Bayangkan, lagi asyik scrolling TikTok, tiba-tiba dapat notifikasi: Gunung Lewotobi Laki Laki meletus! Bukan cuma asap, tapi kolom material vulkanik setinggi 18 kilometer. Bikin bulu kuduk merinding, tapi penasaran juga kan?
Indonesia memang negara yang unik. Dikenal dengan keindahan alamnya, dari pantai eksotis sampai hutan tropis, tapi juga akrab dengan bencana alam. Letusan gunung berapi adalah salah satu realita yang harus dihadapi, terutama karena kita berada di wilayah Ring of Fire alias Cincin Api Pasifik.
Gunung Lewotobi Laki Laki, yang terletak di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, memang sedang aktif-aktifnya. Bahkan, statusnya sudah mencapai level tertinggi sejak bulan lalu. Ini berarti, potensi bahayanya juga meningkat. Bayangkan saja, awan panas bercampur bebatuan dan lava bisa meluncur hingga 5 kilometer dari lereng gunung!
Erupsi besar terakhir terjadi pada November 2024, merenggut nyawa 9 orang dan melukai puluhan lainnya. Kejadian ini menjadi pengingat betapa berbahayanya gunung berapi, terutama bagi mereka yang tinggal di sekitarnya.
Menurut Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, erupsi kali ini memiliki potensi bahaya yang lebih besar, termasuk dampaknya terhadap penerbangan. Zona bahaya harus diperluas dan dikosongkan dari warga serta aktivitas wisata. Ini bukan main-main, keselamatan jiwa harus jadi prioritas utama.
Sebagai langkah antisipasi, zona eksklusi telah diperluas menjadi radius 7 kilometer. Petugas terus memantau aktivitas gunung dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat. Evakuasi juga disiapkan jika situasinya semakin memburuk.
Lalu, apa saja dampaknya selain potensi bahaya langsung bagi warga sekitar? Ternyata, erupsi ini juga mengganggu jadwal penerbangan.
Jadwal Terbang Kacau? Erupsi Gunung Lewotobi Bikin Pilot Mikir Keras!
Sedikit drama di dunia penerbangan terjadi akibat erupsi ini. Setidaknya 24 penerbangan dari dan ke Bali, tujuan Australia, Singapura, hingga Korea Selatan dibatalkan. Beberapa rute domestik juga ikut terdampak. Bandara Ngurah Rai Bali masih beroperasi normal, tetapi kewaspadaan tetap ditingkatkan.
Maskapai penerbangan seperti Virgin Australia dan Qantas bahkan harus menunda atau membatalkan penerbangan demi keselamatan penumpang dan kru. Repot juga ya, kalau liburan atau urusan bisnis jadi tertunda gara-gara abu vulkanik. Tapi, keselamatan memang nomor satu.
Tidak hanya penerbangan internasional, empat penerbangan domestik dari Bandara El Tari Kupang ke Maumere dan Larantuka juga terpaksa dibatalkan. Abu vulkanik benar-benar bisa mengacaukan rencana perjalanan.
Hujan abu juga dilaporkan melanda beberapa desa, membuat langit menjadi gelap selama hampir setengah jam. Material vulkanik seperti kerikil dan abu beterbangan hingga 8 kilometer dari kawah.
Hadi Wijaya, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), mengingatkan warga untuk waspada terhadap potensi lahar dingin akibat curah hujan tinggi. Kombinasi hujan deras dan material vulkanik bisa memicu banjir bandang yang berbahaya.
Lahar Dingin: Musuh Tersembunyi Setelah Erupsi
Lahar dingin seringkali menjadi ancaman yang terlupakan setelah erupsi gunung berapi. Air hujan yang bercampur dengan abu dan material vulkanik lainnya membentuk aliran lumpur yang sangat kuat dan berbahaya. Aliran ini bisa menghancurkan apa saja yang dilewatinya, termasuk rumah, jembatan, dan infrastruktur lainnya. Waspada!
Aktivitas erupsi ini diduga dipicu oleh penumpukan energi tersembunyi akibat penyumbatan magma di kawah. Akibatnya, aktivitas seismik yang terdeteksi berkurang, sementara tekanan terus meningkat hingga akhirnya terjadi erupsi eksplosif.
Mengapa Indonesia Rentan Erupsi Gunung Berapi?
Indonesia memiliki lebih dari 120 gunung berapi aktif dan terletak di Cincin Api Pasifik, zona yang sangat aktif secara seismik dan vulkanik. Pergerakan lempeng tektonik di zona ini menyebabkan seringnya gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Belajar dari Erupsi: Persiapan adalah Kunci
Erupsi Gunung Lewotobi Laki Laki ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam. Mulai dari memahami risiko, menyiapkan rencana evakuasi, hingga mengikuti informasi dari sumber yang terpercaya. Ingat, better safe than sorry.
Indonesia dengan segala keindahan dan kerentanannya, mengajarkan kita untuk hidup berdampingan dengan alam. Menghormati kekuatan alam dan mempersiapkan diri adalah kunci untuk meminimalisir dampak negatif dari bencana. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya.