Gempa bumi memang bukan teman yang menyenangkan. Bayangkan saja, lagi asyik nonton drakor, tiba-tiba bumi bergoyang. Drama Korea jadi drama kehidupan. Tapi, tenang dulu, kali ini kita akan membahas secara serius (tapi tetap santai) tentang bagaimana Bengkulu menghadapi situasi darurat pasca gempa.
Bengkulu Siaga: Gempa 6.3 Magnitudo Guncang Kota
Setelah gempa bumi berkekuatan 6.3 magnitudo mengguncang Bengkulu pada Jumat pagi, Pemerintah Kota Bengkulu langsung menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari. Keputusan ini tertuang dalam Surat Keputusan Walikota Nomor 110/2025, yang berlaku mulai 23 hingga 29 Mei 2025. Langkah cepat ini diambil sebagai bentuk respons terhadap dampak gempa yang cukup signifikan.
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB, Abdul Muhari, gempa dengan kedalaman 80 kilometer ini terasa kuat di Kota Bengkulu serta beberapa wilayah sekitarnya seperti Seluma, Bengkulu Tengah, dan Bengkulu Utara. Getaran yang kuat tentu membuat panik warga dan menimbulkan kerusakan pada sejumlah bangunan.
Data sementara dari BNPB menunjukkan bahwa setidaknya 241 keluarga atau sekitar 800 jiwa terdampak langsung oleh gempa ini. Di Kabupaten Bengkulu, tercatat 49 rumah dan satu kantor kecamatan mengalami kerusakan. Selain itu, lima sekolah juga dilaporkan terkena dampak.
Di Kota Bengkulu sendiri, dampaknya lebih terasa. Sebanyak 192 rumah terdampak, delapan rumah mengalami kerusakan berat, dan enam fasilitas publik termasuk sekolah dan tempat ibadah juga mengalami kerusakan. Ini menunjukkan betapa seriusnya dampak gempa ini terhadap infrastruktur dan kehidupan masyarakat.
BNPB telah berkoordinasi dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota untuk melakukan penanganan darurat. Bantuan logistik dan peralatan darurat juga telah dikirimkan ke lokasi-lokasi terdampak. BPBD setempat terus memantau dan mengumpulkan data di lapangan untuk mendirikan tenda dan menyalurkan bantuan kepada warga.
Syukurlah, hingga saat ini tidak ada laporan mengenai korban jiwa. Beberapa warga yang rumahnya mengalami kerusakan berat dilaporkan mengungsi ke rumah kerabat terdekat. Sementara itu, sebagian warga lainnya memilih untuk tetap berada di sekitar rumah mereka, mungkin sambil berjaga-jaga atau menunggu bantuan datang.
Pasca Gempa: Apa yang Harus Dilakukan?
Setelah gempa bumi berlalu, tentu ada beberapa langkah penting yang perlu diperhatikan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Selain recovery, penting juga meningkatkan disaster preparedness agar lebih siap menghadapi bencana di masa depan.
Prioritaskan Keamanan Diri dan Keluarga: Pastikan semua anggota keluarga dalam keadaan aman. Jika ada yang terluka, segera berikan pertolongan pertama atau bawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Jangan lupa periksa kondisi rumah, jika ada retakan atau kerusakan yang membahayakan, segera evakuasi.
Pantau Informasi Resmi: Jangan mudah percaya dengan informasi yang beredar di media sosial atau grup WhatsApp yang belum terverifikasi. Selalu pantau informasi resmi dari BNPB, BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), atau BPBD setempat. Informasi yang akurat akan membantu Anda mengambil keputusan yang tepat.
Siapkan Tas Siaga Bencana (TSB): Tas ini berisi barang-barang penting yang dibutuhkan saat terjadi bencana, seperti air minum, makanan ringan, obat-obatan pribadi, senter, radio, baterai cadangan, pakaian ganti, selimut, dan dokumen penting. Simpan TSB di tempat yang mudah dijangkau.
Bangun Komunikasi dan Solidaritas: Jalin komunikasi yang baik dengan tetangga dan komunitas sekitar. Saling membantu dan memberikan dukungan moral akan sangat berarti dalam situasi sulit. Ingat, teamwork makes the dream work, bahkan saat bencana.
Pemulihan Pasca Gempa: Lebih dari Sekadar Membangun Kembali
Proses pemulihan pasca gempa bukan hanya tentang membangun kembali bangunan yang rusak, tetapi juga tentang memulihkan kondisi psikologis masyarakat. Trauma akibat gempa bisa berdampak jangka panjang jika tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan.
Tim gabungan terus siaga dan mengumpulkan data mengenai kebutuhan mendesak warga. Fasilitas publik yang terdampak juga menjadi fokus utama dalam penanganan darurat. Pemerintah daerah berupaya secepatnya memulihkan fungsi fasilitas-fasilitas tersebut agar pelayanan publik dapat kembali berjalan normal.
Dukungan psikososial juga sangat penting untuk membantu masyarakat mengatasi trauma dan kecemasan pasca gempa. Pendampingan psikolog dan konselor dapat membantu warga mengelola emosi dan membangun kembali kepercayaan diri. Ini bukan sekadar healing, tapi juga building resilience.
Selain itu, edukasi mengenai mitigasi bencana perlu ditingkatkan. Masyarakat perlu memahami risiko bencana di wilayah mereka dan bagaimana cara menghadapinya. Pelatihan-pelatihan mengenai pertolongan pertama, evakuasi mandiri, dan penggunaan alat pemadam api ringan (APAR) perlu digencarkan.
Pelajaran dari Bengkulu: Siap Siaga Itu Keren!
Gempa Bengkulu ini menjadi pengingat bagi kita semua betapa pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana. Indonesia, dengan posisinya di Cincin Api Pasifik, memang rentan terhadap gempa bumi. Namun, dengan persiapan yang matang dan respons yang cepat, kita bisa mengurangi dampak buruk dari bencana.
Jadi, jangan anggap remeh disaster management. Siapkan diri, keluarga, dan komunitas Anda. Karena, seperti kata pepatah, "Sedia payung sebelum hujan". Atau dalam konteks ini, "Sedia TSB sebelum gempa". Ingat, siap siaga itu keren, bukan sekadar himbauan!