Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Hidden Cameras: Dari Indie Boy Jadi Bad Boy Lewat Musik Elektro Berlin yang Meditatif

CIFTIS: Siswa Indonesia Promosikan Budaya, Banggakan Negeri

Inggris Usung Ambisi Raksasa: Siap Ubah Masa Depan

Bayangkan skenario horor ini: Anda baru saja menyaksikan ‘kembaran’ Anda mencapai puncak kejayaan, mengangkat trofi yang diidamkan banyak orang, dan kini, semua mata tertuju pada Anda untuk melakukan hal yang sama. Inilah persisnya drama yang sedang dimainkan di dunia olahraga Inggris! Setelah The Lionesses sukses besar di Kejuaraan Eropa Wanita UEFA, kini giliran Red Roses dari tim rugby wanita Inggris siap mengambil alih panggung dan melambungkan rugby wanita ke stratosfer. Misi mereka jelas: tidak hanya memenangkan Piala Dunia Rugby Wanita, tetapi juga memicu ‘ledakan’ partisipasi yang akan mengubah lanskap olahraga selamanya.

Mengikuti Jejak Sang Singa Betina (Versi Oval)

Kurang dari sebulan setelah rekan-rekan mereka membuat seluruh negeri larut dalam ekstasi sepak bola, Red Roses tidak mau kalah. Pesan dari kamp mereka sangat tunggal: mereka ingin meniru efek luar biasa yang diciptakan oleh The Lionesses. “Anda melihat apa yang mereka lakukan di Euro dan dampaknya terhadap olahraga wanita, tidak hanya sepak bola wanita, kami ingin memiliki efek serupa,” ujar Hannah Botterman, seorang pemain Red Roses, dalam sebuah acara media menjelang pertandingan pembukaan melawan Amerika Serikat. Pertandingan ini akan digelar pada Jumat malam di Stadium of Light, Sunderland, di mana lebih dari 40.000 penonton diharapkan hadir.

Impian mereka adalah menyaksikan ledakan partisipasi dalam rugby wanita. “Bagi rugby wanita, sungguh luar biasa jika melihat ledakan partisipasi. Semoga kami bisa mencapai final dan mereproduksi apa yang dilakukan gadis-gadis sepak bola itu,” tambah Botterman, merujuk pada kesuksesan para bintang sepak bola. Tekanan yang ada jelas terasa, apalagi mengingat mereka adalah tim peringkat satu dunia dan tuan rumah turnamen rugby wanita terbesar yang pernah ada.

Menjebak Tekanan Dalam Strategi Permainan

Namun, tekanan bukanlah hal baru bagi Red Roses. Mereka memiliki rekor 27 pertandingan tak terkalahkan, rentetan yang membentang sejak kekalahan 34-31 mereka dari Selandia Baru di final RWC 2021. Rekor impresif ini tentu saja meningkatkan ekspektasi bagi tim yang belum pernah mengangkat Trofi Piala Dunia Rugby Wanita sejak tahun 2014. Ironisnya, mereka menegaskan bahwa kondisi ini justru membuat mereka nyaman.

“Saya tidak tahu kapan Red Roses tidak berada di bawah tekanan,” kata forward Abbie Ward. “Saya sudah dua kali ikut Piala Dunia ketika kami datang sebagai favorit, tetapi tidak menang. Hari ketika Red Roses tidak memiliki tekanan itu akan terasa aneh.” Pernyataan ini menunjukkan betapa dalamnya mentalitas kompetitif telah tertanam dalam tim. Mereka tidak hanya menerima tekanan, tetapi juga menggunakannya sebagai bahan bakar.

“Saya pikir kami menikmatinya, kami berkembang karenanya. Itu adalah sesuatu yang bisa kami gunakan untuk keuntungan kami,” tambah Ward. Status sebagai tuan rumah Piala Dunia jelas menjadi keuntungan besar. “Ini adalah Piala Dunia di kandang, jadi itu keuntungan—semua kebisingan ekstra itu, kehadiran teman dan keluarga kami. Para gadis akan memanfaatkannya dan semoga kita akan melihatnya dalam penampilan mereka.”

Perjalanan Penuh Inspirasi, Bukan Sekadar Pertandingan

Bagian terakhir adalah kuncinya: tim Inggris berniat menikmati kesempatan sekali seumur hidup ini. “Kami pernah bermain di Piala Dunia lain, tetapi memiliki yang di kandang sendiri sungguh istimewa,” kata Ward. “Saya sangat bangga bahwa kami bisa membuka di Sunderland di wilayah utara. Ini seperti roadshow, menuju Northampton dan Brighton, dan finalnya di Twickenham.” Antusiasme ini bukan hanya soal pertandingan, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman.

Fakta bahwa setiap sesi latihan terbuka menarik banyak penonton, apalagi 40.000 lebih yang diperkirakan hadir pada Jumat malam, adalah hal yang mendorong para pemain ini. “Saya menemukan inspirasi dari setiap orang yang menonton sesi latihan kami hari ini, mendengarkan cerita mereka, mendengarkan apa yang telah mereka lakukan,” ujar winger bintang Abby Dow. Ini adalah pengingat bahwa olahraga profesional lebih dari sekadar persaingan di lapangan.

“Pada akhirnya, itulah olahraga profesional, gambaran besarnya adalah apa yang bisa kami lakukan untuk melibatkan anak-anak agar terinspirasi,” tambah Dow. “Dan saya pikir, bisa melihat inspirasi itu bahkan sebelum Piala Dunia dimulai adalah hal yang menginspirasi seluruh tim.” Kakek Dow yang berusia 98 tahun akan menjadi salah satu penonton di tribun pada Jumat malam, menambahkan sentuhan pribadi yang mengharukan pada pertandingan tersebut.

Mereset Mental, Menguasai Takdir

Dow, dengan 54 cap di tangannya, bersikeras bahwa tim ini memiliki apa yang diperlukan untuk akhirnya mengubah ekspektasi menjadi trofi. Dia menjelaskan bagaimana pelatih kepala John Mitchell berhasil merevolusi tim setelah kekalahan final RWC 2021. “Satu hal yang dilakukan Mitch (John Mitchell) dengan sangat baik adalah ‘membongkar’ kekalahan final RWC 2021 dan benar-benar mengatur ulang siapa kami,” kata Dow.

Proses “membongkar” ini tidak hanya tentang strategi permainan, tetapi juga tentang identitas. “Kami telah mencari tahu siapa kami secara individu. Kami telah mencari tahu apa yang ingin kami jadikan sebagai tim. Kami telah menggabungkan keduanya dalam rute yang perlu kami ambil,” jelas Dow. Transformasi ini telah menghasilkan tim yang berbeda secara fundamental.

“Dan saya pikir kami adalah tim yang sangat berbeda dari sebelumnya. Kami jauh lebih kuat, lebih dinamis, lebih berani melakukan apa yang ingin kami lakukan,” pungkas Dow. Meskipun winger ini akan menikmati rugby kelas dunia yang dimainkan di kampung halamannya di utara, ia tahu bahwa ada tugas besar yang harus diemban.

“Saya pikir saya akan meninggalkan emosi sampai setelah pertandingan,” kata Dow sederhana. “Seluruh tim ingin memastikan kami bisa menciptakan sesuatu, memulai sebuah platform, memulai sebuah warisan yang ingin kami bangun dan saya pikir betapa sempurnanya itu pada Jumat malam.” Dengan tekad yang membara dan visi yang jelas, Red Roses siap menghadapi tantangan. “Baik, lampu menyala, mari bermain.” Sebuah semangat yang siap menyulut api kejuaraan dan mungkin, sebuah era baru bagi rugby wanita.

Previous Post

Deprogram Orang Tua MAGA: Upaya Anak Ubah Pandangan Keluarga

Next Post

VMA 2025: Deretan Bintang Sabrina Carpenter Hingga Alex Warren Siap Guncang Panggung

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *