Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Hidden Cameras: Dari Indie Boy Jadi Bad Boy Lewat Musik Elektro Berlin yang Meditatif

CIFTIS: Siswa Indonesia Promosikan Budaya, Banggakan Negeri

Hagen Show: Detak Jantung Budaya Beresonansi di Panggung

Pernahkah merasa feed media sosial begitu-begitu saja? Atau mungkin akhir pekan terasa hambar tanpa drama yang berarti? Nah, lupakan sejenak binge-watching serial yang itu-itu lagi, karena ada sebuah acara yang baru saja selesai di Papua Nugini yang bisa membuat semua rutinitas tampak seperti level tutorial. Bukan cuma festival biasa, ini adalah perayaan yang berhasil menyatukan budaya dari berbagai penjuru dunia, seolah-olah seluruh keajaiban adat istiadat berkumpul dalam satu panggung, menjanjikan visual dan pengalaman yang bahkan filter Instagram pun sulit menirunya.

Acara akbar yang dimaksud adalah Pameran Pertanian dan Budaya Mt Hagen ke-65, sebuah gelaran yang baru saja menutup tirainya dengan meriah di Queens Park, Mt Hagen, Provinsi Western Highlands. Selama tiga hari penuh, mulai Jumat, 15 Agustus hingga Minggu, 17 Agustus, taman tersebut menjadi saksi bisu harmonisasi tarian dan nyanyian budaya yang memesona. Ini bukan hanya pertunjukan lokal biasa; ini adalah magnet bagi para petualang dan penikmat budaya dari seluruh dunia.

Para pelancong yang haus akan pengalaman otentik datang dari berbagai penjuru globe. Bayangkan saja, turis rela menempuh ribuan kilometer dari Amerika Serikat, Timur Tengah, Eropa, hingga negara-negara Asia, hanya untuk menyaksikan sendiri perpaduan budaya dan tradisi unik dari Wilayah Dataran Tinggi Papua Nugini. Kehadiran mereka membuktikan bahwa daya tarik seni dan warisan leluhur memang tidak mengenal batas geografis, bahkan dalam dunia yang serba digital ini.

Ribuan peserta, atau yang biasa disebut kelompok singsing, tidak hanya datang dari seluruh pelosok Wilayah Dataran Tinggi. Perwakilan dari wilayah pesisir pun turut hadir, menambah kekayaan ragam penampilan yang disuguhkan setiap tahunnya. Mereka bukan sekadar penampil, melainkan duta-duta hidup dari tradisi dan cerita yang telah diwariskan turun-temurun, menciptakan vibes festival yang penuh energi dan warna.

Ketika Budaya Berjoget di Panggung Dunia

Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya, Belden Namah, secara resmi menutup acara tersebut pada akhir pekan lalu. Dalam pidatonya, beliau tidak segan memuji Gubernur dan komite pameran atas kerja keras mereka dalam menyelenggarakan acara yang damai dan kaya akan keberagaman budaya ini. Sebuah event yang semacam ini, menurutnya, tidak akan mungkin terwujud tanpa minat dan partisipasi aktif dari masyarakat. Ini semacam puzzle besar di mana setiap orang adalah kepingan pentingnya.

Menteri Namah juga menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada para turis, baik lokal maupun internasional, yang telah jauh-jauh datang demi bisa menjadi bagian dari perayaan ini. Kehadiran mereka bukan hanya sekadar angka, melainkan validasi bahwa acara ini memiliki nilai universal yang melampaui batas-batas negara. Ini adalah bukti bahwa FOMO budaya memang ada dan patut diperjuangkan.

Beliau menyatakan bahwa pameran kali ini adalah sebuah kesuksesan besar, dan memberikan apresiasi tinggi kepada semua pihak yang terlibat. Mt Hagen, menurut Menteri Namah, tidak hanya aman bagi Wilayah Dataran Tinggi, tetapi juga sedang bertransformasi menjadi kota ketiga yang sangat kompetitif di negara tersebut. Ini bukan lagi sekadar kota transit, melainkan destinasi yang sedang naik daun.

Transformasi Mt Hagen ini tidak lepas dari pembangunan infrastruktur dan pengembangan yang masif di kota, semua berkat kepemimpinan Gubernur Rapa. Ada banyak proyek ambisius yang sedang berjalan, mengubah wajah kota menjadi lebih modern dan fungsional. Bahkan, Menteri juga sempat menyentil, jika para anggota parlemen di sana mau lebih kooperatif dengan Gubernur, perubahan yang lebih signifikan akan terjadi di provinsi tersebut.

Mimpi Infrastruktur yang Tak Cukup di PowerPoint

Dalam kesempatan yang sama, Menteri juga menekankan pentingnya investasi pemerintah yang lebih besar pada sektor pariwisata, pertanian, kehutanan, dan perikanan. Sektor-sektor ini adalah tulang punggung ekonomi yang memiliki potensi luar biasa jika dikembangkan secara optimal. Ini adalah panggilan untuk level up dalam strategi ekonomi nasional.

Selain itu, Menteri Namah juga mendesak pemerintah provinsi untuk membangun stadion yang lebih memadai guna menjadi tuan rumah acara-acara besar seperti pameran ini, mengingat lahan yang digunakan saat ini masih terbatas. Bayangkan saja, betapa lebih epiknya acara ini jika digelar di fasilitas yang lebih representatif. Ini adalah visi untuk masa depan yang lebih grand.

Beliau juga menyoroti pentingnya membangun pusat kebudayaan di Mt Hagen khusus untuk wilayah Dataran Tinggi. Sebuah tempat di mana warisan nenek moyang bisa dijaga, dipamerkan, dan diwariskan ke generasi berikutnya, agar storytelling budaya tidak hanya hidup dalam dongeng, tetapi juga dalam bentuk fisik yang bisa dikunjungi. Ini mirip seperti vault harta karun budaya.

Sebagai informasi tambahan, Menteri juga menyampaikan bahwa menjelang perayaan Kemerdekaan PNG yang ke-50, provinsinya sendiri akan menjadi tuan rumah “Pameran Budaya Pikinini” (Pameran Budaya Anak-anak) pada tanggal 15 September di Vanimo. Sebuah langkah proaktif untuk menanamkan nilai-nilai budaya sejak dini. Sejalan dengan itu, Namah pun mendesak Mt Hagen untuk mengadakan acara serupa bagi anak-anak, memastikan bahwa budaya dan tradisi nenek moyang dapat ditanamkan pada generasi penerus.

Gubernur Langsung Gaspol Demi Budaya dan Pariwisata

Gubernur Provinsi Western Highlands, Wai Rapa, dengan optimisme tinggi menyatakan komitmennya untuk membuat pameran budaya tahun depan lebih besar dan lebih baik lagi. Tujuannya jelas: menarik lebih banyak turis untuk datang ke provinsi tersebut. Ini adalah janji untuk upgrade besar-besaran yang tentu saja dinantikan banyak pihak, terutama para traveler yang mencari pengalaman baru.

Gubernur Rapa juga menanggapi keinginan Menteri terkait pembangunan pusat kebudayaan di WHP. Beliau menegaskan bahwa dirinya sangat bersemangat untuk mewujudkan proyek tersebut di provinsi. Tempat ini, kata Gubernur, akan menjadi lokasi di mana semua barang-barang dan arsip bersejarah milik masyarakat WHP dapat disimpan dan dilestarikan. Sebuah rumah bagi memori kolektif yang tak ternilai.

Menariknya, dalam pidato penutupannya, Gubernur juga mengumumkan bahwa Pameran Hagen tahun depan akan dipindahkan ke area Kagamuga Showground, yang berlokasi di sisi Bandara Kagamuga Mt Hagen. Ini adalah langkah strategis untuk memperluas kapasitas dan aksesibilitas acara. Bahkan, ada rencana ambisius untuk membangun stadion di sana setelah semua persyaratan yang diperlukan terpenuhi. Sebuah visi jangka panjang yang cukup menarik, mengingat stadion bisa menjadi venue multifungsi yang sangat vital.

Secara keseluruhan, pameran budaya ini bukan hanya sebuah event tahunan yang meriah, tetapi juga sebuah platform penting untuk mempromosikan pariwisata, melestarikan warisan budaya, dan mendorong pembangunan daerah. Dengan komitmen dari para pemimpin dan antusiasme masyarakat, masa depan Mt Hagen tampak cerah, siap menyambut lebih banyak mata yang ingin menyaksikan keunikan budayanya. Siapa tahu, tahun depan, pameran ini bisa bikin feed kamu dijamin auto-viral dan goals banget.

Previous Post

Naslen Ungkap: Minta Gaji Lebih Asif Ali, Picu Hengkang dari Tiki Taka

Next Post

Hurdle 19 Agustus 2025: Solusi Pamungkas Raih Kemenangan

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *