Udah capek kan dengerin soal pajak? Pasti deh, setiap denger kata “pajak” langsung kepikiran antrian panjang, formulir ribet, dan uang yang (sayangnya) harus kita relakan. Tapi, tunggu dulu! Ada kabar baru nih, bukan cuma sekadar nambahin beban, tapi justru bisa jadi solusi cerdas buat negara kita. Siap?
Indonesia memang lagi getol banget nih urusan pendapatan negara. Tau sendiri kan, negara butuh duit buat bangun infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan seabrek keperluan lainnya. Nah, salah satu caranya ya lewat pajak. Tapi, masalahnya, tax ratio kita masih tergolong rendah dibandingkan negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Makanya, perlu ada gebrakan baru biar pundi-pundi negara makin tebel.
Center of Economic and Law Studies (Celios) baru aja ngasih “contekan” ke pemerintah. Bukan contekan buat nyontek pas ujian ya, tapi berupa usulan 10 jenis pajak baru yang katanya bisa nambahin pemasukan negara sampai Rp388,2 triliun! Gokil kan? Mereka ini ibarat “Sherlock Holmes”-nya perpajakan, nyari celah-celah potensi yang belum dieksplorasi.
Usulan ini bukan cuma sekadar ide iseng ya. Celios udah nyerahin hasil studinya langsung ke Wakil Menteri Keuangan. Judul studinya juga unik nih: “Dengan hormat, Pejabat Negara: Jangan menarik pajak seperti berburu di Kebun Binatang”. Intinya sih, jangan cuma nargetin wajib pajak yang udah terdaftar aja, tapi cari sumber-sumber lain yang high-impact.
Nah, biar nggak penasaran, langsung aja kita bedah satu per satu 10 jenis pajak “ajaib” ini. Siapa tau, ada ide brilian yang bisa kita diskusikan bareng. Jadi, mari kita mulai “berburu” potensi pajak ini, tapi bukan kayak di kebun binatang ya, tapi lebih ke eksplorasi sumber daya yang cerdas dan berkelanjutan.
Si Kaya Makin Kaya, Negara Kebagian: Pajak Kekayaan
Pertama, ada pajak kekayaan yang menyasar 50 orang terkaya di Indonesia. Bayangin aja, kalau mereka “urunan” sedikit, bisa terkumpul Rp81,6 triliun! Ini bukan berarti kita sirik sama kekayaan mereka ya, tapi lebih ke prinsip keadilan. Mereka yang punya rezeki berlebih, ya wajar dong kalau ikut berkontribusi lebih banyak buat negara.
Kedua, ini yang lagi hot banget: pajak karbon. Di era perubahan iklim ini, kita semua harus mikirin lingkungan. Nah, pajak ini bisa jadi insentif buat perusahaan dan individu buat ngurangin emisi karbon. Selain nambahin pendapatan negara (estimasi Rp76,4 triliun), pajak ini juga bisa bikin bumi kita lebih green dan sustainable. Win-win solution, kan?
Tambang Untung Gede? Jangan Lupa Pajak!
Ketiga, buat perusahaan tambang batu bara, ada pajak produksi batu bara yang potensinya Rp66,5 triliun. Tau sendiri kan, tambang batu bara ini bisnisnya gede banget. Jadi, wajar dong kalau mereka juga ikut nyumbang lebih banyak ke negara.
Keempat, ada pajak windfall profit industri ekstraktif, dengan potensi Rp50 triliun. Windfall profit itu sederhananya, keuntungan dadakan karena ada kejadian yang nggak terduga, misalnya harga komoditas naik gila-gilaan. Nah, sebagian keuntungan ini bisa ditarik sebagai pajak. Biar adil gitu, pas lagi untung banyak, negara juga kebagian.
Lingkungan Rusak? Ada Pajaknya!
Kelima, ini yang agak unik: pajak kehilangan keanekaragaman hayati (Biodiversity loss tax). Potensinya Rp48,6 triliun. Intinya, kalau ada aktivitas yang merusak lingkungan dan mengurangi keanekaragaman hayati, ya harus bayar pajak. Ini biar perusahaan lebih hati-hati dalam menjalankan bisnisnya dan lebih peduli sama lingkungan.
Keenam, di era digital ini, nggak ketinggalan juga pajak digital. Potensinya lumayan juga, Rp29,5 triliun. Ini buat nargetin perusahaan digital raksasa yang beroperasi di Indonesia, tapi kantornya entah di mana. Jadi, meskipun nggak punya kantor fisik di sini, mereka tetep harus bayar pajak sesuai aturan yang berlaku.
Warisan & Rumah Mewah Kena Pajak?
Ketujuh, ini yang agak sensitif: pajak warisan yang lebih tinggi. Potensinya Rp20 triliun. Intinya sih, kalau warisannya gede banget, ya pajaknya juga lebih gede. Ini bukan berarti kita nggak boleh nerima warisan ya, tapi lebih ke redistribusi kekayaan.
Kedelapan, buat yang punya rumah banyak, ada pajak kepemilikan rumah ketiga. Potensinya sih nggak terlalu besar, Rp4,7 triliun, tapi bisa jadi sinyal buat ngurangin spekulasi properti. Biar nggak ada orang yang numpuk-numpuk rumah, sementara banyak orang lain kesulitan nyari tempat tinggal.
Investasi Untung, Pajak Juga Ikut: Capital Gain Pajak
Kesembilan, ini buat para investor: pajak keuntungan modal (capital gain) atas saham dan aset keuangan. Potensinya Rp7 triliun. Jadi, kalau dapet untung dari jual saham atau aset keuangan lainnya, ya sebagian keuntungannya harus disetor ke negara sebagai pajak.
Kesepuluh, buat yang suka minuman manis, ada cukai minuman berpemanis gula. Potensinya Rp3,9 triliun. Selain nambahin pendapatan negara, cukai ini juga bisa jadi kampanye buat ngurangin konsumsi gula berlebihan. Biar kita semua lebih sehat dan terhindar dari penyakit diabetes.
Jadi, gimana? Lumayan banyak kan ide pajak baru ini? Media Wahyu Askar, Direktur Kebijakan Celios, bilang bahwa usulan ini bertujuan buat mewujudkan keadilan pajak. Selama ini, kelompok masyarakat berpenghasilan rendah cenderung menanggung beban pajak yang lebih berat dibandingkan orang-orang super kaya.
Kementerian Keuangan sendiri menyambut baik usulan ini. Staf Ahli Kemenkeu, Yon Arsal, bilang bahwa beberapa usulan, seperti pajak keanekaragaman hayati, merupakan hal baru bagi para pembuat kebijakan. “Kami akan mempelajari lebih lanjut usulan-usulan ini, terutama yang terkait dengan sektor pajak penghasilan. Jika diimplementasikan dengan benar, usulan-usulan ini dapat bekerja secara optimal,” ujarnya.
Semua usulan ini masih butuh kajian lebih lanjut dan diskusi publik yang mendalam. Nggak semua ide bisa langsung diimplementasikan begitu saja. Tapi, setidaknya, usulan ini membuka wawasan kita bahwa ada banyak cara buat nambahin pendapatan negara, selain cuma nargetin wajib pajak yang itu-itu aja. Intinya, inovasi dalam perpajakan sangat penting untuk mencapai keadilan dan kemajuan ekonomi Indonesia.