Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Hidden Cameras: Dari Indie Boy Jadi Bad Boy Lewat Musik Elektro Berlin yang Meditatif

CIFTIS: Siswa Indonesia Promosikan Budaya, Banggakan Negeri

Hidden Cameras: Dari Indie Boy Jadi Bad Boy Lewat Musik Elektro Berlin yang Meditatif

Joel Gibb, otak di balik The Hidden Cameras, baru-baru ini membuat kejutan di sebuah gig di London. Bayangkan, dari sosok kantoran rapi dengan kemeja putih dan gitar akustik, tiba-tiba berubah menjadi rave god dadakan. Kemeja dibuka, gitar ditinggal, dan beat elektronik menghentak. Ini bukan sekadar konser, ini reboot karakter! Pertanyaannya, apa yang terjadi sampai indie boy ini “nakal”?

Dari Indie ke Disko: Evolusi yang Bikin Geleng-Geleng Kepala

Album terbaru The Hidden Cameras, “Bronto,” adalah bukti nyata transformasi itu. Dari musik country-tinged di album sebelumnya, “Home on Native Land,” dan pop multi-instrumental yang dulu jadi ciri khas mereka, kini kita disuguhi synth-driven purr yang lebih cocok diputar di lantai dansa Berlin. Lho, kok bisa?

Ternyata, melodi-melodi “Bronto” lahir di kepala Gibb saat dia berdansa di klub-klub house dan techno di Berlin, tempat tinggalnya selama dua dekade terakhir. “Daripada bengong, mending nyanyi ‘ooh’ dan ‘ah’ di atas track orang,” ujarnya. Katanya sih, dance music itu kosong, tapi menari itu meditatif. Ya, daripada mikirin cicilan KPR, mending joged.

Namun, “Bronto” bukan cuma surat cinta Gibb untuk Berlin. Album ini juga hasil dialog dengan Munich, tempat lagu-lagu itu digarap bersama Nicolas Sierig. Mereka berdua belajar menggunakan synthesizer tua. “Lebih baik kerja sama dengan orang yang bukan dari dunia dance untuk bikin dance track,” kata Gibb. Biar nggak kejebak di pakem yang itu-itu aja, mungkin ya?

Berlin Party, Munich Mikir: Kombinasi Maut yang Kreatif

Berlin mungkin tempat untuk “pesta dan cari pengalaman,” tapi Munich jadi lensa untuk merefleksikan pengalaman itu. Gibb memuji Munich karena vibenya yang beda. “Asyik buat rekaman di sana. Tenang, bersih, konservatif,” katanya. Hmm, jadi penasaran, apa jadinya kalau dugem di Berlin terus bikin laporan keuangan di Munich?

The Hidden Cameras: Dulu “Gay Church Folk Music”, Sekarang…Apa?

Tensi antara konservatif dan hedonis memang jadi benang merah di karya-karya The Hidden Cameras. Dulu, mereka menyebut musiknya sebagai “gay church folk music.” Album mereka di tahun 2003, “The Smell Of Our Own,” merayakan seksualitas gay dan kebebasan dari rasa malu akibat dogma agama. Di tengah scene indie rock yang masih didominasi heteronormativitas, mereka jadi outlier yang berani.

Lirik-lirik mereka waktu itu eksplisit banget, tentang orgi tentara, berlutut “untuk merasakan lelaki,” dan golden shower. “Aku juga kaget dulu nulis lirik begitu,” kata Gibb. “Sekarang aku konservatif banget.” Serius nih? Atau cuma akting malu-malu kucing? Dia menambahkan, di London, dia lihat banyak cowok di aplikasi kencan gay yang nyari “H&H” – high and horny, pengen chemsex. “Kok bisa orang London H&H? Mereka kan harus bayar kontrakan dan semuanya mahal,” ujarnya. Betul juga, ya. Modal dugem kan nggak murah.

Dunia Makin Kinky: The Hidden Cameras Jadi Lebih Relevan?

Dunia sudah jadi lebih kinky dalam 20 tahun terakhir, seolah mengejar The Hidden Cameras. Di kota yang nyaris tanpa tabu, inspirasi “Bronto” nggak cuma datang dari klub-klub gelap seperti Berghain. Sensualitasnya juga datang dari hal-hal yang lebih vanilla, seperti keterbukaan orang Jerman soal tubuh. “Di sini, telanjang itu lebih normal,” kata Gibb. “Di Jerman, kamu nggak boleh pakai baju renang di sauna – nanti dimarahin. Itu bikin aku nyaman dengan ketelanjangan, dan itu meresap ke musik.”

Lebih polos lagi, “Bronto” terinspirasi dari “Physical”-nya Olivia Newton-John, lagu pertama yang Gibb sukai di radio. Drum menggelegar di “You Can Call,” yang catchy banget, adalah upayanya untuk menulis lagu yang bisa menang di Eurovision. Gibb ingin menggunakan minimalisme musik elektronik untuk menulis lirik yang lebih romantis. Album ini bercerita tentang bagaimana hidup di kota besar, khususnya Berlin, memengaruhi hubungan seksual dan romantis.

“Semua Orang Punya Lagu ‘I Want You'”: Gibb Ikut Bikin

“Secara lirik, album ini lebih tradisional,” kata Gibb. “Semua orang punya lagu ‘I Want You,’ dan aku juga bikin.” Ada juga penghormatan untuk para heronya. Vince Clarke (Erasure) dan Pet Shop Boys bikin remix untuk “Undertow” dan “How Do You Love?” yang menggabungkan electro pop klasik mereka dengan sound The Hidden Cameras yang baru dan lebih langsung.

Rencana Gibb Selanjutnya: Dari Elektronik ke Gitar “Jangly”

Gibb menyebut “Bronto” sebagai “arah baru, perasaan baru, representasi baru tentang siapa aku.” Tapi, dia tetap akan memainkan lagu-lagu lama dengan gitar sebelum bagian elektronik yang bikin keringetan di tur musim gugur ini. Setelah itu, dia akan kembali ke musik gitar “jangly.” Menurutnya, benang merah di berbagai fase The Hidden Cameras adalah eksplorasinya tentang emosi-emosi kontradiktif seputar cinta. “Ada romantisme dan sinisme,” katanya. “Aku masih merasa ada bagian dari diriku yang nggak jaded.”

Bronto: Relevankah Indie Boy yang Nakal?

Apakah perubahan The Hidden Cameras ini relevan? Tergantung. Jika Anda mencari musik yang jujur, berani, dan nggak takut bereksperimen, “Bronto” bisa jadi pilihan menarik. Tapi, kalau Anda kangen dengan indie pop mereka yang dulu, mungkin butuh penyesuaian. Yang jelas, Joel Gibb membuktikan bahwa jadi “nakal” itu kadang perlu, apalagi kalau hasilnya adalah musik yang bikin penasaran dan nggak bisa ditebak.

Intinya, “Bronto” adalah bukti bahwa evolusi itu penting. Sama kayak update software di hape, musisi juga perlu upgrade diri biar nggak ketinggalan zaman. Dan kayaknya, The Hidden Cameras berhasil melakukan itu dengan cukup baik. Siapa tahu, habis ini mereka malah bikin album dangdut koplo. Kita tunggu saja kejutan selanjutnya.

Bronto dari The Hidden Cameras sudah rilis. Mereka akan main di Rough Trade East, London, hari Senin, 15 September.

Previous Post

Switch 2: Inilah Daftar Game Eksklusif dan Paling Ditunggu di 2025!

Next Post

SEO Poisoning Mengintai Pengguna Windows Berbahasa Mandarin: Data & Dompet Jadi Incaran!

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *