Ketika hard disk internal terasa lebih padat dibanding jadwal kencan, industri game justru sedang berjuang untuk bangkit dari kubur ekonomi. Rasanya seperti internet mendadak putus di tengah raid paling epic, ya, begitulah kira-kira perasaan para titan di industri game saat ini, terjebak dalam buff kelesuan ekonomi yang tak kunjung hilang. Di tengah ketidakpastian tersebut, panggung megah Gamescom 2024: Ketika Industri Game Berusaha ‘Respawn’ dari Kelesuan Ekonomi (Bukan Lagi Masalah Lag) kembali digelar di Cologne, Jerman, menjadi ajang krusial untuk mencari cahaya di ujung terowongan. Harapan besar kini disematkan pada heavy-hitter mendatang seperti GTA VI yang diharapkan mampu menyuntikkan mojo yang sangat dibutuhkan industri ini.
Pesta Game Terbesar: Bukan Hanya Sekadar Main-Main
Gamescom, ajang kumpul gamer global, kembali memanggil para penggemar dan profesional industri ke Cologne. Tahun lalu, pameran akbar ini berhasil menarik hampir 335.000 pengunjung yang membanjiri pusat pameran. Mereka datang untuk menjajal langsung game-game terbaru di stand raksasa yang dilengkapi konsol atau PC.
Pembukaan malam pada hari Selasa kemarin menjadi etalase utama bagi rilis besar yang siap membanjiri pasar dalam beberapa bulan ke depan. Bintang utamanya adalah Black Ops 7, cicilan terbaru dalam saga Call of Duty yang legendaris. Ini bukan sekadar event main-main, tetapi arena pertarungan untuk perhatian dan dompet para gamer.
Pengunjung profesional diberi kesempatan pertama pada hari Rabu untuk menjelajahi stand dan membangun koneksi. Barulah dari Kamis hingga Minggu, puluhan ribu gamer antusias dilepaskan ke arena raksasa ini, menciptakan hiruk-pikuk yang khas Gamescom. Sebuah pemandangan yang menunjukkan betapa kuatnya daya tarik industri ini, meskipun tengah dirundung masalah.
Beberapa nama besar kembali memeriahkan Gamescom tahun ini setelah sempat absen. Nintendo, misalnya, kembali setelah absen tahun lalu, tentu saja setelah berhasil mengukir penjualan rekor untuk konsol Switch 2 mereka. Divisi gaming Xbox dari Microsoft juga tidak mau ketinggalan, mereka akan memamerkan hardware portabel baru yang dijadwalkan rilis menjelang akhir tahun ini.
Namun, tidak semua raksasa ikut berpesta. Sony, sang raksasa Jepang di balik PlayStation, kali ini memilih untuk tidak hadir. Kehadiran dan ketidakhadiran para pemain utama ini menggambarkan dinamika yang kompleks dan sentimen yang beragam di antara sekitar 1.500 exhibitor yang berpartisipasi tahun ini.
Ketika Industri Game Terkena Debuff Ekonomi
Suasana di Gamescom kali ini memang campur aduk. Di satu sisi, banyak publisher besar mulai kembali mencicipi keuntungan. Namun di sisi lain, layoff massal yang terjadi selama dua tahun terakhir masih terus menghantui. Ibaratnya, baru saja level up, tapi skill utama mendadak cooldown panjang.
Pada awal Juli, Microsoft mengumumkan akan memangkas sekitar 9.000 karyawan. Ratusan di antaranya berasal dari studio game seperti King, developer di balik Candy Crush. Beberapa game yang sangat dinantikan pun ikut dibatalkan, termasuk Perfect Dark dan Everwild, meninggalkan luka yang cukup dalam bagi para penggemar.
Menurut Rhys Elliott dari firma data game Alinea Analytics, industri ini sedang mengalami “konsolidasi yang cukup signifikan”. Ini terjadi setelah era “gemuk” saat lockdown Covid-19 menciptakan audiens yang captive di rumah. Angka PHK sungguh mencengangkan: sekitar 30.000 pekerja telah kehilangan pekerjaan sejak awal 2023, dengan lebih dari 4.000 di antaranya terjadi di tahun ini saja, demikian data dari situs tracking Games Industry Layoffs.
Di tengah gelombang PHK ini, pendapatan di pasar game global diproyeksikan akan stabil di angka kurang dari $190 miliar tahun ini, menurut perkiraan firma data Newzoo. Angka pemain dan jam yang dihabiskan untuk bermain game juga stabil. Namun, ada twist di sini: jumlah title yang terus bertambah membuat persaingan untuk mendapatkan perhatian menjadi semakin sengit.
Pertempuran Sengit untuk Perebutan Perhatian
Saat leviathan seperti Roblox atau Fortnite berhasil menelan perhatian ratusan juta pengguna bulanan, Mat Piscatella, seorang ahli dari Circana, menyebutkan bahwa “setiap orang berjuang untuk mendapatkan bagian kue yang lebih kecil.” Ini adalah medan perang di mana setiap developer harus berpikir keras agar game mereka tidak terlewat begitu saja.
Kebutuhan untuk menemukan audiens baru telah mendorong Xbox dari Microsoft, publisher game terbesar di dunia, untuk mengubah strategi. Mereka kini semakin sering menawarkan title mereka di hardware milik pesaing. Ini adalah langkah berani yang menunjukkan bagaimana industri beradaptasi demi kelangsungan hidup.
“Mereka telah mencapai sukses besar di platform PlayStation. Sony juga menghasilkan banyak uang dari itu,” kata Piscatella. “Ini sedikit win-win di semua sisi.” Strategi ini menunjukkan kolaborasi yang tak terduga dalam dunia gaming yang sangat kompetitif. Bahkan, beberapa game PlayStation juga mulai merambah platform lain. Helldivers 2 adalah yang pertama tersedia di Xbox, selain port PC tradisional.
Membangun penjualan sangat vital di era di mana biaya pengembangan game “AAA” dengan spesifikasi tinggi telah melonjak hingga ratusan juta dolar. Ini menempatkan studio pada risiko besar jika game mereka tidak berkinerja sesuai harapan. Ibaratnya, mempertaruhkan seluruh inventory demi satu kali gacha yang belum tentu sukses.
Ketika Budget Game Menjadi Hero Tak Terduga
Namun, di tengah dominasi game AAA yang memakan biaya fantastis, beberapa breakout hit baru-baru ini menunjukkan bahwa game ber-budget rendah pun masih bisa memenangkan hati pemain dengan gameplay, cerita, dan art style yang memukau. Contoh paling nyata adalah Clair Obscur: Expedition 33, sebuah battler turn-based asal Prancis yang berhasil terjual empat juta kopi. Ini membuktikan bahwa ide brilian bisa mengalahkan budget miliaran.
“Ada kesadaran bahwa Anda tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk menghadirkan game berkualitas tinggi yang dapat menarik perhatian secara luas, dan karena itu semua orang bergegas menuju model tersebut,” kata Christopher Dring, pendiri situs industri The Game Business. Ini adalah berita baik bagi developer independen yang selama ini harus berjuang keras di bawah bayang-bayang raksasa.
Namun, tidak semua kisah berakhir bahagia. Piscatella menambahkan, “Untuk setiap kisah sukses Clair Obscur, ada 10 game yang gagal menemukan audiens sama sekali.” Lingkungan ini “sangat kompetitif untuk produk-produk di luar sphere besar itu,” dan developer kecil harus berjuang keras untuk mendapatkan pendanaan yang mereka butuhkan agar game mereka bisa sampai ke pasar. Sebuah pengingat bahwa jalan menuju sukses tidak pernah mudah.
Meskipun tren cult-hit sedang naik daun, itu tidak akan serta-merta menggantikan mastodon ber-budget mega. Para analis memprediksi bahwa Grand Theft Auto VI dari Rockstar Games berpotensi mencatat peluncuran terbesar untuk produk hiburan mana pun dalam sejarah. Jika prediksi itu benar, game ini bisa menjadi “ramuan ajaib” yang dibutuhkan industri game untuk mendapatkan kembali mojo mereka dan benar-benar melakukan respawn ke masa kejayaan.