Bayangkan, lagi asyik nungguin game Black Panther dari EA, eh, malah dapet kabar game-nya dibatalin dan developer-nya, Cliffhanger Games, ditutup. Kayak lagi PDKT tapi di-ghosting tanpa alasan yang jelas, kan?
Industri game memang penuh kejutan, kadang manis, kadang pahit. Tapi, kok bisa ya game sekeren Black Panther yang punya potensi gede malah di-PHK dini? Mari kita bedah kasus ini biar nggak penasaran.
RIP Black Panther: Kenapa EA Membatalkan Game yang Ditunggu-tunggu?
Kabar pembatalan game Black Panther ini memang mengejutkan banyak pihak. Apalagi, menurut laporan dari Bloomberg, game ini sebenarnya sudah melewati milestone penting dalam proses pengembangan dan lagi naik daun. Tapi, kenapa EA malah memutuskan untuk menghentikannya?
Alasannya ternyata cukup klasik: waktu. Para eksekutif EA kabarnya kurang senang karena game ini masih dalam tahap pra-produksi setelah hampir empat tahun digarap. Wah, kayak skripsi yang nggak kelar-kelar, ya? Setelah portfolio review, EA memilih untuk membatalkan game yang dianggap terlalu lama prosesnya tanpa progres yang signifikan. Black Panther pun jadi korban.
Selain Black Panther, ada juga beberapa judul game di Respawn (studio di balik Apex Legends dan Titanfall) yang kena cancel. Termasuk, kabarnya, game Titanfall baru. Waduh, ini namanya bersih-bersih ala EA nih.
Visi Awal yang Ambisius: Apa yang Sebenarnya Ingin Ditawarkan?
Game Black Panther ini sebenarnya punya visi yang cukup ambisius. Konon, game ini akan mengadopsi beberapa ide yang pernah dikembangkan oleh Kevin Stephens (bos Cliffhanger Games) saat masih di Warner Bros., khususnya sistem Nemesis yang terkenal dari seri Shadow of Mordor.
Dalam game Black Panther, pemain rencananya bisa memainkan beberapa karakter seperti T’Challa, Killmonger, dan Shuri, yang semuanya bersaing untuk menjadi Black Panther baru. Seru banget, kan, kayak voting capres tapi versinya Wakanda.
Musuh utamanya adalah bangsa Skrull, alien yang bisa berubah wujud dan menyerang Wakanda. Beberapa karakter dalam game ini mungkin adalah Skrull yang menyamar, dan mereka akan mengingat serta belajar dari perilaku pemain. Mirip orc di Shadow of Mordor yang nggak lupa sama dendam masa lalu.
Tantangan Pengembangan: Kenapa Semuanya Jadi Rumit?
Salah satu kendala utama dalam pengembangan game ini adalah kesulitan tim developer dalam menunjukkan keunggulan game Black Panther dalam presentasi ke manajemen EA. Mereka kesulitan meyakinkan para bos bahwa game ini punya unique selling point yang kuat.
Selain itu, proses pengembangan juga melambat karena tim developer harus membangun game dan studio baru secara bersamaan. Kayak bangun rumah sambil ngerjain skripsi, ribet banget!
Padahal, para developer yang terlibat dalam proyek ini sangat antusias dan yakin bahwa game Black Panther ini akan menjadi game yang luar biasa. Sayangnya, harapan mereka harus pupus di tengah jalan.
Masa Depan Marvel Games di EA: Masih Ada Harapan?
Meskipun game Black Panther dibatalkan, EA masih punya beberapa proyek game Marvel lainnya yang sedang dikembangkan sebagai bagian dari kerja sama multi-game dengan Marvel. Jadi, jangan langsung patah semangat!
Salah satu game yang masih berjalan adalah game Iron Man. Selain itu, ada juga Marvel 1943: Rise of Hydra dari Amy Hennig yang menampilkan Black Panther sebagai salah satu karakter utama. Walaupun sempat ditunda, game ini dijadwalkan rilis pada tahun 2026.
Pelajaran yang bisa dipetik adalah: dalam industri game, ide bagus dan tim yang bersemangat saja tidak cukup. Faktor waktu, biaya, dan komunikasi yang efektif juga sangat penting. Semoga ke depannya EA bisa lebih bijak dalam mengelola proyek-game mereka, biar nggak ada lagi game keren yang di-PHP kayak Black Panther ini. Atau, game developers Indonesia bisa belajar dari kasus ini. Kita tunggu saja.
Intinya, walaupun game Black Panther nggak jadi kenyataan, kita tetap bisa berharap ada game Marvel lainnya yang lebih epic dari EA di masa depan. Siapa tahu, nanti ada game superhero Indonesia yang mendunia!