Pernah membayangkan seorang ahli keamanan siber yang setiap hari berhadapan dengan _firewall_ dan kode-kode rumit, tiba-tiba memutuskan untuk menghadapi tantangan yang jauh lebih… lezat? Ya, itu bukan lelucon dari episode sitkom terbaru. Bagi Muhammad Ausaf, sang _cybersecurity wizard_, lompatan karier berikutnya bisa dibilang mengejutkan sekaligus menggiurkan: membuka restoran! Tentu saja, restoran yang tidak biasa ini diyakini akan menjadi perbincangan hangat, terutama di kalangan para pencari pengalaman kuliner yang anti-mainstream.
Ausaf, yang berasal dari Lombard, punya rencana ambisius untuk membuka Culture Shock, sebuah restoran baru di Glen Ellyn yang menjanjikan perpaduan masakan dari berbagai belahan dunia. Konsepnya bukan cuma sekadar fusion, melainkan eksplorasi mendalam atas cita rasa global. Dari Eropa yang klasik hingga Asia yang eksotis, semuanya akan hadir di satu meja.
Motivasi di balik keputusan radikal ini ternyata cukup sederhana, namun mendalam. “Saya selalu mencintai makanan, saya selalu memiliki hasrat untuk itu,” ungkap Ausaf. Setelah melihat begitu banyak tempat makan baru bermunculan, ia selalu merasa ada sesuatu yang kurang, sebuah celah yang belum terisi di lanskap kuliner lokal.
Culture Shock direncanakan untuk membuka pintunya pada bulan Oktober di 874 Roosevelt Road, siap menyambut para petualang rasa. Lokasi strategis ini diharapkan menjadi magnet bagi mereka yang haus akan pengalaman gastronomi yang autentik dan beragam. Para pengunjung dapat berharap untuk menemukan sesuatu yang baru setiap kali datang.
## Ketika Algoritma Bertemu Resep Rahasia
Sebelum terjun ke dunia saus dan rempah, Ausaf adalah lulusan Glenbard East High School di Lombard, kemudian melanjutkan studinya di College of DuPage. Ia berhasil meraih gelar sarjana dan master dalam bidang keamanan siber dari DePaul University, dan pernah bekerja di Abbott Labs di Lake Forest. Sebuah latar belakang yang sama sekali berbeda dengan gemuruh dapur restoran.
Namun, justru di sinilah letak keunikannya. Perpaduan antara ketelitian ala seorang profesional siber dan hasrat seorang _foodie_ sejati diprediksi akan menciptakan sesuatu yang inovatif. Ini bukan sekadar restoran biasa; ini adalah hasil pemikiran seorang ahli keamanan siber yang ingin membuat dunia lebih aman… dari rasa bosan di lidah.
Menu yang ditawarkan Culture Shock adalah persembahan dari berbagai budaya kuliner. Penggemar K-Drama mungkin akan senang dengan hidangan bulgogi, daging sapi barbekyu Korea yang terkenal. Sementara itu, pecinta cita rasa Mediterania bisa menikmati kebab Turki yang otentik.
Bagi mereka yang mencari kehangatan, ramen Jepang siap memanjakan lidah, ditemani mochi _doughnut_ yang unik sebagai penutup manis. Tak ketinggalan, ada juga _dessert_ khas Asia Selatan, falooda, yang menyegarkan. Bahkan, bagi para penggemar kuliner klasik Amerika, _hamburger_ kuno pun tersedia, memastikan ada sesuatu untuk semua orang.
## Bukan Sekadar Makan, Tapi Perjalanan Rasa
Ausaf menegaskan, Culture Shock bukan hanya sebuah restoran, tetapi juga sebuah kafe. Ini berarti pengalaman yang ditawarkan lebih dari sekadar hidangan berat. Salah satu penawaran kafe yang paling menarik perhatian adalah kopi Turki yang disiapkan menggunakan pasir panas.
“Orang-orang pasti bertanya-tanya bagaimana itu mungkin,” kata Ausaf, memberikan _teaser_ yang memancing rasa penasaran. “Mereka perlu datang dan melihatnya sendiri.” Keunikan ini tentu akan menjadi daya tarik tersendiri, menambah daftar panjang alasan untuk berkunjung.
Yang tak kalah penting, restoran ini akan menyajikan makanan _halal_, yang berarti semua hidangan dipersiapkan sesuai pedoman Islam. Ini adalah komitmen untuk memastikan bahwa para pengunjung dari berbagai latar belakang budaya dapat menikmati makanan tanpa keraguan, sembari menjamin keaslian setiap hidangan.
“Akan ada berbagai makanan dari berbagai budaya yang akan membuat orang merasa seperti kembali ke rumah,” jelas Ausaf. “Kami mencoba membuat setiap hidangan seautentik mungkin.” Dedikasi terhadap keaslian ini menjadi salah satu pilar utama Culture Shock.
## Desain yang Memeluk Keberagaman dan Robot yang Ramah
Dengan kapasitas sekitar 100 orang dan tambahan area makan di luar ruangan, Culture Shock dirancang dengan konsep kontemporer. Desain interior akan menampilkan berbagai budaya melalui karya seni seniman Chicago, Ayesha Omar, serta dalam pemilihan furnitur dan arsitekturnya. Ini adalah upaya untuk menciptakan ruang yang tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga mata dan jiwa.
Restoran ini juga akan dilengkapi dengan dua ruang pribadi yang dapat menampung hingga enam orang, menawarkan berbagai pilihan tempat duduk, termasuk _majlis_. Dalam bahasa Arab, _majlis_ berarti ruang duduk, yang menjanjikan pengalaman bersantap yang lebih intim dan nyaman, layaknya di rumah sendiri.
Ausaf, yang berusia 30 tahun, juga berencana menghadirkan pelayan otomatis dari Bear Robotics, yang diprogram untuk menyambut pelanggan dalam berbagai bahasa. Sentuhan teknologi ini tidak hanya menambah efisiensi, tetapi juga memberikan kesan modern dan futuristik yang pasti disukai Gen Z dan Milenial. Robot ini siap menyapa dengan senyum digitalnya.
Culture Shock akan menempati area seluas lebih dari 4.000 kaki persegi. Ruangan ini sebelumnya adalah rumah bagi OMG Grill dan Chicks ‘n Salsa, ditambah lagi dengan perluasan ruang dari bekas salon setelah Ausaf berhasil merobohkan sebuah dinding. Transformasi ini menunjukkan skala ambisi dan visi Ausaf untuk Culture Shock.
Meskipun terlihat seperti jalur karier yang sama sekali berbeda, Ausaf melihat kesamaan fundamental antara keamanan siber dan kuliner. “Kita mungkin memiliki perbedaan, tetapi saya pikir keindahannya adalah makanan dapat menyatukan semua orang,” ujarnya. Ini adalah filosofi yang kuat, di mana makanan menjadi jembatan antarbudaya.
“Makanan dapat menunjukkan budaya kita, akar kita, dari mana kita berasal. Dan jika ada, kita semua bisa belajar satu sama lain dan juga menghormati budaya satu sama lain. Itulah esensi dari Culture Shock.” Dari keamanan siber hingga keamanan cita rasa, Muhammad Ausaf menunjukkan bahwa inovasi dan keberanian bisa datang dari mana saja, bahkan dari balik layar komputer menuju dapur yang penuh aroma.