Industri game memang kadang bikin kita bertanya-tanya: lagi seru-serunya main, eh, tiba-tiba ada berita studio tutup. Tenang, gaes! Walaupun ada drama pemutusan hubungan kerja (PHK) dan proyek dibatalkan, masih ada secercah harapan.
Industri Game UK 2025: Antara Optimisme dan Realita yang Menantang
Industri game memang rollercoaster emosi. Satu hari kita lihat trailer keren, besoknya denger kabar studio kesayangan gulung tikar. Tapi, di tengah segala tantangan, selalu ada inovasi dan semangat yang bikin kita, para gamers, tetap semangat. Mari kita bahas lebih dalam apa yang terjadi di balik layar industri game, khususnya di UK, tahun 2025 ini.
Kabar Buruk dan Secercah Harapan
Konferensi Develop di Brighton baru-baru ini memberikan gambaran jelas tentang kondisi industri game di UK. Banyak developer, artist, dan petinggi studio mengeluhkan pembatalan game, PHK, dan kesepakatan yang gagal. Beberapa bahkan memprediksi kekosongan jadwal rilis game AAA pada akhir 2026 dan 2027. Grand Theft Auto VI sepertinya bakal jadi satu-satunya game yang dinanti-nantikan. Tapi, jangan putus asa dulu!
Di sisi lain, ada optimisme dari kalangan politisi dan pembuat kebijakan. Ukie (asosiasi perdagangan untuk industri game UK) menyambut baik pandangan yang lebih positif terhadap industri ini. Mereka mengakui potensi edukasi, ekspresi diri bagi anak muda, dan bahkan penggunaan game sebagai terapi untuk kecemasan dan depresi. Game bukan cuma hiburan, tapi juga punya dampak sosial dan budaya yang signifikan.
Kekuatan Otentik di Era AI Slop
Kehadiran Artificial Intelligence (AI) di industri game menimbulkan kekhawatiran. Tapi, Cassia Curran dari Curran Games Agency punya pandangan menarik. Menurutnya, AI akan menghasilkan banyak konten, tapi kunci sukses bagi developer adalah berfokus pada pengalaman manusia yang otentik. AI tidak bisa meniru perasaan atau budaya kita. Di era AI slop (konten generik yang dihasilkan AI), pemain akan mencari pengalaman yang terasa baru dan sangat manusiawi. Ini kesempatan emas buat developer lokal untuk nunjukkin identitas dan cerita unik mereka.
Developer pun berlomba-lomba menciptakan pengalaman yang otentik. Tim Indiana Jones and the Great Circle bahkan pergi ke Swedia untuk merekam suara ahli cambuk di berbagai lokasi demi memastikan suara cambuk Indy terdengar sempurna. Tim Shadows of Doubt membuat film noir tahun 1950-an berjudul Claw of the Fathoms yang diputar di TV apartemen karakter utama hanya untuk memberikan nuansa yang autentik. Detil banget, kan?
Representasi Itu Penting!
Keragaman pengalaman dalam game dan perhatian terhadap representasi yang lebih luas menjadi tema utama. Karakter-karakter atipikal sering dianggap sebagai risiko komersial dalam game mainstream. Tapi, banyak game indie yang menceritakan kisah menarik tentang karakter-karakter yang terpinggirkan dan beragam, seperti Unpacking, Bossgame: The Final Boss is my Heart, Monster Prom, dan To a T.
Salah satu kesimpulan penting adalah identitas tidak harus menjadi isu sentral dalam game. Kehadiran karakter beragam yang digambarkan dengan baik saja sudah sangat berharga bagi pemain yang jarang melihat diri mereka terwakili dalam media.
Apa yang Bisa Kita Mainkan?
Buat yang butuh pelarian singkat dari kenyataan (atau sekadar ngisi waktu nunggu antrian kopi), ada Angry Birds Bounce. Ini kombinasi seru antara gameplay Angry Birds yang familiar dengan genre block-breaking seperti Breakout dan Puzzle Bobble. Pilih burung favoritmu, bidik, dan hancurkan semua babi nakal! Dijamin bikin nagih.
Nintendo Switch 2: Mahal Tapi Layak?
Shuntaro Furukawa, presiden Nintendo, membela harga Switch 2 yang dinilai mahal. Menurutnya, harga tersebut “sesuai dengan pengalaman gaming yang ditawarkan.” Dia juga membela penggunaan game-key cards (kartrid yang berisi kode untuk mengunduh game). Keputusan yang kontroversial, tapi Nintendo punya alasan sendiri.
Game Pass: Penyelamat atau Pengkhianat?
Raphaël Colantonio, pendiri Arkane Studios, mengkritik layanan Xbox Game Pass yang memberikan akses tak terbatas ke berbagai game dengan biaya langganan bulanan. Dia menyebutnya “model yang tidak berkelanjutan dan semakin merusak industri.” Wah, panas nih! Ada yang setuju, ada juga yang nggak.
Kesimpulan: Game Adalah Budaya dan Seni!
Walaupun ada tantangan dan kontroversi, satu hal yang pasti: industri game akan terus berkembang. Game bukan cuma dikendalikan oleh CEO dan pemegang saham, tapi juga budaya dan seni. Inovasi, kreativitas, dan semangat untuk memberikan pengalaman yang otentik akan selalu ada. Jadi, tetap keep playing, keep creating!