Dark Mode Light Mode

JESSE LEACH KILLSWITCH ENGAGE Bangga Tak Pakai Backing Track Saat Manggung

Siapa bilang musik metal cuma bisa bikin geleng-geleng kepala sampai leher terasa mau copot? Killswitch Engage, band metalcore legendaris, punya resep unik kenapa mereka tetap relevan dan digandrungi fans dari generasi ke generasi. Rahasianya? Totalitas dan kejujuran di setiap penampilan.

Killswitch Engage: Lebih dari Sekadar Musik Metal

Killswitch Engage bukan sekadar band metal biasa. Mereka adalah fenomena. Bayangkan, sudah berkarier lebih dari dua dekade dan masih sanggup mengguncang panggung dengan energi yang sama. Dari mana energi itu berasal? Jesse Leach, vokalis Killswitch Engage, punya jawabannya: keaslian.

Menurut Leach, yang bikin penampilan live Killswitch Engage begitu dahsyat adalah karena semuanya nyata. Nggak ada trik komputer atau backing track yang menipu penonton. Pure skill dan energi para personel band. Bisa dibilang, mereka jualan kejujuran di tengah industri musik yang semakin dipenuhi polesan digital.

Anti Backing Track: Sebuah Prinsip

Di era digital ini, banyak band memilih menggunakan backing track untuk menyempurnakan penampilan live mereka. Killswitch Engage, bagaimanapun, menolak keras praktik ini. Leach dengan bangga menyatakan bahwa keputusan ini adalah sebuah prinsip.

"Nggak ada niat merendahkan band yang pake backing track, tapi buat kami, ini soal harga diri," ujarnya. Leach juga mengakui bahwa dengan pendekatan ini, kekurangan mereka akan lebih terasa. Kalau lagi capek, ya kedengeran. Kalau lagi kurang fit, ya ketahuan. Tapi justru itu yang bikin penampilan mereka unik dan manusiawi.

Manusiawi Itu Keren: Merayakan Kekurangan

Leach justru menyukai kekurangan dalam musik. Menurutnya, musik yang autentik biasanya punya sentuhan "miring" di sana sini. Kesalahan kecil atau improvisasi spontan justru menambah karakter dan daya tarik.

Meskipun begitu, Killswitch Engage tetap berusaha memberikan yang terbaik. Mereka nggak mau tampil asal-asalan. Setelah setiap konser, mereka selalu mengevaluasi penampilan mereka dengan brutal. Bahkan, sound engineer mereka merekam setiap pertunjukan, yang kemudian mereka dengarkan bersama-sama untuk mencari area yang perlu diperbaiki.

AI vs. Sentuhan Manusia: Pertarungan yang Seru

Di tengah perkembangan Artificial Intelligence (AI) yang semakin pesat, Leach mengungkapkan kekhawatirannya. Menurutnya, nggak ada yang bisa mengalahkan sentuhan manusia dalam seni. Dia lebih suka mendengarkan rekaman live seorang musisi akustik dengan segala ketidaksempurnaannya daripada musik yang dihasilkan oleh AI.

"AI itu memang keren dan bisa jadi alat yang berguna, tapi saya tetep nggak nyaman," katanya. Sebagai anak '80an yang tumbuh dengan film-film dystopian seperti ‘1984', ‘They Live', dan ‘The Matrix', Leach khawatir AI bisa mengancam kreativitas dan orisinalitas.

Kreativitas vs. Kemudahan: Pilihan Sulit

Leach mengakui bahwa AI bisa membantu mempercepat proses kreatif, tapi dia nggak mau mengorbankan kepuasan menjadi seorang seniman demi kemudahan. Baginya, menciptakan sesuatu, entah itu menulis lirik, menggambar, atau mendesain logo, adalah esensi dari menjadi manusia.

Selain itu, Leach juga khawatir tentang potensi manipulasi yang mungkin terjadi dengan penggunaan AI. Informasi digital bisa diubah kapan saja tanpa sepengetahuan kita. "Gimana caranya kita tahu apa yang kita dapat itu kebenaran?" tanyanya retoris.

Rahasia Umur Panjang Killswitch Engage

Lantas, apa rahasia umur panjang Killswitch Engage? Leach menjawab bahwa cinta dan rasa hormat antar personel adalah kunci utama. Selain itu, mereka juga nggak pernah menganggap remeh kesempatan yang mereka dapatkan.

Setelah konser akbar dengan Iron Maiden di Australia, Leach dan kawan-kawan masih nggak percaya bisa tampil di depan puluhan ribu orang. "Ini gila. Kok kita masih bisa ngelakuin ini?" ujarnya. Mereka sadar bahwa dukungan fans adalah segalanya. Tanpa fans, Killswitch Engage nggak akan bisa bertahan selama ini.

Jadi, Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Killswitch Engage adalah bukti bahwa keaslian dan totalitas tetap menjadi kunci kesuksesan di industri musik yang semakin kompleks. Di tengah gempuran teknologi dan tren yang berubah-ubah, mereka tetap setia pada nilai-nilai humanis dalam berkarya. Mungkin itu sebabnya mereka masih relevan dan dicintai oleh banyak orang. Jadi, ingat, sob: jadi dirimu sendiri, totalitas dalam berkarya, dan hargai fansmu! Itu resep ampuh untuk bertahan di industri keras ini.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

AU Deals: Harga Menggiurkan untuk Death Stranding 2, Tony Hawk's, Civ VII, Final Fantasy, dan Banyak Lagi!

Next Post

PHK Massal: Jurnalis Indonesia Desak Perlindungan Lebih Kuat terhadap Media