Siapa bilang nostalgia itu kuno? John Fogerty, legenda di balik suara Creedence Clearwater Revival (CCR), baru saja membuktikan bahwa kenangan indah bisa dihidupkan kembali dengan sentuhan yang lebih segar. Proyek terbarunya ini dijamin bakal bikin kamu auto-flashback ke era rock ‘n roll!
Musik memang punya cara unik untuk menghubungkan kita dengan masa lalu. Kadang, dengerin lagu lama bisa langsung bikin kita inget kenangan manis (atau pahit, tergantung lagunya). Nah, John Fogerty sepertinya paham betul kekuatan nostalgia ini. Setelah puluhan tahun berkarya, ia memutuskan untuk merekam ulang lagu-lagu hits CCR, tapi bukan sekadar cover biasa.
Album Legacy: The Creedence Clearwater Revival Years yang akan rilis 22 Agustus nanti, menawarkan pengalaman re-recording yang super detail. Bayangin aja, mulai dari vokal, gitar, hingga rhythm section, semuanya dibuat semirip mungkin dengan versi aslinya. Ini bukan sekadar nyanyiin ulang, tapi bener-bener recreate dengan presisi tinggi.
Proyek ini ternyata terinspirasi dari perjuangan Taylor Swift mendapatkan kembali hak atas lagu-lagunya. Fogerty merasa relate dengan Swift dan ingin memiliki kendali penuh atas karya-karyanya. Setelah berhasil mendapatkan kembali sebagian besar hak penerbitan lagu-lagu CCR-nya, ide untuk membuat album re-recording pun muncul.
Awalnya, Fogerty sempat ragu. Ia nggak mau sekadar bikin album tribute yang biasa-biasa aja. Tapi, berkat dorongan istrinya, Julie, ia akhirnya mencoba "nyemplung" dan ternyata hasilnya memuaskan. Bahkan, ia menyebut proses ini sebagai reconnecting dengan musik yang membuatnya bahagia.
Untuk memastikan akurasi, Fogerty dan putranya, Shane, sampai menggunakan isolated audio tracks (stems) dari rekaman CCR. Mereka bedah satu per satu instrumen dan vokal, biar bisa meniru setiap detail dengan sempurna. Proses ini nggak main-main, lho!
Bedanya dengan album Wrote a Song for Everyone atau Fogerty's Factory, Legacy fokus pada faithful recreation. Nggak ada improvisasi aneh-aneh atau aransemen folk ala kadarnya. Tujuannya jelas: menghadirkan kembali vibe CCR yang otentik.
Legacy: Lebih dari Sekadar Cover
Lalu, apa yang bikin Legacy spesial? Fogerty sendiri bilang, banyak yang merasa musiknya terdengar lebih fresh. Mungkin karena kualitas audio yang lebih jernih atau fidelity yang lebih baik. Tapi, ada faktor lain yang nggak kalah penting.
Bukan Sekadar Nostalgia, Tapi Penyegaran
Proses re-recording ini ternyata membuka mata Fogerty sendiri. Ia menyadari bahwa selama bertahun-tahun manggung, ia sudah mengembangkan "kebiasaan buruk" dalam menyanyikan lagu-lagunya. Contohnya, "Proud Mary." Ia merasa selama ini hanya menyanyikan versi "drive-by" tanpa memperhatikan detail aslinya.
Shane, putranya, bahkan beberapa kali mengingatkan Fogerty untuk lebih memperhatikan inflections dan nuansa vokal aslinya. Proses ini ibarat belajar lagi dari awal. "Kayak orang New York yang nggak pernah ke Patung Liberty karena udah ada di situ aja," canda Fogerty.
Selama dua tahun, Fogerty terus menyempurnakan lagu-lagunya. Ia menyadari bahwa ia sering menyanyikan "Lookin' Out My Back Door" dengan lebih banyak syncopation saat konser. Padahal, versi aslinya terdengar lebih straight dan "corny." Begitu juga dengan "Born on the Bayou," yang terasa lebih jam band dan "nggak nunggu lama buat sesuatu terjadi."
Sentuhan Gitar "Acme" yang Membawa Berkah
Yang lebih menarik lagi, Fogerty bahkan menggunakan gitar Rickenbacker yang sama dengan yang ia gunakan saat masih bersama CCR. Gitar itu sempat ia berikan di tahun 70-an dan baru bisa ia beli kembali (dengan bantuan istrinya) beberapa dekade kemudian.
Gitar Penuh Kenangan, Simbol Kebangkitan
Gitar itu bukan sekadar alat musik. Bagi Fogerty, gitar itu menyimpan kenangan pahit tentang perseteruannya dengan mantan rekan band dan bos Fantasy Records, Saul Zaentz. Dulu, ia bahkan nggak sanggup melihat gitar itu karena terlalu sakit hati.
Tapi, berkat dukungan istrinya, Julie, Fogerty akhirnya bisa berdamai dengan masa lalu. Gitar itu menjadi simbol kebangkitan dan reconnecting dengan musik yang dulu membuatnya bahagia. "The guy who couldn’t even stand to look at his own guitar in the Nineties or beyond would have never done that," ujarnya.
Legacy: Relevansi di Era Digital
Di era streaming dan media sosial, relevansi album re-recording seperti Legacy mungkin dipertanyakan. Kenapa orang harus dengerin versi baru kalau versi aslinya sudah ada?
Jawaban John Fogerty Simpel:
- Ia nggak mungkin bisa memiliki ownership atas master rekaman lama. Ini adalah "bagian Taylor Swift" dari cerita ini.
- Ada joy yang lebih terasa di musiknya sekarang, yang mungkin nggak ada di versi aslinya.
Selain itu, Fogerty merasa beberapa lagu juga mendapat manfaat dari berlalunya waktu. Contohnya, "Lodi." Menurutnya, vokal di versi Legacy terdengar lebih meyakinkan karena dinyanyikan oleh seseorang yang benar-benar sudah "mengalami" liriknya.
Masa Depan Musik John Fogerty
Meskipun Legacy adalah proyek nostalgia, bukan berarti Fogerty berhenti berkarya. Ia mengaku terinspirasi setelah menghadiri acara American Music Honors dan ingin segera menulis dan merekam lagu baru. Tapi, untuk saat ini, ia memilih untuk menikmati Legacy sebagai hadiah untuk dirinya sendiri di usia 80 tahun.
Momentum Berkarya Kembali
Jadi, tunggu apa lagi? Siap-siap untuk time travel bareng John Fogerty dan nikmati lagu-lagu CCR yang legendaris dengan sentuhan yang lebih segar. Siapa tahu, kamu juga jadi terinspirasi untuk reconnecting dengan passion kamu!