Siapa bilang musik cuma soal didengerin? Ternyata, ada fenomena unik di balik kepergian seorang musisi. Bukan cuma nostalgia, tapi juga lonjakan konsumsi musik mereka! Kayak resep rahasia, kematian bisa jadi bumbu yang bikin karya mereka makin “lezat” di telinga pendengar.
Efek Kepergian: Musik yang Bangkit dari Abu?
Kepergian seorang artis selalu memicu gelombang aktivitas yang signifikan. Berita duka menyebar, tribute bertebaran di media sosial dan pers, dan para penggemar pun memutar lagu-lagu mereka di berbagai platform streaming serta membeli album-albumnya. Tahun ini, kita menyaksikan kenaikan streams The Beach Boys sebesar 184% dan posisi tangga lagu tertinggi dalam 60 tahun untuk album Pet Sounds setelah Brian Wilson meninggal dunia. Begitu pula dengan Sly & the Family Stone yang mengalami lonjakan streams sebesar 563% setelah Sly Stone berpulang, sementara Angie Stone melonjak lebih dari 1.260%.
Namun, yang seringkali luput dari perhatian adalah bahwa peningkatan konsumsi musik ini nggak cuma sementara. Efeknya bisa bertahan selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Konsumsi mingguan Sinead O’Connor di Amerika Serikat tetap 32% lebih tinggi dari level sebelum kematiannya. Begitu pula dengan Tina Turner, yang konsumsi katalognya masih 25% lebih besar. Memang, ada juga yang efeknya singkat, seperti New York Dolls yang kembali normal setelah delapan minggu.
Posisi Ozzy Osbourne yang unik sebagai ikon budaya pop dan legenda musik bisa jadi kunci untuk surge yang lebih tahan lama dalam streams dan penjualan.
Prince dan Bowie: Kasus Klasik Kebangkitan Musik Pasca-Kematian
Untuk melihat potensi efek kepergian pada popularitas seorang musisi, kita bisa belajar dari ikon-ikon lain yang kematiannya menghasilkan liputan media dan reaksi penggemar yang besar. Hampir satu dekade setelah kematian mereka, baik Prince maupun David Bowie menikmati konsumsi musik yang jauh di atas level sebelum kematian mereka.
Ketika Prince meninggal dunia secara tak terduga pada tahun 2016, konsumsi musiknya melonjak 125 kali lipat dalam minggu pertama setelah kematiannya. Delapan bulan kemudian, total konsumsi lebih dari dua kali lipat dari level sebelum kematiannya. Bowie juga mengalami hal serupa. Seminggu setelah kematiannya, total konsumsi naik 61 kali lipat. Delapan bulan kemudian, total konsumsi naik 59% dan penjualan album hampir dua kali lipat dari level sebelum kematiannya.
Fenomena ini bukan cuma sekadar nostalgia sesaat, tapi juga bukti bahwa karya seorang musisi bisa menemukan pendengar baru, bahkan setelah mereka tiada.
Biopik dan Dokumenter: Bahan Bakar Tambahan untuk Popularitas?
Kenaikan konsumsi musik pasca-kematian bisa jadi baru permulaan. Bagi beberapa ikon musik dan budaya pop, sebuah film biopic dengan anggaran besar bisa memberikan boost yang lebih besar lagi. Ambil contoh Queen dan Elton John. Film Bohemian Rhapsody meningkatkan konsumsi musik Queen di Amerika Serikat sebesar 164% pada tahun 2018. Konsumsi meningkat lagi 73% pada tahun 2019. Bahkan di tahun 2024, konsumsi musik Queen masih 84% lebih tinggi dari tahun 2017.
Rocketman juga memberikan dampak serupa, meningkatkan konsumsi musik Elton John di Amerika Serikat sebesar 60% pada tahun 2019. Film A Complete Unknown juga memberikan boost pada katalog Bob Dylan. Konsumsi mingguan musik Dylan di Amerika Serikat naik 245% dalam enam minggu setelah film tersebut dirilis.
Namun, nggak semua biopic sukses. Film tentang Whitney Houston dan Jimi Hendrix nggak menghasilkan dampak yang sama.
Masa Depan Musik Ozzy: “Crazy Train” Belum Berhenti?
Sebuah film dokumenter tentang Ozzy Osbourne yang dijadwalkan tayang di Paramount+ pada akhir tahun 2025 bisa memberikan boost pada katalognya. Dokumenter tentang Sinead O’Connor dan Sly & The Family Stone juga memberikan dampak positif.
Namun, sebuah biopic akan memberikan dampak yang lebih besar. Ozzy Osbourne adalah karakter yang cocok untuk film Hollywood. Setelah menghabiskan tahun 80-an di bawah sorotan konservatif dan aktivis hak hewan, Osbourne meraih ketenaran mainstream melalui The Osbournes, sebuah reality show MTV yang mengungkap kehidupan keluarganya di luar panggung.
Apakah Osbourne akan menjadi subjek biopic Hollywood atau tidak, masih menjadi pertanyaan. Namun, antusiasme yang terlihat setelah kematiannya menunjukkan bahwa katalognya bisa memiliki kehidupan yang fruitful selama bertahun-tahun yang akan datang. Siapa tahu, single klasik seperti “Crazy Train” bakal terus mengantarkan generasi baru ke dunia rock and roll.
Kematian emang bikin sedih, tapi jangan salah, kadang malah jadi jalan buat karya seni makin abadi. Jadi, next time dengerin lagu dari musisi yang udah nggak ada, inget aja, they might be gone, but their music lives on!