Apakah kamu pernah merasa ide kreatifmu buntu? Seperti air keran yang tiba-tiba seret padahal tagihan air belum jatuh tempo? Nah, ternyata hal itu bisa terjadi pada siapa saja, bahkan seorang bintang pop sekaliber Lorde. Kisahnya bisa jadi relate banget sama kita semua yang kadang merasa terjebak dalam lingkaran setan pikiran.
Lorde, penyanyi yang dikenal dengan lagu-lagu deep dan lirik puitisnya, baru saja merilis album terbarunya, Virgin, setelah hiatus selama empat tahun. Album ini konon berisi lagu-lagu paling intens dan rentan yang pernah ia tulis. Tapi, siapa sangka, di balik kesuksesan itu, tersimpan perjuangan berat melawan eating disorder yang sempat membungkam kreativitasnya.
Bayangkan, otak yang seharusnya dipenuhi melodi dan ide-ide brilian, malah dijejali kalkulasi kalori dan obsesi timbangan. Lorde mengaku, pikirannya saat itu hanya fokus pada bagaimana caranya menjadi sekurus mungkin. Makan, tidur, olahraga – semuanya dihitung dan dikontrol demi mencapai berat badan ideal versi dirinya yang (mungkin) kurang realistis.
Menurutnya, kondisi ini benar-benar menghambat proses kreatifnya. “Awal 2023, aku merasa sangat tidak baik dalam banyak hal,” ungkapnya dalam wawancara dengan BBC Radio 1. “Aku tidak pernah merasa se-terputus dari kreativitas. Aku sudah lama tidak punya ide.” Fokusnya yang terlalu besar pada penampilan fisik telah menyita seluruh energi dan kapasitas mentalnya.
Proses pemulihan ternyata menjadi kunci untuk membuka kembali keran kreativitasnya. Setelah fokus pada kesehatannya, Lorde akhirnya bisa kembali ke studio dan menghasilkan Virgin. Di salah satu lagunya, “Broken Glass,” ia bahkan berani mengeksplorasi perjuangannya dengan body image, menyanyikan, “I spent my summer getting lost in math/ Making weight took all I had.” Real talk!
Kisah Lorde ini mengingatkan kita bahwa kesehatan mental dan fisik memiliki pengaruh besar terhadap kreativitas. Kalau pikiran kita terbebani dengan masalah atau obsesi tertentu, sulit rasanya untuk fokus dan menghasilkan karya yang berkualitas. Jadi, jangan abaikan mental health, ya!
Kreativitas Terjajah: Ketika Obsesi Mengalahkan Seni
Obsesi terhadap suatu hal, entah itu penampilan fisik, kesempurnaan, atau bahkan validasi dari orang lain, bisa menjadi penjajah yang diam-diam menguasai pikiran kita. Lorde menggambarkan bagaimana eating disorder-nya telah mengambil alih seluruh fokusnya, menyisakan sedikit ruang untuk hal-hal lain, termasuk musik.
Hal ini bisa terjadi pada siapa saja, bukan hanya selebriti. Mungkin kamu pernah merasa terlalu fokus pada followers dan likes di media sosial, sampai lupa menikmati momen saat membuat konten. Atau terlalu sibuk mengejar nilai sempurna di kampus, sampai stres dan kehilangan minat belajar.
Intinya, keseimbangan itu penting. Jangan biarkan obsesi menguasai hidupmu, karena bisa-bisa kreativitasmu ikut tercekik. Ingat, kesehatan mental dan fisik adalah fondasi utama untuk menghasilkan karya yang otentik dan bermakna.
“David”: Lagu Tentang Kekuatan dan Kebebasan
Salah satu lagu di album Virgin yang menarik perhatian adalah “David.” Lorde menjelaskan bahwa lagu ini terinspirasi dari patung David karya Michelangelo dan kisah David melawan Goliath. Menurutnya, lagu ini merupakan refleksi tentang dinamika kekuatan (power dynamics) dalam hidupnya.
Lorde mengaku bahwa selama ini, ia seringkali merasa inferior di hadapan tokoh-tokoh pria berpengaruh dalam industri musik. Namun, melalui lagu “David,” ia ingin melepaskan diri dari perasaan itu dan menegaskan kemerdekaannya. “I made you God ’cause it was all/ That I knew how to do/ But I don’t belong to anyone,” demikian lirik lagu tersebut.
Lagu ini bisa diinterpretasikan sebagai manifestasi dari keberanian untuk menghadapi power imbalances dan menemukan kekuatan dalam diri sendiri. Kita semua punya potensi untuk menjadi “David” dalam kisah hidup kita masing-masing, melawan “Goliath” berupa keraguan, ketakutan, dan tekanan dari luar.
Memerdekakan Diri dari Standar Tidak Realistis
Perjuangan Lorde dengan body image dan eating disorder adalah cerminan dari masalah yang seringkali dihadapi oleh banyak orang, terutama di era media sosial ini. Kita seringkali terpapar dengan gambar-gambar tubuh “ideal” yang tidak realistis, yang akhirnya membuat kita merasa insecure dan tidak percaya diri.
Padahal, kecantikan itu relatif dan tidak bisa diukur hanya dari angka timbangan atau ukuran pakaian. Yang terpenting adalah mencintai dan menerima diri sendiri apa adanya. Fokuslah pada kesehatan dan kebahagiaanmu, bukan pada standar kecantikan yang diciptakan oleh orang lain.
Ingat, kamu itu unik dan berharga. Jangan biarkan standar tidak realistis merampas kebahagiaan dan kreativitasmu. Jadilah dirimu sendiri, dan biarkan inner beauty-mu bersinar.
Kunci Kreativitas: Self-Care dan Penerimaan Diri
Kisah Lorde ini memberikan kita pelajaran berharga tentang pentingnya self-care dan penerimaan diri dalam proses kreatif. Ketika kita merasa nyaman dengan diri sendiri, kita akan lebih mudah untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan menghasilkan karya yang otentik.
- Prioritaskan kesehatan mental dan fisikmu. Jangan biarkan stres dan tekanan menguasai hidupmu.
- Berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Setiap orang punya perjalanan dan keunikannya masing-masing.
- Fokus pada kekuatan dan kelebihanmu. Jangan terlalu terpaku pada kekuranganmu.
- Ciptakan lingkungan yang suportif dan positif. Jauhi orang-orang yang toxic dan merendahkanmu.
Dengan mencintai dan menerima diri sendiri apa adanya, kita akan membuka pintu bagi kreativitas dan kebahagiaan yang sejati. Jadi, mulai sekarang, yuk, lebih peduli dengan diri sendiri dan say no pada standar-standar tidak realistis.
Intinya, kreativitas itu bersemi ketika kita merdeka dari belenggu pikiran dan tekanan dari luar. So, be yourself, love yourself, and let your creativity flow!