Dark Mode Light Mode

Jakarta Akan Melarang Ondel-Ondel Betawi Mengamen

Jakarta: Ondel-Ondel Tak Lagi Joged di Lampu Merah?

Pernah nggak sih, lagi nunggu lampu merah terus tiba-tiba ada ondel-ondel joged-joged di depan mobil? Lumayan menghibur sih, tapi ternyata, pemerintah Jakarta punya rencana besar buat ngatur ulang keberadaan maskot Betawi ini. Katanya sih, biar lebih berkelas dan nggak cuma jadi "pengamen" jalanan. Kira-kira, gimana ya nasib ondel-ondel ke depannya?

Ondel-Ondel: Dari Maskot Hingga Hiburan Jalanan

Ondel-ondel, si boneka raksasa dengan wajah seram tapi justru bikin gemes ini, memang sudah jadi ikon Jakarta dari dulu. Awalnya, ondel-ondel punya fungsi sakral, dipakai buat ritual tolak bala. Tapi, seiring waktu, ondel-ondel bertransformasi jadi bagian dari hiburan rakyat, sering kita jumpai di acara-acara hajatan atau bahkan di jalanan sebagai pengamen.

Nah, di sinilah timbul perdebatan. Ada yang bilang, ondel-ondel di jalanan itu merusak citra budaya Betawi. Ada juga yang berpendapat, itu adalah cara seniman Betawi bertahan hidup. Pemerintah provinsi Jakarta sendiri mengakui bahwa penggunaan ondel-ondel untuk mengamen bukan semata-mata kesalahan individu, tetapi juga mencerminkan kurangnya dukungan bagi seniman tradisional.

Pemerintah Jakarta, di bawah kepemimpinan Gubernur Pramono Anung, punya rencana untuk menerbitkan peraturan yang melarang penggunaan ondel-ondel sebagai pengamen di jalanan. Tujuannya? Untuk melestarikan integritas budaya Betawi dan memberikan ondel-ondel tempat yang lebih terhormat.

Alasan Kuat di Balik Rencana Penertiban

Kenapa sih ondel-ondel nggak boleh ngamen? Alasannya cukup kuat. Pertama, pemerintah ingin ondel-ondel dikembalikan ke fungsi asalnya sebagai bagian dari budaya inti Betawi. Kedua, dengan melarang ngamen, diharapkan ondel-ondel bisa lebih dihargai dan nggak dipandang sebelah mata.

Ketiga, menurut data dari Satpol PP Jakarta, banyak pengamen ondel-ondel berasal dari luar Jakarta, bahkan banyak yang masih remaja. Ini jadi perhatian serius karena menyangkut isu perlindungan anak dan juga pelestarian budaya yang benar. Keempat, Riano P. Ahmad, ketua Bamus Betawi, juga mendukung penuh rencana ini. Menurutnya, ondel-ondel harus ditempatkan dengan sepantasnya dan tidak digunakan dengan cara yang merendahkan nilainya.

Dengan kata lain, pemerintah pengen ondel-ondel naik kelas. Bayangin aja, dari yang tadinya joged di tengah debu jalanan, sekarang bisa tampil di acara-acara resmi atau festival budaya. Keren kan?

Ondel-Ondel Go Internasional: Mungkinkah?

Nah, kalau ondel-ondel nggak boleh ngamen lagi, terus gimana nasib para senimannya? Tenang, pemerintah nggak tinggal diam kok. Pemprov Jakarta saat ini memberikan bantuan kepada 42 sanggar ondel-ondel lokal. Selain itu, Gubernur Pramono Anung juga mengajak semua pihak untuk melibatkan seniman Betawi dalam upaya pelestarian budaya, biar mereka nggak terpaksa turun ke jalanan untuk mencari nafkah.

Rencananya, ondel-ondel akan lebih sering ditampilkan di acara-acara kebudayaan dan upacara-upacara di seluruh Jakarta. Bahkan, nggak menutup kemungkinan ondel-ondel bakal "go internasional" dan jadi duta budaya Indonesia di kancah dunia. Siapa tahu, suatu saat nanti kita bisa lihat ondel-ondel joged di Times Square, New York!

Tapi, untuk mewujudkan itu semua, tentu butuh kerja keras dan dukungan dari semua pihak. Mulai dari pemerintah, seniman, hingga masyarakat. Semua harus punya kesadaran yang sama untuk menjaga dan melestarikan budaya Betawi. Jangan sampai ondel-ondel cuma jadi kenangan.

Hiburan Jalanan: Antara Budaya dan Ekonomi

Sebenarnya, isu ondel-ondel ini membuka diskusi yang lebih luas tentang keberadaan hiburan jalanan di Jakarta. Di satu sisi, hiburan jalanan bisa jadi sumber pendapatan bagi sebagian orang. Di sisi lain, terkadang keberadaannya mengganggu ketertiban umum dan bahkan bisa merusak citra budaya.

Pemerintah perlu mencari solusi yang win-win solution untuk masalah ini. Mungkin dengan menyediakan ruang khusus bagi seniman jalanan untuk tampil, atau memberikan pelatihan dan modal usaha agar mereka bisa mengembangkan potensi diri. Yang jelas, jangan sampai larangan ini justru mematikan kreativitas dan mata pencaharian masyarakat.

Regulasi: Antara Pelestarian dan Pembatasan

Rencana penerbitan regulasi tentang ondel-ondel ini juga memunculkan pertanyaan: seberapa jauh pemerintah boleh mengatur ekspresi budaya? Di satu sisi, regulasi memang diperlukan untuk melindungi budaya dari penyalahgunaan. Di sisi lain, regulasi yang terlalu ketat bisa membatasi kreativitas dan inovasi.

Penting bagi pemerintah untuk membuat regulasi yang bijak dan proporsional. Regulasi yang tidak hanya melindungi budaya, tapi juga memberikan ruang bagi seniman untuk berekspresi dan berkarya. Regulasi yang tidak hanya melarang, tapi juga memberikan solusi.

Blok M: Pusat Ekonomi Kreatif, Akankah Ada Ondel-Ondel?

Ngomong-ngomong soal Jakarta, ada rencana besar nih buat mengubah Blok M jadi pusat ekonomi kreatif yang never sleeps. Pertanyaannya, apakah ondel-ondel akan punya tempat di sana? Bayangin aja, di tengah gemerlapnya lampu dan hiruk pikuknya aktivitas anak muda, tiba-tiba muncul ondel-ondel yang joged-joged. Pasti jadi daya tarik tersendiri kan? Mungkin saja ondel-ondel bisa dikemas lebih modern dan kekinian, jadi iconic di Blok M. Siapa tahu?

Jadi, Apa Kabar Ondel-Ondel Kita?

Rencana penertiban ondel-ondel ini memang masih dalam proses. Tapi, yang jelas, pemerintah punya niat baik untuk melestarikan budaya Betawi dan memberikan ondel-ondel tempat yang lebih layak. Semoga saja, rencana ini bisa berjalan lancar dan ondel-ondel tetap eksis di Jakarta, bahkan semakin mendunia. Keep dancing, ondel-ondel!

Meskipun ada perubahan regulasi, semoga ondel-ondel tetap bisa menghibur kita semua, entah di jalanan (dengan cara yang lebih tertib) atau di panggung-panggung yang lebih megah. Yang penting, semangat Betawi-nya tetap terjaga!

Ondel-ondel bukan sekadar boneka, tapi juga simbol identitas Jakarta. Mari kita jaga bersama!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Selena Gomez Bereaksi: Taylor Swift Dapatkan Kembali Hak Cipta Master, Kemenangan Besar bagi Artis

Next Post

Perubahan Kontroversial Zaman Kegelapan Picu Kemarahan Pemain