Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Hidden Cameras: Dari Indie Boy Jadi Bad Boy Lewat Musik Elektro Berlin yang Meditatif

Budaya Asli Amerika Dirayakan di Discovery Park 2025

Gambar Besar Bagian 2: Efek Kalau Kita Pilih yang Lebih Murah & Simpel

Industri game saat ini berada di persimpangan jalan. Setelah bertahun-tahun mengalami pertumbuhan yang pesat, muncul pertanyaan: apakah kita memasuki era post-growth? Jawabannya tidak sesederhana itu, karena masih banyak potensi yang belum tergali.

Salah satu potensi terbesar ada pada pemain wanita. Mereka menyumbang hampir setengah dari pemain Nintendo Switch, namun cenderung kurang terlibat dan tidak menganggap diri mereka sebagai gamer sejati. Ini adalah peluang besar untuk menciptakan konten dan mekanisme discovery yang lebih menarik bagi mereka.

Mat Piscatella dari Circana berpendapat bahwa masa depan game adalah aksesibilitas. Pemain ingin bisa memainkan game apa pun, di mana pun, dan kapan pun mereka mau. Batasan platform semakin kabur, dan semua orang mulai merilis game di mana-mana. Generasi muda khususnya menuntut fleksibilitas ini.

PC gaming dan mobile gaming menjadi pilihan utama bagi generasi muda. Steam memiliki posisi unik untuk menampilkan konten menarik yang mungkin tidak bisa ditemukan di platform lain. Contohnya adalah game indie seperti Schedule I yang sukses karena harganya yang murah dan kebijakan refund yang mudah.

Konsol Gaming: Senjakala Sudah Dekat?

Prediksi tentang akhir dari konsol game sebenarnya sudah muncul sejak lama. Shawn Layden, mantan ketua Sony Worldwide Studios, bahkan merasakan deja vu dengan era Dreamcast saat melihat strategi Xbox saat ini. Apakah Microsoft akan mengikuti jejak Sega dan fokus pada software?

Meskipun Microsoft telah menandatangani perjanjian multi-tahun dengan AMD untuk konsol masa depan, Layden tidak yakin hardware Xbox cukup menarik untuk mengejar ketertinggalan dari Sony. Mungkin Xbox generasi berikutnya akan lebih fleksibel, seperti PC yang menjalankan Windows dan menyediakan akses ke berbagai storefront.

Free-to-Play: Model Bisnis Masa Depan Gaming?

Piscatella berpendapat bahwa generasi muda semakin condong ke model free-to-play karena kemudahan akses dan perangkat yang sudah dimiliki. Konsol gamer cenderung lebih tua dan lebih kaya, sementara generasi muda lebih memilih mobile atau PC. Apakah ini berarti free-to-play akan menjadi standar di masa depan?

Bayangkan, sepertiga pemain konsol setiap minggunya memainkan Fortnite. Separuh total jam bermain di PlayStation atau Xbox setiap bulan dihabiskan untuk sepuluh game live-service teratas. Game premium dengan harga selangit akan sulit bersaing dengan game seperti Fortnite yang menawarkan pengalaman kompleks dan beragam.

Layden tidak yakin generasi muda akan selamanya setia pada free-to-play. Selera dan minat orang berubah seiring bertambahnya usia. Mungkin saja mereka akan beralih ke konsol dan game premium saat memiliki apartemen sendiri dan lebih banyak waktu luang. Atau mungkin juga tidak. Waktu yang akan menjawab.

Evolusi Cara Bermain: Early Access dan Konten Baru

Penerbit besar mulai melirik strategi early access untuk mempercepat rilis game dan menguji konten. Early access bukan lagi hanya untuk game indie, tetapi juga bisa diterapkan pada game AAA. Ini adalah cara yang baik untuk mendapatkan feedback dari komunitas dan mengurangi risiko investasi besar-besaran.

Layden merasa ada kejenuhan konten di pasar saat ini. Kita sudah terlalu lama melakukan hal yang sama. Mungkin sudah saatnya untuk mengunjungi kembali dan menata ulang genre lama, seperti yang dilakukan AstroBot untuk platformer dan Clair Obscur: Expedition 33 untuk RPG berbasis giliran.

AA Gaming: Harapan Baru di Tengah Industri Raksasa

Game dengan anggaran menengah (AA games) memiliki potensi besar untuk bereksperimen dan beradaptasi dengan perubahan pasar. Perusahaan kecil lebih gesit daripada raksasa AAA. AA gaming bisa menjadi harapan baru dengan berbagai macam konten dan game yang menarik.

Mari hentikan pengejaran foto realisme. Kita tidak akan pernah sampai di sana.

Layden memprediksi akan ada kontraksi di puncak industri. Perusahaan raksasa seperti EA, Sony, Microsoft, dan Ubisoft telah berkembang terlalu besar selama pandemi. Sekarang, mereka berusaha untuk melakukan penyesuaian. Gelombang PHK terjadi, proyek dibatalkan, dan struktur biaya yang tidak berkelanjutan dirasionalisasi.

AI dalam Gaming: Bukan Revolusi, Tapi Evolusi

Layden tidak percaya bahwa AI akan memiliki dampak besar dalam menurunkan biaya produksi atau meningkatkan efisiensi pembuatan game. AI lebih seperti Excel bagi akuntan. Memang membantu, tetapi tetap membutuhkan pengetahuan dan interpretasi yang tepat.

Outsourcing juga semakin membaik. Dulu, lebih murah untuk melakukan semuanya sendiri daripada harus mengulang pekerjaan karena miskomunikasi dengan perusahaan outsourcing. Sekarang, koneksi antara tim inti dan sumber daya di negara lain semakin optimal.

Model Produksi Ala Hollywood: Efisiensi dan Fleksibilitas

Layden membayangkan masa depan pengembangan game akan lebih mirip dengan produksi film. Studio hanya akan mempertahankan tim inti yang terdiri dari creative director dan produser. Setelah konsep matang, mereka akan menyewa kontraktor atau studio co-development.

Model ini lebih efisien karena tidak semua disiplin ilmu dibutuhkan sepanjang waktu. Tim engineering inti mungkin dibutuhkan di awal untuk mematangkan mekanisme game. Setelah itu, tim lain bisa bergabung sesuai kebutuhan. Layden merasa kita sudah setengah jalan menuju model ini.

Kompetisi Sengit: Melawan Game yang Tak Lekang Waktu

Tantangan terbesar bagi game masa depan adalah bersaing dengan game yang sudah ada dan tidak mau pergi. Fortnite, Minecraft, dan Grand Theft Auto 5 masih menjadi game terpopuler setelah bertahun-tahun. Pesaing terbesar Grand Theft Auto 6 adalah Grand Theft Auto 5.

Masa depan gaming akan lebih beragam berkat kebangkitan AA games.

Kita bisa berharap akan muncul gelombang game baru yang segar dan menarik dari studio yang berani mengambil risiko karena anggaran mereka yang lebih moderat. Jadi, jangan khawatir tentang masa depan gaming. Masih banyak kejutan yang menanti!

Previous Post

Silver Lining Interactive Dukung Indie Dev: Dampaknya Buat Kita Apa?

Next Post

Rata-Rata Gen Z & Millennial Spill: Kapan Berhenti Nge-Carry Tim Noob di MMO?

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *