Bayangkan jika transaksi bisnis internasional Anda jadi lebih smooth tanpa pusing mikirin fluktuasi mata uang asing yang bikin jantung deg-degan. Nah, itulah yang sedang diusahakan oleh Indonesia dan Tiongkok melalui perluasan kerjasama Local Currency Settlement (LCS). Ini bukan cuma soal transaksi jual beli biasa, tapi juga menyentuh investasi portofolio, yang artinya peluang bisnis semakin terbuka lebar!
Kerjasama ini bukan barang baru. Sejak 2020, Bank Indonesia (BI) dan People's Bank of China (PBOC) sudah menjalin kemitraan untuk memfasilitasi perdagangan dan investasi langsung. Kini, cakupannya diperluas ke semua transfer yang berkaitan dengan modal dan akun keuangan. Jadi, jangan kaget kalau nanti lihat makin banyak bisnis yang transaksi langsung pakai Rupiah dan Yuan.
LCS sendiri adalah inisiatif keren dari beberapa bank sentral di ASEAN. Tujuannya? Mengurangi risiko nilai tukar dan biaya konversi mata uang bagi para pelaku bisnis. Bayangkan, gak perlu lagi khawatir Rupiah melemah tiba-tiba saat mau bayar supplier dari Tiongkok. Cukup pakai Rupiah, beres!
Indonesia sudah lebih dulu menjalin kerjasama serupa dengan Malaysia, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan. Ini menunjukkan komitmen Indonesia untuk aktif dalam integrasi ekonomi regional dan mengurangi ketergantungan pada mata uang major seperti Dolar AS. Semakin mandiri, semakin asik!
Kerjasama LCS antara Indonesia dan Tiongkok dimulai pada September 2021. Sejak itu, BI dan PBOC menunjuk beberapa bank komersial sebagai Appointed Cross-Currency Dealers (ACCD). Bank-bank ini punya wewenang untuk membuka rekening dalam mata uang masing-masing negara dan memfasilitasi pembayaran lintas batas bagi perusahaan.
Selain itu, platform perdagangan valuta asing PBOC juga meluncurkan mekanisme perdagangan langsung Yuan dan Rupiah di tahun 2021. Ini memungkinkan bank-bank ACCD di kedua negara untuk memberikan kuotasi market-making, sehingga meningkatkan likuiditas dalam pertukaran mata uang bilateral. Lebih mudah dan efisien!
Rupiah Perkasa: LCS Dorong Pertumbuhan Ekonomi Bilateral
Salah satu dampak paling nyata dari kerjasama LCS adalah peningkatan volume transaksi. Tahun lalu, total penyelesaian Yuan lintas batas di bawah kerangka LCS mencapai CNY16.2 miliar (sekitar USD2.3 miliar), naik 24% dibandingkan tahun sebelumnya. Transaksi Yuan/Rupiah sendiri melonjak 51% menjadi CNY4.5 miliar (sekitar USD625.7 juta). Ini bukan angka main-main!
Peningkatan ini menunjukkan bahwa semakin banyak pelaku bisnis yang merasakan manfaat dari LCS. Transaksi jadi lebih cepat, biaya lebih rendah, dan risiko nilai tukar berkurang. Dengan kata lain, LCS membantu meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar Tiongkok, dan sebaliknya.
Investasi Portofolio: Peluang Baru di Era LCS
Perluasan kerjasama LCS ke investasi portofolio membuka peluang baru bagi investor dari kedua negara. Investor Indonesia bisa lebih mudah berinvestasi di pasar modal Tiongkok menggunakan Rupiah, dan investor Tiongkok bisa melakukan hal serupa di Indonesia.
Ini juga bisa menarik investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia. Dengan LCS, investor asing merasa lebih nyaman berinvestasi di Indonesia karena mengurangi risiko nilai tukar. Jadi, jangan heran kalau nanti makin banyak unicorn dari Tiongkok yang parkir modalnya di Indonesia.
LCS vs Dolar AS: Mengurangi Dominasi Mata Uang Global
Meskipun Dolar AS masih menjadi mata uang global yang dominan, kerjasama LCS merupakan langkah penting untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang tersebut. Diversifikasi mata uang dalam perdagangan dan investasi internasional dapat membantu menstabilkan ekonomi dan mengurangi risiko sistemik.
Selain itu, LCS juga mendukung upaya Indonesia untuk memperkuat kedaulatan ekonomi. Dengan menggunakan Rupiah dalam transaksi internasional, Indonesia semakin mandiri dalam menentukan kebijakan ekonomi dan moneter.
Tantangan dan Prospek LCS di Masa Depan
Tentu saja, implementasi LCS juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah perlunya sosialisasi yang lebih luas kepada para pelaku bisnis agar mereka memahami manfaat dan cara menggunakan LCS. Selain itu, infrastruktur pembayaran juga perlu ditingkatkan agar transaksi berjalan lebih lancar.
Namun, prospek LCS di masa depan sangat cerah. Dengan semakin banyak negara yang bergabung dalam inisiatif ini, LCS berpotensi menjadi alternatif yang menarik bagi Dolar AS dalam perdagangan dan investasi internasional.
Tips Jitu Memanfaatkan Peluang LCS
Bagi para pelaku bisnis, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan peluang LCS:
- Pelajari lebih lanjut tentang mekanisme LCS dan manfaatnya bagi bisnis Anda.
- Hubungi bank ACCD untuk membuka rekening dalam mata uang Rupiah atau Yuan.
- Pertimbangkan untuk menggunakan Rupiah atau Yuan dalam transaksi dengan mitra bisnis Anda di Tiongkok.
- Pantau perkembangan kebijakan dan regulasi terkait LCS.
Kesimpulan: LCS, Jalan Menuju Kemandirian Ekonomi
Perluasan kerjasama LCS antara Indonesia dan Tiongkok merupakan langkah strategis untuk memperkuat ekonomi bilateral dan mengurangi ketergantungan pada mata uang global. Ini adalah peluang emas bagi para pelaku bisnis untuk meningkatkan daya saing dan memperluas pasar. Jadi, jangan sampai ketinggalan kereta! LCS bukan hanya soal transaksi, tapi juga tentang kemandirian ekonomi.