“Duh, Gula Darah Bikin Puyeng?”
Prediabetes, kondisi di mana kadar gula darah lebih tinggi dari normal tapi belum mencapai ambang batas diabetes tipe 2, menghantui sepertiga penduduk Amerika Serikat. Kabar buruknya? Sebagian besar dari mereka berpotensi besar mengembangkan diabetes tipe 2. Padahal, strategi intervensi diet yang efektif masih terbatas. Nah, di sinilah pistachio, si kacang hijau lezat, mulai unjuk gigi.
Pistachio memang menjanjikan dalam meningkatkan kualitas diet. Namun, bagaimana kacang ini memengaruhi mikrobioma usus? Mikrobioma usus, si komunitas bakteri baik dalam perut kita, adalah pemain kunci dalam regulasi glukosa dan peradangan. Jadi, jika mikrobioma sehat, potensi terhindar dari diabetes tipe 2 semakin besar.
Sebuah studi terbaru dari Penn State University menguak fakta menarik: konsumsi pistachio di malam hari ternyata memengaruhi bakteri usus pada orang dewasa dengan prediabetes. Meskipun implikasi terapeutiknya masih perlu diteliti lebih lanjut, temuan ini bisa jadi angin segar bagi mereka yang berjuang meningkatkan kesehatan metabolisme. Bayangkan, ngemil enak sekaligus memperbaiki kesehatan!
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Current Developments in Nutrition ini menunjukkan bahwa mengganti camilan malam berbasis karbohidrat dengan pistachio dapat mengubah komposisi mikrobioma usus. Studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa pistachio memiliki efek serupa pada gula darah dibandingkan 15-30 gram karbohidrat. Jadi, bisa dibilang, pistachio adalah alternatif camilan sehat yang patut dipertimbangkan.
“Rekomendasi diet umum untuk individu dengan prediabetes adalah mengonsumsi camilan malam yang mengandung 15 hingga 30 gram karbohidrat untuk membantu mengatur kadar glukosa darah semalaman dan di pagi hari,” kata Terrence Riley, penulis utama penelitian ini. “Sebagai contoh, Anda bisa makan satu atau dua potong roti gandum utuh. Tapi, kenapa tidak pistachio saja?”
Pistachio vs Karbo: Siapa Juaranya?
Penelitian ini menemukan bahwa mengonsumsi sekitar 56 gram pistachio setiap malam selama 12 minggu menghasilkan profil komunitas mikroba tinja yang berbeda secara signifikan dibandingkan mereka yang mengonsumsi 15-30 gram camilan karbohidrat. Kelompok bakteri tertentu, termasuk Roseburia dan anggota keluarga Lachnospiraceae – dikenal sebagai bakteri “baik” yang menghasilkan asam lemak rantai pendek bermanfaat seperti butyrate – lebih banyak setelah konsumsi pistachio.
Butyrate, menurut para ahli, adalah sumber energi utama bagi sel-sel usus besar, membantu menjaga barrier usus, dan mendukung proses anti-inflamasi. Dengan kata lain, butyrate adalah pahlawan tanpa tanda jasa bagi kesehatan usus kita.
Mikrobioma Usus Bahagia, Gula Darah Terkendali?
“Pistachio tampaknya mampu mengubah lanskap mikroba usus secara signifikan pada orang dewasa dengan prediabetes, terutama jika dikonsumsi sebagai camilan malam,” kata Profesor Kristina Petersen. “Perubahan mikrobioma ini mungkin menawarkan manfaat kesehatan jangka panjang lainnya – berpotensi membantu memperlambat perkembangan diabetes tipe 2 atau mengurangi peradangan sistemik – yang kami harapkan dapat dieksplorasi dalam penelitian di masa depan.”
Studi ini melibatkan 51 orang dewasa dengan prediabetes dan dilakukan selama dua periode 12 minggu yang dipisahkan oleh istirahat, sehingga efek dari bagian pertama percobaan tidak memengaruhi bagian kedua. Pada akhir penelitian, semua peserta menerima kedua perawatan. Sampel tinja dikumpulkan dan dianalisis menggunakan 16S rRNA gene sequencing, teknik yang dapat membantu mengklasifikasikan bakteri berdasarkan susunan genetiknya.
Kabar Baik Lainnya: Bakteri “Jahat” Turun!
Profesor Petersen mencatat bahwa peserta yang makan pistachio juga mengalami penurunan pada beberapa kelompok bakteri yang terkait dengan hasil metabolisme yang kurang baik. Jadi, tidak hanya bakteri baik yang meningkat, bakteri jahat pun ikut “terusir”!
“Kadar Blautia hydrogenotrophica – bakteri yang membantu menghasilkan senyawa yang dapat menumpuk dalam darah dan membahayakan kesehatan ginjal dan jantung – lebih rendah setelah konsumsi pistachio,” kata Profesor Petersen. “Kadar Eubacterium flavonifractor, yang memecah senyawa antioksidan bermanfaat dari makanan seperti pistachio, juga menurun.” Wah, pistachio memang multifungsi!
Desain Penelitian yang Solid, Hasil yang Lebih Akurat
Profesor Petersen menambahkan bahwa kekuatan penelitian ini terletak pada desain yang digunakan – uji klinis randomized crossover, di mana semua peserta menerima kedua perawatan secara acak. Dengan memasukkan semua peserta ke dalam kelompok pistachio dan kelompok perawatan standar, penelitian ini membantu para peneliti lebih memahami bagaimana makanan tertentu seperti pistachio dapat memengaruhi mikrobioma usus. Desain ini meminimalisir bias dan memberikan hasil yang lebih meyakinkan.
Meskipun penelitian ini menunjukkan pergeseran pada bakteri usus, masih belum jelas apakah perubahan ini secara langsung diterjemahkan ke peningkatan kesehatan – pertanyaan yang memerlukan penelitian lebih lanjut, kata Profesor Petersen. Namun, setidaknya, kita sudah tahu bahwa pistachio punya potensi besar dalam menjaga kesehatan usus dan metabolisme.
Jadi, lain kali kamu merasa lapar di malam hari, cobalah segenggam pistachio. Selain enak, siapa tahu bisa bantu jaga gula darah dan mikrobioma ususmu tetap bahagia. Tentunya, imbangi dengan gaya hidup sehat lainnya, ya!