Dark Mode Light Mode

Kemitraan Australia-Indonesia dalam Flu Burung Mengudara di Panggung Global

Di era globalisasi ini, ancaman penyakit hewan, terutama flu burung (Avian Influenza), bukanlah sekadar masalah peternakan, tapi juga keamanan pangan dan kesehatan global. Ibaratnya, satu ekor ayam sakit bisa jadi masalah satu kampung, bahkan satu negara! Nah, kabar baiknya, Australia dan Indonesia bersatu padu melawan musuh bebuyutan ini.

Flu burung, atau Avian Influenza (AI), memang bikin pusing tujuh keliling. Strains H5, khususnya, terus bermutasi dan menimbulkan ancaman serius bagi unggas liar, industri peternakan, dan perdagangan internasional. Dampaknya bukan cuma kerugian ekonomi, tapi juga risiko penularan ke manusia. Ini yang bikin kita harus selalu waspada, jangan sampai lengah.

Untuk itu, kerja sama internasional jadi kunci utama. Tanpa kolaborasi, mustahil kita bisa memantau, mendeteksi, dan merespons wabah AI secara efektif. Itulah mengapa inisiatif seperti program kembar laboratorium World Organisation for Animal Health (WOAH) itu sangat penting.

BICOLLAB: Jalinan Biosekuriti Australia-Indonesia untuk Unggas yang Lebih Sehat

Proyek BICOLLAB, singkatan keren dari biosecurity collaboration (kerja sama biosekuriti), adalah wujud nyata komitmen Australia dan Indonesia dalam memperkuat pertahanan terhadap AI. CSIRO (badan riset ilmiah nasional Australia) dan DIC (Disease Investigation Centre) Wates (laboratorium Indonesia) berkolaborasi erat untuk meningkatkan kapasitas deteksi dini dan respons cepat terhadap wabah AI di kawasan Asia-Pasifik. Bayangkan, seperti duo detektif yang memecahkan kasus misteri epidemi!

Inisiatif ini didanai oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Pemerintah Australia melalui program Partnerships for a Healthy Region. Ini menunjukkan betapa seriusnya Australia memandang keamanan kesehatan regional dan kerja sama bilateral. Dengan suntikan dana ini, DIC Wates akan mendapatkan upgrade signifikan dalam hal peralatan, pelatihan, dan sistem mutu.

Salah satu fokus utama BICOLLAB adalah transfer pengetahuan dan keahlian. CSIRO, sebagai WOAH Reference Centre, akan memberikan mentorship dan pelatihan praktis kepada staf DIC Wates. Tujuannya adalah agar DIC Wates mampu memenuhi standar internasional dan menjadi laboratorium rujukan terpercaya untuk AI di tingkat regional.

Kerja sama ini bukan hanya soal peningkatan kapasitas diagnostik, tapi juga penguatan sistem biosekuriti secara menyeluruh. BICOLLAB mendorong penerapan standar internasional, keberlanjutan jangka panjang, dan integrasi ke dalam sistem surveilans penyakit global. Dengan begitu, Indonesia akan lebih siap menghadapi ancaman AI di masa depan.

DIC Wates: Calon Bintang Laboratorium Rujukan AI di ASEAN

Ambisi besar dari proyek ini adalah menjadikan DIC Wates sebagai WOAH Reference Laboratory untuk AI. Ini bukan cuma soal prestise, tapi juga pengakuan atas kompetensi dan kualitas pelayanan yang tinggi. Jika DIC Wates berhasil meraih predikat ini, Indonesia akan memiliki peran penting dalam pengendalian AI di kawasan ASEAN.

Dr. Beth Cookson, Chief Veterinary Officer Australia, mengatakan bahwa dukungan WOAH merupakan bukti kepercayaan terhadap kolaborasi berbasis sains ini. Proyek ini bukan hanya tentang berbagi pengetahuan, tetapi juga membangun kapasitas diagnostik berkelanjutan yang melindungi kesehatan hewan dan masyarakat di seluruh wilayah.

Manfaat Jangka Panjang: Keamanan Pangan dan Kesehatan Regional

BICOLLAB bukan hanya tentang mengatasi wabah AI saat ini, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk keamanan pangan dan kesehatan regional di masa depan. Dengan memiliki laboratorium rujukan yang kuat, Indonesia akan lebih mampu mendeteksi dan merespons wabah AI secara cepat dan akurat.

Selain itu, proyek ini juga berkontribusi pada pengembangan sumber daya manusia yang kompeten di bidang kesehatan hewan. Melalui pelatihan dan mentorship yang diberikan oleh CSIRO, staf DIC Wates akan mendapatkan keterampilan dan pengetahuan yang berharga untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Dr. Imron Suandy, Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, menyambut baik dukungan WOAH sebagai peluang besar bagi sistem kesehatan hewan Indonesia. Proyek ini memperkuat kemampuan Indonesia dalam diagnostik dan surveilans AI, sehingga mampu mendeteksi dan merespons wabah dengan lebih cepat dan andal.

Lebih dari Sekadar Kerja Sama: Kemitraan Strategis untuk Biosekuriti Global

BICOLLAB bukan sekadar proyek kerja sama biasa, melainkan kemitraan strategis yang berkontribusi pada biosekuriti global. Dengan memperkuat kapasitas diagnostik dan respons AI di Indonesia, proyek ini membantu mencegah penyebaran penyakit ke negara-negara lain.

CSIRO memiliki rekam jejak yang solid dalam proyek twinning laboratory sebelumnya di Malaysia, Thailand, dan Vietnam. BICOLLAB merupakan babak baru dalam komitmen CSIRO untuk kemitraan berbasis sains yang meningkatkan biosekuriti regional dan global.

Jadi, apa takeaway-nya? Proyek BICOLLAB adalah contoh nyata bagaimana kerja sama internasional, inovasi sains, dan komitmen yang kuat dapat membawa perubahan positif dalam menghadapi ancaman penyakit hewan. Ini bukan hanya tentang menyelamatkan ayam, tapi juga tentang melindungi kesehatan dan kesejahteraan kita semua. Ini seperti upgrade antivirus untuk sistem kekebalan tubuh global kita, agar selalu siap menghadapi serangan malware penyakit!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Apakah Morgan Wallen & Tate McRae Tetap Nomor 1 Minggu Ini?

Next Post

Dispatch: Demo PC Rilis, Bahasa Indonesia Siap Dicoba