di pesta jalanan Toxteth, Liverpool, pada 22 Juni 1957. Hasilnya? Foto-foto langka yang kini jadi incaran para penggemar The Beatles.
“Orang-orang sering nanya, ‘kok bisa bagus gitu padahal bukan fotografer?’ Ya, tinggal jepret aja, sih,” ujar Roberts, merendah. Padahal, di balik kesederhanaannya, ada momen penting yang terabadikan di sana.
Dua anggota asli The Quarrymen, Rod Davis dan Colin Hanton, baru-baru ini tampil di Isle of Man, berbagi cerita dan memainkan musik dari era 1950-an. Nostalgia bagi mereka yang mengalami masa-masa awal band legendaris ini.
Dari Skiffle ke Fenomena Dunia
The Quarrymen, yang dibentuk Lennon pada awal 1957, awalnya beranggotakan Rod Davis, Pete Shotton, Colin Hanton, Eric Griffiths, dan Len Garry. Kemudian, Paul McCartney dan George Harrison bergabung, melengkapi formasi yang kelak dikenal sebagai The Beatles.
Perjalanan mereka tidak instan. Ada Pete Best yang sempat menjadi drummer sebelum digantikan Ringo Starr pada Agustus 1962. Sebuah evolusi yang panjang dan penuh liku, dari band lokal hingga menjadi ikon global.
“Alright Charlie, What Do You Play?”
Roberts pertama kali bertemu Lennon di sesi latihan yang diundang oleh Hanton. “Dia nyapa, ‘Alright Charlie, kamu main apa?'” kenang Roberts.
“Saya jawab, ‘Nggak bisa nyanyi, nggak bisa main apa-apa.’ Lennon balas, ‘Wah, kamu senasib sama yang lain di sini.'” Celetukan khas Lennon yang selalu penuh canda.
Roberts menambahkan, “Itu tipikal John banget. Orangnya asyik, selalu bikin suasana jadi seru.”
Hilangnya Gulungan Film yang Misterius
Pesta jalanan yang diorganisir ibunda Roberts menjadi salah satu panggung pertama The Quarrymen. Momen yang sangat berkesan bagi mereka.
“Saya belum pernah lihat kamera sebelumnya, apalagi foto-foto,” kata Roberts. “Saya jepret sebanyak mungkin, tapi sayang, satu gulungan film hilang entah ke mana. Nggak pernah ketemu lagi.”
“Untungnya, masih ada tiga foto yang terselamatkan,” tambahnya. Sebuah keberuntungan di tengah kekecewaan.
Kamar Tidur Jadi Laboratorium
Setelah meminjam buku dari perpustakaan, Roberts belajar mengembangkan foto sendiri. Kamar tidurnya disulap menjadi *dark room* darurat. Jendela ditutup rapat, bahan kimia diletakkan di bawah tempat tidur.
Roberts bercerita, “Sejak itu, saya jadi suka fotografi. Dulu saya tukang cetak di kampus seni yang sama dengan John.”
“John punya karisma yang kuat. Waktu Paul datang beberapa minggu setelah manggung itu, saya pikir mereka bakal terkenal di Inggris, mungkin. Tapi nggak nyangka bakal sesukses ini,” ungkapnya.
“Musik mereka makin lama makin bagus. Rasanya ada lagu The Beatles untuk setiap momen,” puji Roberts.
Nostalgia di Isle of Man
“Sangat Nostalgic,” Roberts antusias menyambut kedatangan Hanton dan Davis ke Isle of Man untuk pertama kalinya. Ia mengorganisir acara di Centenary Centre, Peel.
Selain musik rock ‘n’ roll, Roberts juga membuka sesi tanya jawab. Ia yakin penonton akan penasaran dengan kisah-kisah awal The Quarrymen dan pengalaman bermain bersama Lennon dan McCartney.
Acara ini menjadi ajang nostalgia bagi mereka yang tumbuh di era 1950-an dan 1960-an. “Saya nggak sabar pengen seru-seruan bareng teman-teman. Bakal kayak zaman dulu,” pungkas Roberts.