Dark Mode Light Mode

Indonesia-Swedia Perkuat Kerja Sama Medis dan Promosikan Bahasa Indonesia

Gak cuma kopi dan furnitur stylish ala IKEA yang bisa kita lirik dari Swedia, guys. Negara Skandinavia itu ternyata juga jagoan di bidang kesehatan. Baru-baru ini, Indonesia dan Swedia resmi menjalin kerja sama yang epic di sektor kesehatan. Kira-kira, apa aja yang bakal kita dapat? Yuk, simak lebih lanjut!

Mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa Swedia? Negara ini dikenal dengan sistem kesehatan yang efisien, inovasi teknologi medis yang canggih, dan fokus kuat pada prevention alias pencegahan penyakit. Sama kayak gadget keluaran terbaru, sistem kesehatan mereka juga selalu up-to-date dengan perkembangan zaman. Plus, mereka jago banget soal digital health, alias pemanfaatan teknologi dalam pelayanan kesehatan. Jadi, wajar kalau Indonesia kepincut.

Kerja sama ini bukan sekadar say hi dan tukar kartu nama. Ada empat Memorandum of Understanding (MoU) yang sudah ditandatangani, mencakup berbagai bidang prioritas. Mulai dari kolaborasi kesehatan secara umum, pemberantasan resistensi antimikroba (AMR), pendirian pusat radioterapi, hingga pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular (PTM). Bahasa kerennya, kita dapat all-in-one package!

Membangun Kesehatan Indonesia ala Swedia: Empat MoU Jadi Kunci

MoU pertama adalah kolaborasi kesehatan secara umum. Ini kayak template dasar untuk semua kerja sama di bidang kesehatan. Selanjutnya, ada pemberantasan resistensi antimikroba (AMR). AMR ini lagi jadi momok menakutkan, lho. Bayangin, bakteri yang kebal sama antibiotik. Ngeri! Kerja sama ini diharapkan bisa mengurangi risiko AMR di Indonesia.

Poin ketiga adalah pendirian pusat radioterapi. Radioterapi penting banget buat pasien kanker. Sayangnya, antrian radioterapi di Indonesia kadang bisa bikin frustrasi. Dengan adanya pusat radioterapi baru, diharapkan antrian bisa dipangkas dan lebih banyak pasien yang tertangani. No more waiting game, deh!

Terakhir, ada pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular (PTM). PTM ini seperti diabetes, kanker, dan penyakit jantung. Gaya hidup modern yang serba instan jadi pemicunya. Kerja sama ini diharapkan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya healthy lifestyle.

Transfer Teknologi dan Pelatihan: Investasi Masa Depan Tenaga Kesehatan Indonesia

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berharap kerja sama ini bisa jadi katalisator untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia. Salah satu fokusnya adalah transfer technology dan peningkatan keterampilan tenaga kesehatan, khususnya perawat dan bidan. Bayangin, perawat kita punya skill setara perawat di Swedia. Keren, kan? Ini investasi jangka panjang yang sangat berharga.

Kerja sama ini juga mencakup peningkatan riset, terutama dalam pengobatan penyakit tropis, studi lebih lanjut tentang kanker paru-paru, pengobatan diabetes, dan early medical screening. Jadi, gak cuma ngurusin yang sakit, tapi juga fokus pada pencegahan dan deteksi dini penyakit.

AstraZeneca, Essity, dan HemoCue: Kolaborasi Konkrit di Lapangan

Beberapa perusahaan raksasa juga ikut ambil bagian dalam kerja sama ini. AstraZeneca akan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan pencegahan dan pengendalian PTM. Essity akan fokus pada pengendalian AMR, khususnya dalam capacity building dan pertukaran pengetahuan. HemoCue akan meluncurkan program screening anemia di tingkat komunitas bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jadi, action-nya gak cuma di atas kertas, tapi juga langsung menyentuh masyarakat.

Radioterapi Lebih Cepat: Hibah untuk RS Kanker Dharmais

Ada kabar gembira buat pasien kanker! Swedfund memberikan hibah studi kelayakan senilai 9 juta Krona Swedia (sekitar Rp 15,3 miliar) untuk RS Kanker Dharmais. Hibah ini bertujuan untuk memperluas akses publik ke radioterapi. Jadi, antrian panjang yang selama ini jadi momok diharapkan bisa berkurang signifikan.

Renovasi RS Fatmawati: Demi Pelayanan yang Lebih Efisien

Business Sweden juga sedang menyiapkan proposal pendanaan untuk renovasi RS Fatmawati di Jakarta Selatan. Rencananya, fasilitas yang saat ini masih tersebar akan dipusatkan untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi risiko infeksi, dan mempermudah akses pasien. Tapi, proposal ini masih dalam tahap awal dan menunggu persetujuan dari Kementerian Keuangan dan Bappenas. Semoga aja lancar, ya!

Jadi, intinya, kerja sama antara Indonesia dan Swedia di bidang kesehatan ini bukan sekadar lip service. Ada komitmen yang kuat dari kedua belah pihak untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Dengan transfer technology, peningkatan keterampilan tenaga kesehatan, dan kolaborasi konkret di lapangan, diharapkan kita bisa punya sistem kesehatan yang lebih baik, lebih efisien, dan lebih inklusif. Siapa tahu, suatu hari nanti kita bisa ngopi cantik di IKEA sambil check up kesehatan dengan teknologi canggih ala Swedia. Who knows?

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

VIVIZ Umumkan Pemberhentian untuk Tur Dunia 2025 "NEW LEGACY": Era Baru Dimulai

Next Post

tinyBuild Connect: Bukti Keunggulan Penerbit Indie dengan Showcase Berbahasa Indonesia