Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Jugband Blues: Ayah Penulis Surat Kabar Terkejut Jadi Bagian dari ‘Sonic Mayhem’ Pink Floyd

Taylor Swift Dominasi SiriusXM: Hadirkan “Taylor’s Channel 13” Jelang Album Baru

Game Dewasa Aphrodisia Tak Bisa Update Konten NSFW di Steam: Kenapa?

Bayangkan dunia di mana kebebasan berekspresi digital, khususnya yang agak… *nakal*, dibatasi oleh algoritma dan kebijakan pembayaran. Kedengarannya seperti plot distopia dari novel cyberpunk murahan, bukan? Sayangnya, inilah realitas yang dihadapi para pengembang game dewasa, khususnya mereka yang berani unjuk gigi di platform sekelas Steam.

Crimson Delight Games, otak di balik RPG fantasi dewasa Tales of Legendary Lust: Aphrodisia, baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka terpaksa mengubur dalam-dalam impian mereka untuk menambahkan konten NSFW (Not Safe For Work) ke dalam game tersebut. Alasannya? Steam, dengan segala kebijaksanaannya, menerapkan aturan baru yang membuat penambahan konten dewasa pasca-peluncuran menjadi sesuatu yang lebih rumit daripada sekadar mengetik kode.

Steam: Antara Kebebasan Berekspresi dan Tekanan Korporat

Sebelum kita buru-buru menyalahkan Valve, sang penguasa Steam, ada baiknya kita melihat lebih dalam akar masalahnya. Crimson Delight Games sendiri mengakui bahwa Valve sebenarnya cukup pengertian dan membantu dalam situasi ini. Masalah sebenarnya terletak pada “prosesor pembayaran” yang, secara halus tapi pasti, menekan Steam untuk memperketat regulasi konten.

Tales of Legendary Lust: Aphrodisia sendiri sudah dilabeli sebagai game “Dewasa” sejak awal, lengkap dengan peringatan konten yang jelas dan tegas. Namun, rupanya, memiliki label tersebut tidak menjamin kebebasan untuk terus berkreasi dengan konten yang lebih… *berani*. Ironis, bukan? Kita hidup di zaman di mana algoritma lebih berhak menentukan batasan kesopanan daripada kita sendiri.

Aturan baru Steam ini seolah-olah mengatakan, “Oke, kamu boleh jualan game dewasa, tapi jangan coba-coba menambahkan bumbu cabai rawit setelah game-nya laku keras.” Artinya, jika pengembang ingin menambahkan konten dewasa baru, mereka harus melakukannya melalui DLC (Downloadable Content) yang membutuhkan proses peninjauan terpisah. Ribet, kan?

DLC: Jurus Pamungkas Para Pengembang Nakal?

Seorang perwakilan Crimson Delight Games curhat di Reddit, mengungkapkan bahwa aturan baru ini muncul setelah “keributan Collective Shout dan sensor dari prosesor pembayaran.” Collective Shout, bagi yang belum tahu, adalah organisasi yang kerap mengkritik konten-konten dewasa di media dan game. Jadi, bisa dibilang, kebebasan berekspresi para pengembang game dewasa kini berada di ujung tanduk, terancam oleh kekuatan sensor dan tekanan korporat.

Mungkin ada yang bertanya, “Kenapa sih harus repot-repot menambahkan konten dewasa setelah game-nya rilis? Bukannya lebih baik langsung dibikin ‘pol-polan’ dari awal?” Nah, di sinilah letak seninya. Para pengembang game dewasa seringkali menggunakan update dan DLC sebagai cara untuk terus berinteraksi dengan komunitas, memberikan kejutan-kejutan kecil yang membuat pemain tetap setia. Tapi, ya, begitulah. Rules are rules.

Untungnya, masih ada secercah harapan. Crimson Delight Games mengkonfirmasi bahwa update reguler seperti perbaikan bug dan patch konten yang sudah ada masih diperbolehkan. Jadi, setidaknya, para pemain masih bisa berharap pada peningkatan kualitas teknis, meskipun tidak ada adegan ranjang tambahan yang menggoda.

Politik Sensor: Lebih Dalam dari Sekadar Game Dewasa

Kasus Tales of Legendary Lust: Aphrodisia ini hanyalah puncak gunung es. Lebih dari sekadar aturan tentang konten dewasa, ini adalah isu tentang kebebasan berekspresi, sensor, dan kekuatan korporat yang semakin mengontrol kehidupan digital kita. Bayangkan, kartu kredit yang seharusnya menjadi alat pembayaran yang netral, kini ikut campur menentukan konten apa yang boleh dan tidak boleh kita konsumsi.

Seorang politisi Jepang bahkan sampai angkat bicara, menyatakan bahwa “sensor perusahaan kartu kredit terhadap video game berkembang pesat karena kurangnya kesadaran masyarakat.” Ini bukan lagi sekadar masalah industri game, tapi masalah demokrasi dan kebebasan sipil di era digital.

Kita mungkin tertawa sinis melihat aturan konyol tentang konten dewasa di Steam, tapi sadarkah kita bahwa aturan-aturan seperti ini bisa merambah ke bidang lain? Mulai dari film, musik, hingga opini politik, semua bisa saja disensor dan dikontrol oleh algoritma dan kebijakan pembayaran. Seram, kan?

Lalu, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Mungkin kita tidak bisa langsung mengubah kebijakan Steam atau menghentikan prosesor pembayaran untuk ikut campur urusan konten. Tapi, setidaknya, kita bisa lebih kritis dan sadar tentang bagaimana kekuatan-kekuatan ini memengaruhi kehidupan digital kita. Kita bisa mendukung para pengembang independen yang berani melawan arus, menyuarakan pendapat kita tentang sensor, dan menuntut transparansi dari platform-platform digital.

Intinya, jangan biarkan kebebasan berekspresi kita direnggut oleh algoritma dan kebijakan korporat. Jangan biarkan dunia digital kita menjadi semakin steril dan membosankan. Mari kita terus berjuang untuk internet yang lebih bebas, adil, dan… *sedikit nakal*. Siapa tahu, dengan sedikit keberanian dan kreativitas, kita bisa mengakali aturan-aturan konyol ini dan tetap menikmati konten-konten yang kita sukai. Anggap saja ini sebagai side quest dalam kehidupan digital kita.

Jadi, bagaimana menurutmu? Apakah Steam sudah keterlaluan dalam mengatur konten dewasa? Atau justru mereka hanya berusaha melindungi diri dari tekanan korporat? Bagikan pendapatmu di kolom komentar, dan mari kita diskusikan topik ini sambil minum kopi dan menikmati senja digital.

Previous Post

Kontrasepsi & Kepuasan Seks: Temuan Penelitian yang Mengubah Program KB untuk Generasi Z dan Milenial

Next Post

Grinding Lebih Gampang? Platform Ultrasonik Berlubang Ini Bisa Jadi Solusi!

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *