Dark Mode Light Mode

Gerakan Pengelolaan Sampah Nasional Digagas, Dampak Signifikan Menanti

Bayangkan dunia di mana gunung sampah bukan lagi pemandangan yang umum. Mimpi? Mungkin tidak. Pemerintah kita punya rencana besar, dan ini bukan sekadar wacana di warung kopi. Ini tentang mengubah sampah menjadi sesuatu yang berharga, bahkan energi. Jangan kaget kalau nanti kita bisa charge HP pakai tenaga sampah.

Indonesia Bebas Sampah? Misi (Hampir) Mustahil?

Pemerintah menargetkan pengelolaan sampah 100% pada tahun 2029. Kedengarannya ambisius, kan? Tapi, dengan dukungan penuh dari Presiden Prabowo Subianto yang akan meluncurkan gerakan nasional penanganan sampah, bukan tidak mungkin. Target awal tahun ini adalah pengelolaan sampah sebesar 51.21%. Kalau kata anak sekarang, "gaspol!"

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) menjadi landasan hukum. Ini bukan sekadar janji manis, tapi rencana yang backed up dengan regulasi. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hanif Faisol Nurofiq, turun langsung ke lapangan, bahkan meninjau TPA Kopi Luhur di Cirebon. Serius, kan?

Nah, ada kabar buruk buat TPA yang masih open dumping. Kalau sampai kebakaran, bisa kena sanksi pidana. Intinya, pemerintah nggak main-main soal ini. Sudah saatnya kita berpisah dengan praktik pengelolaan sampah yang ketinggalan zaman. Era baru pengelolaan sampah telah tiba!

Pendekatan pengelolaan sampah dibagi dua: upstream dan downstream. Upstream itu urusan hulu, mulai dari rumah tangga, pasar, sampai universitas. Downstream itu hilir, bagaimana sampah diolah menjadi energi. Keren, kan?

Strategi Jitu: 3R dan Teknologi Canggih

Upstream fokus pada reduce, reuse, recycle (3R). TPS-3R (Tempat Pengolahan Sampah – Reduce, Reuse, Recycle) dan TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) menjadi ujung tombak. Intinya, kurangi sampah dari sumbernya, manfaatkan kembali, dan daur ulang. Mudah diucapkan, tapi butuh kesadaran kolektif.

Pemerintah juga mendorong pemilahan sampah yang lebih ketat. Ini penting banget! Jangan sampai botol plastik kesayanganmu berakhir di TPA karena bercampur dengan sisa makanan. Bayangkan, sampah yang dipilah dengan benar bisa menjadi sumber daya bernilai tinggi.

Sementara itu, downstream berbicara tentang teknologi. Waste-to-Energy (WTE) dan Refuse-Derived Fuel (RDF) menjadi andalan. Sampah diubah menjadi energi. Ini bukan sihir, tapi sains! Dengan teknologi ini, kita bisa menghasilkan listrik dari sampah. Hemat energi, atasi masalah sampah, win-win solution!

Rencananya, akan dibangun PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) di daerah dengan volume sampah besar. Peraturan presiden untuk mempercepat pembangunan PLTSa sedang digodok. Semoga cepat selesai, ya! Biar sampah kita nggak cuma jadi gunungan, tapi jadi sumber listrik.

EPR: Industri Bertanggung Jawab!

Pemerintah juga mendorong Extended Producer Responsibility (EPR). Industri harus bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan produknya. Bayangkan, perusahaan yang memproduksi botol plastik harus ikut membeli dan mendaur ulang botol-botol tersebut. Keren, kan?

Dengan EPR, industri menjadi off-taker utama dalam pembelian kardus dan plastik bekas. Tujuannya jelas: memastikan lebih banyak bahan daur ulang diserap oleh industri. Ini bukan cuma soal lingkungan, tapi juga soal ekonomi. Daur ulang bisa menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan nilai ekonomi sampah.

Prabowo Turun Tangan: Indonesia Bersih Impian Kita

Presiden Prabowo Subianto akan memimpin langsung gerakan nasional penanganan sampah. Ini menunjukkan komitmen tinggi dari pemerintah. Beliau bukan cuma bicara, tapi turun tangan langsung. Semoga dengan kepemimpinan beliau, target 100% pengelolaan sampah bisa tercapai.

Hanif Faisol Nurofiq menekankan bahwa strategi utama perbaikan pengelolaan sampah dimulai dari upstream. Pengurangan sampah di tingkat masyarakat dan area komersial adalah kunci. Kebijakan yang lebih ketat untuk universitas, pasar, perumahan, hotel, restoran, dan kafe menjadi prioritas. Semua pihak harus terlibat!

Peningkatan sistem pemilahan sampah menjadi fokus utama. Semakin baik kita memilah sampah, semakin sedikit sampah yang masuk ke TPA. Bayangkan, kalau semua orang memilah sampah dengan benar, TPA akan lebih awet dan lingkungan kita akan lebih bersih.

Intinya, pengelolaan sampah yang efektif membutuhkan kerjasama dari semua pihak. Pemerintah, industri, dan masyarakat harus bersatu padu. Kalau kita semua sadar dan peduli, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi negara yang bersih dan bebas sampah.

Jadi, mari kita mulai dari diri sendiri. Pilah sampah di rumah, kurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan dukung program daur ulang. Dengan begitu, kita turut berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia yang lebih bersih dan sehat. Jangan lupa, bumi ini cuma satu. Jaga baik-baik, ya!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Atelier Resleriana: Alkemis Merah & Penjaga Putih Rilis 26 September, Siap Guncang Industri Game!

Next Post

Pengisi Daya Qi2 3-in-1 Belkin Termurah dalam Beberapa Bulan: Jangan Sampai Ketinggalan