Dark Mode Light Mode

Harapan Baru Terbit: Clair Obscur Mungkin Mengembalikan Pertempuran Turn-Based ke Final Fantasy

Siapa bilang nostalgia itu basi? Bagi penggemar Final Fantasy sejati, mungkin ada kerinduan mendalam pada masa-masa command-based combat yang ikonik. Bayangkan serunya mengatur strategi, memilih spell yang tepat, sambil menikmati grafis yang memukau di konsol generasi sekarang. Mungkinkah mimpi ini akan menjadi kenyataan?

Transformasi Gaya Bertarung Final Fantasy: Dari Turn-Based ke Real-Time

Sejak Final Fantasy XI hadir di tahun 2002, seri utama Final Fantasy memang mengalami transformasi besar dalam sistem pertarungannya. Kita beralih dari pertarungan berbasis giliran (turn-based combat) yang strategis, ke pertarungan real-time yang lebih dinamis, atau bahkan tab-targeting ala MMO. Tentu saja, hasilnya bervariasi, ada yang sukses besar, ada juga yang kurang memuaskan.

Namun, belakangan ini muncul secercah harapan. Sepertinya Square Enix mulai menyadari bahwa kembali ke akar turn-based combat bukanlah ide yang buruk. Bahkan, mungkin inilah yang dibutuhkan seri Final Fantasy untuk kembali bersinar. Pertanyaannya, apakah ini sekadar harapan palsu, atau sinyal perubahan nyata?

Suara dari Pemegang Saham: Apakah Turn-Based Combat Akan Kembali?

Menurut laporan dari seorang Investment Media Reporter dengan username @yuzz__ di X, dalam pertemuan pemegang saham Square Enix baru-baru ini, ada pertanyaan menarik yang diajukan. Pertanyaannya, apakah mereka ingin melihat Final Fantasy dan Dragon Quest di masa depan kembali menggunakan ‘command-based' combat (atau yang lebih dikenal sebagai turn-based combat)? Pertanyaan ini penting, karena suara pemegang saham seringkali memiliki pengaruh besar terhadap arah perusahaan.

Menariknya, @yuzz__ juga menyinggung kesuksesan Clair Obscur: Expedition 33, sebuah RPG yang menggunakan sistem turn-based combat, sebagai alasan mengapa Final Fantasy juga harus mempertimbangkan untuk kembali ke sistem tersebut agar bisa sukses. Clair Obscur: Expedition 33 membuktikan bahwa turn-based RPG masih punya daya tarik yang kuat di mata gamer.

Jawaban Square Enix: Menghargai Asal Usul dan Fondasi

Respon dari Square Enix cukup menjanjikan. Mereka menyatakan bahwa "mereka menyadari keberadaan Expedition 33 dan menganggap RPG berbasis perintah sebagai asal usul dan fondasi Square Enix. Mereka menghargai genre RPG berbasis perintah dan berencana untuk terus menghadirkan game dalam gaya ini di masa depan." Pernyataan ini bagaikan angin segar bagi para penggemar turn-based combat.

Pernyataan ini bisa jadi indikasi bahwa Dragon Quest 12 akan tetap setia pada turn-based combat, dan bahkan Final Fantasy di masa depan mungkin akan kembali mengadopsi sistem yang sama. Tentu saja, kita semua berharap demikian. Bayangkan betapa serunya jika Final Fantasy menggabungkan strategi klasik dengan visual generasi terkini.

Kerinduan Pada Era Keemasan Turn-Based: Sebuah Harapan

Saya (dan mungkin juga kamu) kangen banget sama Final Fantasy yang turn-based. Bukan berarti Final Fantasy VII Remake, Final Fantasy XVI, atau Final Fantasy VII Rebirth jelek, kok. Mereka tetap game yang bagus, dengan kelebihan masing-masing. Tapi, ada sesuatu yang hilang, sebuah magic yang hanya bisa ditemukan dalam turn-based combat.

Kenapa Harus Turn-Based? Nostalgia dan Strategi Jadi Satu

Sebagian besar dari kita (termasuk saya) jatuh cinta pada Final Fantasy karena turn-based combat-nya. Sistem ini memungkinkan kita untuk berpikir strategis, merencanakan setiap gerakan, dan merasakan kepuasan saat berhasil mengalahkan musuh dengan taktik yang cerdas. Di era game serba cepat ini, turn-based combat menawarkan pengalaman yang berbeda, lebih santai namun tetap menantang.

Melihat Data Penjualan: Pasar Masih Mencintai Turn-Based RPG

Anehnya, arah real-time action-oriented yang diambil franchise Final Fantasy justru sering gak sesuai ekspektasi Square Enix. Sementara itu, Final Fantasy Remasters merajai tangga penjualan Xbox Store saat dirilis, dan Clair Obscur: Expedition 33 sukses besar dengan penjualan mencapai 3.3 juta kopi, sekaligus mendapat pujian dari berbagai pihak. Ini membuktikan bahwa pasar masih mencintai turn-based RPG.

Active-Time Battle: Solusi Nostalgia yang Modern?

Saya pribadi berharap Square Enix menghidupkan kembali sistem Active-Time Battle (ATB) yang digunakan di Final Fantasy era Super Nintendo dan PlayStation One. Sistem ini tetap turn-based, tapi memaksa kita untuk membuat keputusan cepat karena musuh bisa menyerang saat kita masih berpikir. Dengan begitu, pertarungan tetap seru tanpa menghilangkan nuansa taktisnya. ATB adalah kombinasi sempurna antara nostalgia dan modernitas.

Final Fantasy Tactics Remaster: Uji Pasar?

Mungkin ini juga alasan kenapa Square Enix mengumumkan remaster untuk Final Fantasy Tactics. Siapa tahu, ini adalah cara mereka untuk mengukur minat pemain terhadap turn-based combat sebelum mengambil keputusan besar. Final Fantasy Tactics adalah game strategi yang legendary, dan remaster-nya pasti akan disambut dengan antusias oleh para penggemar.

Kembali ke Akar: Masa Depan Final Fantasy?

Semoga saja Square Enix akhirnya sadar bahwa eksperimen mereka dengan sistem real-time combat sudah cukup lama berjalan. Sudah saatnya Final Fantasy kembali ke akarnya, ke turn-based combat, demi menjaga masa depannya. Bayangkan Final Fantasy XVII dengan grafis memukau dan sistem turn-based combat yang di- upgrade, pasti pecah banget!

Takeaway: Jangan Lupakan Akar, Final Fantasy!

Intinya, Final Fantasy harus ingat dari mana ia berasal. Turn-based combat adalah bagian penting dari identitas franchise ini. Dengan menggabungkan nostalgia dengan inovasi, Final Fantasy bisa kembali menjadi raja RPG seperti dulu. Jadi, mari kita berharap yang terbaik, dan siapa tahu, mimpi kita akan segera terwujud. Fingers crossed!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Tim SAR Indonesia Temukan Jasad Turis Brasil yang Jatuh dari Gunung Rinjani

Next Post

Bell & Ross Merayakan 20 Tahun Ikon Arloji Kotak Mewah: Dampak dan Visi Carlos Rosillo