Tim Liquid dalam Masalah: Analisis Kekalahan dan Asa APA di Split 3
Kita semua pernah merasakan tilt, kan? Kalah di game ranked saja rasanya dunia mau runtuh. Bayangkan bagaimana rasanya menjadi pro player yang dituntut untuk selalu menang. Kekalahan itu pahit, tapi bagi Team Liquid, khususnya mid laner Eain “APA” Stearns, kekalahan dari LYON di Split 3 adalah pelajaran berharga.
Kekalahan memang menyakitkan, tetapi penting untuk dianalisis dan dipelajari. APA mengakui bahwa timnya kurang greget dalam menciptakan action di game tersebut. Ini bisa jadi disebabkan oleh pemahaman yang kurang mendalam tentang champion tertentu atau komposisi tim. Untungnya, regular season memberikan ruang untuk belajar dan berkembang.
Sebelum Split 3 dimulai, Team Liquid tidak berleha-leha. Mereka langsung tancap gas dengan melakukan scrim intensif, bahkan dengan tim-tim MSI. Scrim adalah latihan bersama tim lain, layaknya simulasi pertandingan sungguhan. Setelah MSI selesai, mereka kembali berlatih dengan tim-tim LTA. Jadi, intinya mereka hanya main League, scrim, dan main solo queue lagi. Dedikasi yang patut diacungi jempol, bukan?
Ziggs: Diberi Buff, Langsung Ditinggal?
Sempat ada spekulasi apakah buff Ziggs hanya agar APA tidak memainkannya lagi. Namun, APA menjelaskan bahwa ada kesempatan untuk memainkannya di game pertama melawan LYON, tetapi mereka memilih Taliyah karena dianggap lebih baik. Kadang, meta memang sekejam itu.
Riot Games memang hobi gonta-ganti tema musim, dan ini sering jadi perdebatan seru di kalangan pemain. Bayangkan Summoner’s Rift dihiasi dengan tema Star Guardian atau Pool Party. Keren, kan? Tapi bagi APA, yang terpenting adalah jangan sampai jelek.
APA terang-terangan mengaku tidak menyukai tema Noxus karena terlalu dark dan monoton. Setelah berbulan-bulan melihat warna merah dan hitam, ia merasa lega ketika tema Spirit Blossom hadir dengan nuansa yang lebih pleasant. Intinya, yang penting estetikanya enak dilihat.
Mode Lain Selain Summoner’s Rift: Arena Jadi Pelarian?
Banyak pro player ternyata juga menikmati mode game lain selain Summoner’s Rift. Ada Faker yang gemar main Arena, ada juga yang lebih suka ARAM. Lantas, bagaimana dengan APA?
APA mengaku jarang bermain mode lain di waktu luangnya. Namun, jika ada waktu senggang sebelum meeting atau scrim, ia sering mengajak rekan-rekannya di Team Liquid untuk bermain Arena. Biasanya, ia bermain bersama Yuuji, Yeon, dan kadang-kadang Impact. Tapi jangan salah, mereka mainnya “Bravery Mode”, mengandalkan keberuntungan tim. Kadang menang, kadang langsung kalah telak karena team comp yang kurang mendukung.
Menuju Worlds: Target dan Harapan APA
APA juga membocorkan sedikit tentang target dan harapannya untuk musim ini. Minimum, mereka harus lolos ke Worlds. Idealnya, mereka ingin memenangkan Split. Lebih dari itu, ia berharap bisa tampil lebih baik dari dua Worlds sebelumnya.
- Worlds pertama: Buruk
- Worlds kedua: Lumayan
- Worlds ketiga (harapan): Minimal quarterfinals, performa solid melawan tim dari Eastern region. Bahkan, semifinals atau finals adalah impian terbesarnya.
Srtty di LYON: Penilaian Jujur dari APA
LYON mendapatkan amunisi baru dengan hadirnya Srtty di top lane. APA memberikan penilaian jujur tentang performa Srtty di series melawan timnya. Menurutnya, Srtty bermain biasa saja, tidak terlalu buruk, tetapi juga tidak terlalu menonjol. Singkatnya, permainannya average.
Siapa Lawan Berikutnya? Misteri yang Belum Terpecahkan
APA mengaku belum tahu siapa lawan mereka di minggu berikutnya. Ia menduga bahwa mereka mungkin akan memiliki kesempatan untuk memilih lawan, tetapi itu tergantung pada posisi mereka di klasemen. Kompetisi memang penuh dengan strategi dan kalkulasi.
Estetika Game: Antara Noxus yang Kelam dan Spirit Blossom yang Memikat
Tema visual dalam game, seperti Summoner’s Rift, ternyata sangat memengaruhi kenyamanan bermain. APA secara terbuka mengakui ketidaksukaannya terhadap tema Noxus yang didominasi warna merah dan hitam. Ia merasa lega ketika Riot menggantinya dengan tema Spirit Blossom yang lebih menenangkan.
Arena: Hiburan Singkat di Sela Kesibukan Latihan
Mode Arena menjadi pilihan relaksasi bagi APA dan rekan-rekannya di Team Liquid. Meskipun hanya dimainkan dalam waktu singkat, Arena memberikan kesempatan untuk bersenang-senang dan menghilangkan penat. Apalagi kalau dapat team comp yang bagus, auto menang!
Ambisi di Worlds: Lebih dari Sekadar Bertanding
Berpartisipasi di Worlds bukan hanya soal tampil dan bertanding. APA memiliki target yang jelas: memberikan performa terbaik dan melampaui pencapaian di Worlds sebelumnya. Baginya, lolos ke quarterfinals dan memberikan perlawanan sengit terhadap tim-tim Eastern region adalah sebuah keharusan. Bahkan, ia menyimpan mimpi untuk melaju hingga semifinals atau finals. Semangat yang luar biasa!
Fokus pada Tujuan: Menjadikan Kekalahan Sebagai Batu Loncatan
Kekalahan dari LYON memang menyakitkan, tetapi Team Liquid tidak mau terlarut dalam kesedihan. Mereka akan menganalisis pertandingan tersebut, mencari tahu apa yang salah, dan melakukan perbaikan. APA percaya bahwa setiap kekalahan adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang.
Kunci Sukses: Dedikasi, Latihan, dan Estetika yang Pas
Dari wawancara dengan APA, kita bisa melihat bahwa kesuksesan di dunia esports membutuhkan dedikasi tinggi, latihan intensif, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan. Selain itu, selera visual juga penting! Jangan sampai tema game membuat kita tilt sebelum mulai bertanding.
Intinya? Jangan Sampai Salah Pilih Skin!
Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah APA dan Team Liquid adalah: kekalahan itu biasa, yang penting adalah bagaimana kita bangkit dan belajar darinya. Dan tentu saja, pastikan skin dan tema game kita mendukung performa, bukan malah bikin emosi jiwa. Semangat terus buat Team Liquid!