Hidup itu memang penuh drama, tapi kayaknya dunia pendakian gunung lagi naik level dramanya. Bayangin aja, data kecelakaan pendakian di Amerika Utara nunjukkin angka kematian tertinggi sejak era 50-an. Serem, kan? Tapi jangan panik dulu, sebelum lo buru-buru jual semua perlengkapan climbing lo, mending kita bedah dulu nih, apa aja sih yang bikin para pendaki ini apes di gunung?
Accidents in North American Climbing (ANAC), semacam laporan tahunan yang disusun sama American Alpine Club, emang selalu jadi bacaan wajib buat para pendaki. Isinya bukan cuma cerita horor tentang kecelakaan, tapi juga pelajaran berharga biar kita nggak ikutan nyusruk. Nah, edisi 2025 ini lagi anget-angetnya dibahas, dan ada beberapa poin penting yang sayang banget kalo dilewatin.
Salah satu yang menarik perhatian adalah penelitian dari Dr. Valerie Karr, yang nyari benang merah dari berbagai kecelakaan pendakian dari tahun 2005 sampe 2024. Hasilnya? Ternyata, human error alias kesalahan manusia jadi penyebab utama. Jadi, bukan cuma soal tebingnya curam atau cuacanya ekstrem, tapi juga soal gimana kita ngambil keputusan di lapangan.
Fatality Tinggi: Bukan Cuma Sekadar Angka
Oke, mari kita mulai dengan kabar buruknya dulu. Tahun 2023 dan 2024 jadi tahun-tahun kelabu buat dunia pendakian di Amerika Serikat, dengan angka kematian tertinggi sejak 1950-an. Bayangin aja, dari 10 sampe 43 kematian per tahun, tiba-tiba melonjak jadi 51 di tahun 2023 dan 49 di tahun 2024. Ini bukan kayak ranking Mobile Legends yang bisa naik turun, tapi nyawa, bro!
Nggak cuma itu, angka cedera juga ikutan naik. Ada 174 laporan cedera di tahun 2024, naik 15% dari tahun sebelumnya. Buat para pendaki di Kanada, situasinya lebih kalem, sih. Jumlah kecelakaan turun 35%, cedera turun 32%, tapi angka kematian malah naik 23%. Tetep aja, yang namanya kecelakaan, di mana pun tempatnya, tetep bikin merinding.
Intinya, angka-angka ini bukan cuma sekadar statistik. Di balik setiap angka, ada cerita, ada keluarga yang berduka, dan ada pelajaran yang bisa kita ambil. Pertanyaannya, kenapa angka ini bisa setinggi ini? Apakah karena makin banyak orang yang sok-sokan naik gunung tanpa persiapan yang matang?
Bukan Salah Anak Gym yang Baru Naik Tebing!
Sering denger kan, omongan sinis tentang anak gym yang baru nyoba naik tebing langsung sok jagoan? Padahal, data ANAC nunjukkin fakta yang beda, nih. Di tahun 2024, justru pendaki yang udah pengalaman alias expert yang lebih banyak kecelakaan daripada pemula. Ada 33 pendaki expert yang apes, sementara pemula cuma 6 orang, dan intermediate cuma 2. Mungkin karena mereka udah ngerasa jago, jadi suka lengah?
Jadi, sebelum lo nyalahin anak gym yang baru belajar, mending ngaca dulu deh. Jangan-jangan, lo sendiri yang udah lama nggak refresh ilmu, atau malah udah lupa sama dasar-dasar keselamatan. Ingat, gunung itu nggak pandang bulu. Mau lo veteran pendaki atau anak baru kemarin sore, kalo ceroboh, ya tetep aja bisa celaka.
California Memang Keren, Tapi Juga Rawan!
Kalo ngomongin tempat pendakian, California emang nggak ada matinya. Pemandangannya indah, tebingnya menantang, dan spot-spotnya instagramable banget. Tapi, popularitas ini juga punya sisi gelapnya. Di tahun 2024, California jadi wilayah dengan jumlah kecelakaan dan cedera pendakian tertinggi di Amerika Utara. Ada 40 kecelakaan di California, disusul Colorado (28) dan Washington (26). Sepertinya, makin banyak pendaki, makin banyak juga potensi masalah.
Tapi, bukan berarti California jadi tempat paling berbahaya, ya. Soalnya, untuk urusan angka kematian, Washington dan Colorado justru lebih tinggi, dengan masing-masing 11 kematian. California sendiri “cuma” 10 kematian. Tapi tetep aja, angka ini nunjukkin kalo California emang butuh perhatian khusus soal keselamatan pendakian.
Naik Lebih Bahaya dari Turun? Plot Twist!
Selama ini, kita sering denger cerita horor tentang rappelling alias turun tebing yang seram. Tapi, data ANAC nunjukkin fakta yang menarik, nih. Ternyata, lebih banyak kecelakaan yang terjadi saat pendaki lagi naik, bukan turun. Ada 100 kecelakaan saat pendakian, dibanding 46 kecelakaan saat penurunan. Ini kayak plot twist di film-film thriller, kan?
Mungkin ini karena saat naik, kita lebih fokus sama tantangan di depan mata, jadi kadang lupa sama risiko yang ada di sekeliling kita. Atau mungkin juga, karena saat turun, kita udah capek, jadi kurang konsentrasi. Apapun alasannya, yang jelas, kita harus selalu waspada, baik saat naik maupun turun.
Cedera Kaki Mendominasi: Jangan Lupa Pemanasan!
Buat para pendaki, kaki itu aset yang nggak ternilai harganya. Tapi sayang, kaki juga jadi bagian tubuh yang paling sering cedera. Di tahun 2024, patah tulang di bagian bawah tubuh jadi cedera yang paling umum dialami para pendaki. Ada 30 kasus patah tulang kaki yang dilaporkan. Mungkin karena kesandung batu, keinjek ranting, atau salah nginjek pas lagi manjat?
Selain patah tulang, ada juga kasus hipotermia (17 kasus) dan cedera kepala/trauma otak (16 kasus). Jadi, jangan lupa pake perlengkapan yang lengkap, jaga suhu tubuh, dan lindungi kepala lo dari benturan. Jangan mentang-mentang udah jago, terus males pake helm, ya!
Alpine Climbing: Raja-nya Kecelakaan?
Kalo ngomongin jenis pendakian, alpine climbing alias pendakian ala alpin jadi yang paling banyak kecelakaan. Di tahun 2024, ada 71 kecelakaan yang terjadi di jalur alpine. Urutan kedua ada trad climbing (52 kecelakaan), dan sport climbing (35 kecelakaan). Alpine climbing ini emang menantang banget, karena lo harus ngadepin medan yang berat, cuaca yang ekstrem, dan risiko yang tinggi.
Tapi, bukan berarti jenis pendakian lain lebih aman, ya. Angka ini cuma nunjukkin jumlah total kecelakaan, bukan tingkat kecelakaan. Bisa jadi, alpine climbing emang lebih populer, jadi wajar kalo jumlah kecelakaannya lebih banyak. Intinya, setiap jenis pendakian punya risiko masing-masing, dan kita harus selalu siap menghadapinya.
Nyasar Itu Nggak Enak, Bro!
Selain jatuh saat manjat, penyebab kecelakaan yang paling sering terjadi di tahun 2024 adalah nyasar alias kesasar. Ada 31 kasus orang nyasar di gunung. Ini jadi pengingat buat kita semua, buat selalu bawa peta, kompas, GPS, atau aplikasi navigasi lainnya. Jangan cuma ngandelin insting atau sok tau arah, ya!
Selain itu, jangan lupa kasih tau orang rumah atau temen lo, lo mau kemana dan kapan balik. Kalo bisa, bawa juga alat komunikasi satelit, biar bisa ngasih kabar kalo ada apa-apa. Dan yang paling penting, kuasai teknik self-rescue alias menyelamatkan diri sendiri. Soalnya, di gunung, yang bisa nolongin lo ya cuma diri lo sendiri.
Cowok Lebih Banyak Celaka: Kenapa, Ya?
Fakta terakhir yang menarik adalah, cowok lebih banyak kecelakaan daripada cewek. Di tahun 2024, ada 134 kecelakaan yang melibatkan cowok, dibanding 40 kecelakaan yang melibatkan cewek. Mungkin karena cowok lebih suka ambil risiko, atau lebih gengsi buat minta tolong?
Tapi, perlu diingat, data ini nggak nunjukkin perbandingan jumlah pendaki cowok dan cewek. Bisa jadi, emang lebih banyak cowok yang naik gunung, jadi wajar kalo jumlah kecelakaannya juga lebih banyak. Tapi tetep aja, fakta ini jadi bahan renungan buat kita semua. Jangan mentang-mentang cowok, terus ngerasa paling kuat dan paling jago, ya!
Intinya, pendakian itu bukan cuma soal mencapai puncak, tapi juga soal pulang dengan selamat. Jadi, selalu persiapkan diri dengan matang, jangan ceroboh, dan jangan lupa berdoa. Kalo kata pepatah, “lebih baik menyesal karena nggak jadi naik gunung, daripada menyesal karena naik gunung tapi nggak bisa turun.”