Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Jugband Blues: Ayah Penulis Surat Kabar Terkejut Jadi Bagian dari ‘Sonic Mayhem’ Pink Floyd

Wolves: Hardcore Inggris yang Menggebrak Batas dengan Mathcore dan Melodi

Justin Bieber: Review Swag – Lirik hampa sabotase proyek R&B penuh gairah dengan produksi mewah

Apakah kamu merasa burnout karena lagu-lagu pop yang itu-itu saja? Jangan khawatir, karena di dunia musik, kejutan itu selalu ada, bahkan dari sumber yang tak terduga. Kita bicara soal evolusi musik pop, sebuah transformasi yang mungkin lebih dramatis dari perubahan outfit di Met Gala.

Musik pop di pertengahan 2010-an mengalami upgrade besar-besaran. Alih-alih menyajikan lagu-lagu crowd-pleaser hasil riset pasar yang kaku, para bintang justru merilis album-album eksperimental yang artistically self-indulgent. Rihanna dengan Anti yang sensual, Beyoncé dengan Lemonade yang penuh referensi, hingga Lady Gaga dengan Joanne yang bernuansa soft-rock. Ini bukan sekadar musik, tapi pernyataan.

Justin Bieber, dengan album Purpose, ikut merasakan getaran perubahan ini. Ia merangkul genre tropical house yang sedang naik daun, berkolaborasi dengan Skrillex, dan menciptakan sound yang terasa fresh. Purpose menandai akhir era Bieber sebagai idola remaja yang cheesy dan mengukuhkan posisinya sebagai tokoh penting dalam zeitgeist pop. Tapi, jujur saja, Purpose masih terasa seperti album yang dirancang untuk menghasilkan hit yang sangat mudah dicerna.

Namun, beberapa tahun kemudian, setelah sempat kembali ke jalur pop generik yang mudah dilupakan dengan Justice (2021), Bieber akhirnya merilis Swag, sebuah passion project ala 2015 yang sebenarnya. Album ketujuhnya ini dibuka dengan All I Can Take, sebuah interpretasi hauntological dari R&B tahun 80-an yang enerjik: vokal bergema, beat cepat dan memudar, synth melankolis yang terasa seperti mimpi yang setengah terlupakan.

Justin Bieber: Dari Sensasi Remaja ke Eksplorasi Musikal

Bekerjasama dengan tim penulis lagu dan produser yang bertabur bintang, termasuk Carter Lang (SZA), Tobias Jesso Jr (Dua Lipa, Adele), Eddie Benjamin, Dylan Wiggins, dan Daniel Chetrit, vibe sonic yang unik ini terasa di sepanjang album Swag.

Butterflies dipenuhi dengan melisma berlapis, Too Long menampilkan gated reverb dan synth ala laser yang memukau, dan First Place menyuguhkan drum yang hyperactive dan washed-out. Sementara itu, dasar R&B Bieber yang manis dan halus diimbangi dengan gitar chugging dan perkusi yang menggelegar (Daisies, diproduseri oleh Mk.gee) serta suara gitar akustik yang mencicit (Zuma House yang lo-fi).

Kolaborasi dengan Lil B di Dadz Love menggabungkan vokal gospelly dengan breakbeat yang fuzzy dan synth yang blissed-out, menghasilkan efek yang sama indahnya. Semuanya terasa sangat dipikirkan, bernostalgia dengan cerdas, dan memuaskan secara halus. Tidak ada upaya untuk menciptakan chart smash yang serakah di sini. Apakah kamu sudah dengar single terbarunya?

Lirik yang Bikin Mikir (atau Mungkin Tidak)

Secara lirik, Swag tidak sekelas dan sepemikiran itu. Dadz Love adalah perayaan hambar atas peran Bieber sebagai ayah yang baru dimulai, yang pada dasarnya hanya mengulangi judul lagu hingga kehilangan makna. Lagu-lagu cinta lainnya – yang ditujukan untuk istrinya, Hailey, yang case handphone-nya yang viral untuk menyimpan lip gloss disebutkan di Go Baby – jarang melampaui klise yang dangkal dan terlalu manis. Tapi setidaknya itu lebih baik daripada segmen spoken-word yang membuat mata berair.

Selama beberapa percakapan dengan internet personality Druski, Bieber menyesalkan reaksi terhadap unggahan media sosialnya yang terlalu intim, yang membuat para penggemar khawatir dalam beberapa bulan terakhir. (“Jika orang selalu bertanya apakah aku baik-baik saja… itu mulai membuatku merasa bahwa akulah yang punya masalah dan semua orang sempurna”). Dia diejek tentang perseteruannya dengan paparazzi – dua contohnya disampel di album ini – dan diberi tahu, secara menjilat, bahwa meskipun kulitnya putih, musikalitasnya sedemikian rupa sehingga dia pasti memiliki jiwa “Hitam”.

Antara Kejeniusan Musik dan Kekosongan Lirik

Interlude-interlude yang memalukan ini menunjukkan Bieber yang bertekad untuk membantah karikatur tentang dirinya yang tidak menarik yang beredar di media tabloid. Tetapi kamu akan kesulitan menemukan banyak bukti manusia tiga dimensi dalam liriknya, yang kurang spesifik, wawasan, atau orisinalitas.

Mengupas Tuntas Swag: Album yang Bikin Penasaran

Meskipun sound album ini memikat, bahkan menyeramkan, kesan yang tertinggal adalah kekosongan yang menakutkan. Swag memiliki momen-momen brilian, tetapi ini bukanlah mahakarya yang telah lama ditunggu-tunggu. Apakah Swag akan menjadi game changer?

Apakah Justin Bieber Masih Relevan di Era Musik Streaming?

Meskipun demikian, kita harus mengakui bahwa Bieber terus berinovasi dan bereksperimen. Ia tidak takut mengambil risiko dan menjelajahi sound baru. Ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang seniman sejati yang selalu berusaha untuk berkembang. Streaming platform sangat berpengaruh.

Kesimpulan: Bukan Mahakarya, Tapi Patut Diapresiasi

Swag mungkin bukan album yang sempurna, tapi album ini adalah bukti bahwa Justin Bieber masih memiliki sesuatu untuk ditawarkan kepada dunia musik. Album ini adalah perjalanan yang menarik, meskipun tidak selalu mulus. Dengarkan saja sendiri dan buat penilaianmu sendiri. Siapa tahu, mungkin kamu akan menemukan sesuatu yang baru dan mengejutkan! Jadi, tunggu apa lagi? Segera streaming Swag dan berikan telingamu pengalaman baru!

Previous Post

Jangan Lewatkan Diskon Hingga 53% untuk Apple, Sony, dan Lainnya

Next Post

Kasus Korupsi Chromebook Rp 9,9 Triliun, Kantor Diserbu Kejagung

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *