Dark Mode Light Mode

IGDA Mengecam Penghapusan Game Dewasa sebagai Pembungkaman Kreativitas

Dunia game lagi rame nih! Bukan cuma soal game baru atau esports, tapi juga soal kebebasan berkarya. Bayangin, developer yang udah curahkan hati dan jiwa bikin game, tiba-tiba gamenya ditarik dari peredaran. Kayak lagi PDKT, eh ditolak mentah-mentah!

Sensor Content Dewasa di Dunia Game: Kebebasan atau Keterbatasan?

Dunia game, yang seharusnya jadi tempat sandbox kreatif, kini terasa makin ketat. Beberapa platform besar seperti Steam dan itch.io mulai “bersih-bersih” konten dewasa, dan ini bikin International Game Developers Association (IGDA) angkat bicara. IGDA khawatir, tindakan ini bisa jadi preseden buruk buat kebebasan berekspresi para developer game. Apalagi, yang kena imbas bukan cuma game “esek-esek” doang, tapi juga game dengan narasi queer, kink-positive, atau romantis yang legal.

Kenapa Sekarang? Salahnya Siapa?

Katanya sih, gara-gara tekanan dari perusahaan payment provider kayak Visa dan Mastercard. Mereka dituduh “mendanai” konten yang nggak senonoh di platform game. Waduh, ribet juga ya urusannya. Sebuah kampanye bahkan menuduh mereka “meraup untung dari pemerkosaan, inses, dan game yang mengeksploitasi anak” di Steam dan platform digital lainnya. Ini yang bikin platform game kelimpungan dan akhirnya mengambil tindakan. Payment provider adalah kunci utama disini.

IGDA: Jangan Sampai Kreativitas Dikekang!

IGDA mengingatkan, moderasi konten yang terlalu vague atau overly cautious bisa berdampak buruk. Developer yang gamenya nggak melanggar aturan pun bisa kena getahnya. Mereka bisa kehilangan pendapatan dan reputasi. Lebih parah lagi, developer jadi takut berekspresi dan akhirnya melakukan self-censorship. Kebayang kan, lagi pengen bikin game horror yang gore, eh malah kepikiran “Wah, nanti ditarik lagi…”. Mereka juga menekankan, developer dari kelompok minoritas mungkin akan lebih terdampak oleh sensor berlebihan.

Dampak Sensor: Siapa yang Rugi?

Yang jelas, developer indie dan developer dari kelompok minoritas adalah yang paling rentan jadi korban. Mereka mungkin nggak punya sumber daya buat melawan kebijakan platform yang nggak jelas. Selain itu, sensor juga bisa menghambat inovasi dan kreativitas di industri game. Kita jadi nggak bisa lihat game-game unik dan eksperimental yang berani mengangkat tema-tema sensitif. Dampak ekonomi juga sangat signifikan. Industri video game adalah industri besar yang terus tumbuh.

Solusi: Transparansi dan Keadilan!

IGDA mendesak platform game untuk lebih transparan soal kebijakan konten mereka. Mereka juga menyarankan pembentukan panel penasihat yang terdiri dari ahli hukum, kreator marginal, dan profesional trust and safety. Panel ini bisa membantu platform game membuat keputusan yang lebih adil dan proporsional. Selain itu, IGDA juga merekomendasikan penggunaan layanan pembayaran alternatif yang lebih adult-industry-compliant. Jadi, nggak cuma ngandelin Visa dan Mastercard aja.

Content Dewasa: Definisi yang Harus Dijelaskan

Salah satu poin penting yang disoroti IGDA adalah perlunya definisi yang jelas tentang “konten dewasa” yang dilarang. Jangan sampai konten yang legal dan etis, seperti game yang menampilkan narasi queer atau kink-positive, ikut kena sensor karena dianggap “kontroversial”. Kan nggak lucu, lagi pengen bikin game tentang cinta sejenis, eh malah dibilang nggak senonoh. Kita harus membedakan konten yang memang melanggar hukum dengan konten yang sekadar menampilkan tema dewasa.

Industri Game Perlu Bersatu!

IGDA mengajak semua pihak di industri game, mulai dari platform, payment processor, sampai publisher, untuk berdialog dan mencari solusi bersama. Ini bukan cuma soal konten dewasa, tapi juga soal hak-hak developer, kebebasan berekspresi, dan keberlanjutan karya kreatif di dunia game. IGDA juga meminta organisasi dan publisher lain untuk mendukung para kreator dari sensor yang berlebihan. Sekarang, saatnya bersuara!

Perlindungan Hak Cipta: Jangan Sampai Ada Plagiarisme!

Selain masalah sensor, perlindungan hak cipta juga jadi isu krusial. Kasus cloning game yang melibatkan perusahaan besar seperti Sony dan Tencent menunjukkan bahwa plagiarisme masih jadi masalah serius di industri game. Ini bisa merugikan developer yang sudah susah payah menciptakan IP (Intellectual Property) orisinal. Perlu ada tindakan tegas untuk melindungi hak cipta para developer game.

Esports Indonesia: Jangan Lupakan Konten Lokal!

Sementara itu, di Indonesia, perkembangan esports juga semakin pesat. Tapi, jangan sampai kita cuma fokus pada game-game mainstream dari luar negeri. Kita juga perlu mendukung developer lokal untuk menciptakan game-esports yang bisa bersaing di pasar global. Konten lokal punya potensi besar untuk menarik perhatian pemain, apalagi jika dikemas dengan tema dan cerita yang relevan dengan budaya Indonesia.

Game Indie: Lebih Bebas, Lebih Kreatif?

Di tengah ketatnya persaingan, game-game indie menawarkan alternatif yang menarik. Mereka seringkali lebih berani mengangkat tema-tema yang out of the box dan bereksperimen dengan gameplay yang unik. Game-game indie ini bisa jadi oase di tengah gempuran game-game AAA yang seragam. Platform seperti itch.io pun jadi rumah bagi game-game indie yang nggak bisa ditemukan di platform lain.

Game “Made in Indonesia”: Saatnya Unjuk Gigi!

Potensi industri game Indonesia sangat besar. Dengan dukungan yang tepat, developer lokal bisa menciptakan game-game berkualitas yang nggak kalah dengan game-game dari luar negeri. Pemerintah, investor, dan komunitas game perlu bersinergi untuk memajukan industri game Indonesia. Ini bukan cuma soal ekonomi, tapi juga soal kebanggaan bangsa.

Masa Depan Game: Lebih Terbuka atau Lebih Terkendali?

Pertanyaan besarnya adalah, ke mana arah industri game akan bergerak di masa depan? Apakah kita akan melihat industri yang lebih terbuka dan inklusif, atau industri yang semakin terkendali oleh kepentingan korporasi dan tekanan eksternal? Jawabannya ada di tangan kita semua. Sebagai pemain, developer, dan pelaku industri game, kita punya peran untuk menentukan arah industri ini.

Jangan Diam!

Intinya, kebebasan berekspresi di dunia game itu penting. Kita nggak mau kan, dunia game jadi tempat yang monoton dan seragam? Ayo, dukung para developer yang berani berkarya dan jangan biarkan sensor membungkam kreativitas! Ini bukan cuma soal game, tapi juga soal kebebasan kita semua. Jangan sampai kebebasan berkarya jadi barang mewah di dunia game.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Ulasan Video Akses Awal Grounded 2: Pertanda Baik atau Buruk?

Next Post

Animal Collective Rilis Lagu Baru “Buddies on the Blackboard”: Dengarkan, Isyarat Album Baru?