Dunia selebriti kerap menyajikan kejutan yang tak terduga, terutama ketika kamera menyorot isi tas mereka. Biasanya, penggemar mengharapkan perhiasan berkilau, parfum eksklusif, atau mungkin alat kecantikan paling mutakhir yang harganya setara deposito rumah. Namun, apa yang terjadi ketika bintang serial hit Wednesday, Jenna Ortega, membeberkan isi tasnya, justru jauh dari ekspektasi glamor tersebut? Penampakan item pertama dari kantong sang aktris muda ini tidak hanya mengguncang jagat maya, tetapi juga dengan gamblang membuktikan bahwa di balik layar, selera musiknya punya aura gelap dan intensitas yang mungkin membuat banyak orang mengernyitkan dahi: sebuah pengakuan cinta mendalam kepada grup hip hop eksperimental Death Grips.
Vogue, salah satu majalah fashion terkemuka di dunia, memiliki segmen daring populer bernama ‘In The Bag’. Konsepnya cukup sederhana namun efektif dalam menarik perhatian: para pesohor, dari musisi hingga aktor, diajak untuk membongkar isi tas mereka di depan kamera. Ini menjadi kesempatan emas bagi para penggemar untuk mengintip sisi pribadi idola mereka, seringkali menemukan benda-benda unik atau kebiasaan tak terduga.
Jenna Ortega, aktris muda yang kini berusia 22 tahun, menjadi salah satu bintang yang turut serta dalam segmen tersebut. Dengan popularitasnya yang meroket berkat perannya sebagai Wednesday Addams di serial Netflix, setiap gerak-gerik dan preferensi pribadinya selalu menjadi sorotan. Ekspektasi publik mungkin mengarah pada item-item yang selaras dengan citra “gothic chic” atau kecantikan ala Hollywood.
Namun, kejutan dimulai dari barang pertama yang ia keluarkan dari tasnya. Bukan lipstik mahal atau dompet desainer, melainkan sebuah topi. Tepatnya, sebuah topi trucker. Warna dan desainnya mungkin terkesan biasa, tetapi logo yang terpampang di sana segera memancing perhatian para penonton yang jeli.
Logo tersebut menampilkan nama “Death Grips”, sebuah grup yang jauh dari citra pop mainstream yang sering diasosiasikan dengan bintang-bintang muda. Ini adalah isyarat pertama bahwa selera musik Jenna Ortega memiliki lapisan yang jauh lebih dalam dan, bisa dibilang, lebih “keras” dari perkiraan banyak orang. Ekspresinya saat menunjukkan topi itu juga begitu natural.
“Ini topi Death Grips saya yang mungkin perlu dicuci,” ujar Ortega sambil memperlihatkan topinya ke kamera. Komentar santai tersebut, dibalut dengan kejujuran ala bintang muda, semakin memperkuat autentisitas kecintaannya pada grup asal Sacramento, California ini. Pengakuan itu seolah menjadi pernyataan tegas tentang selera yang tak terkompromi.
Topi Trucker yang Mengubah Persepsi
Lebih dari sekadar topi kotor, benda ini menjadi simbol ketidakterdugaan dalam dunia selebriti. Sang aktris kemudian melanjutkan penjelasannya tentang mengapa Death Grips begitu berarti baginya. “Saya sangat mencintai Death Grips,” katanya, dengan nada yang menunjukkan lebih dari sekadar kekaguman biasa. Ini adalah kecintaan seorang penggemar sejati, bukan sekadar pendengar kasual.
Ia bahkan mengungkapkan sempat mengira grup tersebut telah bubar, sebuah kekhawatiran yang hanya dirasakan oleh para penggemar garis keras. “Kami pikir mereka bubar dan ternyata tidak. Saya rasa mereka masih lanjut,” tambahnya, menunjukkan betapa ia mengikuti perjalanan karier Death Grips. Pernyataan ini menegaskan bahwa pengetahuannya tentang band tersebut tidak main-main.
Momen Konser Paling Berkeringat Sepanjang Masa
Kecintaan Jenna Ortega pada Death Grips tidak berhenti pada kepemilikan topi dan pemahaman akan status band. Ia juga berbagi pengalaman unik yang menjadi bukti nyatanya. Aktris muda ini menceritakan pernah menyaksikan penampilan langsung Death Grips di London, sebuah pengalaman yang ia kenang dengan sangat jelas.
“Saya melihat mereka di London,” kenangnya. Momen konser itu terjadi ketika Ortega sedang menjalani syuting untuk Dior, sebuah merek yang sangat kontras dengan energi mentah sebuah konser Death Grips. Ini menunjukkan betapa ia mendedikasikan diri untuk musik yang dicintainya, bahkan di tengah jadwal padat.
Yang lebih menarik, ia tidak pergi sendirian. “Saya menelepon lawan main saya, yang saat itu berperan sebagai kekasih saya. Saya mencoba untuk mengenalnya, jadi saya membawanya ke konser Death Grips,” ceritanya. Momen canggung itu mungkin menjadi salah satu taktik “kencan” paling tidak konvensional yang pernah ada, terutama bagi seseorang yang mungkin belum familiar dengan genre eksperimental.
Hasilnya? Tentu saja, “Saya rasa dia tidak mendengarkan Death Grips, jadi dia benar-benar bingung dengan semua aksi headbanging,” imbuhnya. Bayangkan saja, mencoba membangun chemistry romantis di tengah lautan kepala yang mengangguk-angguk liar mengikuti irama noise yang intens. Ini adalah skenario yang cukup menghibur sekaligus sedikit memalukan bagi lawan mainnya.
Pengalaman konser itu juga meninggalkan kesan fisik yang tak terlupakan bagi Ortega. “Itu adalah venue paling berkeringat yang pernah saya kunjungi seumur hidup saya. Semua orang basah kuyup,” pungkasnya. Deskripsi ini secara gamblang melukiskan suasana konser Death Grips: energi brutal yang memicu keringat dan antusiasme penonton yang meluap-luap.
Tak butuh waktu lama bagi para “detektif daring” untuk mengonfirmasi cerita Ortega. Para sleuth media sosial segera mengingat bahwa pada musim panas 2023, tepatnya 25 Juni 2023, Jenna Ortega memang terlihat menghadiri konser Death Grips di Kentish Town Forum, London Utara. Ini membuktikan bahwa ceritanya bukan sekadar anekdot, melainkan pengalaman nyata.
Siapa Sebenarnya Death Grips Itu?
Bagi sebagian orang yang belum akrab, Death Grips adalah grup hip hop eksperimental yang dikenal dengan suara mereka yang agresif, industrial, dan seringkali penuh noise. Grup ini awalnya beranggotakan drummer Zach Hill (mantan drummer Team Sleep), keyboardist Andy Morin, dan frontman MC Ride (nama aslinya Stefan Burnett). Musik mereka sering kali digambarkan sebagai perpaduan genre yang mencengangkan.
Mereka telah merilis enam album studio yang menerima pujian kritis, dengan yang terbaru adalah Year Of The Snitch pada tahun 2018. Musik Death Grips dikenal karena lirik MC Ride yang gelap dan paranoid, dipadukan dengan produksi kompleks yang memadukan elemen elektronik, punk, dan hip hop secara radikal. Mereka adalah grup yang tidak kenal kompromi dalam eksplorasi artistik.
Duet Baru, Energi Lama
Komentar Jenna Ortega tentang “mereka tidak bubar, saya rasa mereka masih lanjut” juga sejalan dengan informasi terbaru mengenai band tersebut. Berdasarkan unggahan media sosial Death Grips pada April lalu, yang membantah kabar bubar, grup ini akan beroperasi sebagai duo di masa depan. Unggahan tersebut dikonfirmasi oleh Zach Hill dan Stefan Burnett sendiri.
Perubahan formasi ini menunjukkan evolusi mereka, namun esensi musik mereka yang intens dan tidak terduga kemungkinan besar akan tetap terjaga. Bagi para penggemar, termasuk Jenna Ortega, kabar ini tentu menjadi angin segar yang menjanjikan lebih banyak eksplorasi sonik dari grup yang dikenal suka menantang batas-batas genre.
Kejutan dari tas Jenna Ortega ini lebih dari sekadar pengungkapan barang bawaan; ini adalah jendela ke selera personal seorang aktris muda yang tak terduga. Di tengah kilau lampu sorot Hollywood, pilihan musiknya yang garang dan tak kenal kompromi membuktikan bahwa ada lebih banyak lapisan pada bintang Wednesday ini daripada yang terlihat di layar. Pada akhirnya, penggemar mungkin menemukan bahwa di balik persona misterius, terdapat seorang jiwa yang benar-benar memahami keindahan dalam kekacauan sonik.