Dark Mode Light Mode

Kenangan Fotografi: Menatapnya, Cahaya Menembusku – Ulasan Album: Membakar Jiwa

Musik itu seperti meme: semakin aneh, semakin menarik. Pernahkah kamu merasa terjebak dalam labirin suara yang campur aduk? Mungkin kamu baru saja mengalami avant-garde digital dari Photographic Memory, proyek solo Max Epstein. Jangan khawatir, kamu tidak sendirian.

Photographic Memory: Lebih Dari Sekadar Foto Kenangan

Max Epstein, seorang workaholic dari Los Angeles, punya CV yang bikin iri: gitaris untuk Jane Remover dan quannnic, produser untuk Blair dan daine. Tapi, karyanya sendiri sebagai Photographic Memory terasa seperti harta karun terpendam. Album terbarunya, I look at her and light goes all through me, adalah campuran yang sama besarnya antara album gitar dan producer tape. Album ini menampilkan kolaborasi eklektik, genre yang beragam, dan kejujuran yang tulus.

Epstein adalah seorang maestro di balik layar, seorang string puller yang membantu musisi lain menemukan suara mereka. Namun, di balik layar itu, ada seorang seniman yang berjuang untuk menemukan identitasnya sendiri. Rilis-rilis awalnya sebagai Photographic Memory, sejak 2014, kental dengan slowcore yang hazy, seperti Duster versi hemat. Seiring berkembangnya jejaknya di industri musik, suaranya pun ikut berevolusi.

Everything Nice, mixtape tahun 2018, adalah kompilasi demo kamar tidur yang fleeting. Album self-titled tahun 2021 menampilkan nuansa yang lebih fuller, meskipun tetap mempertahankan sadness-soup songcraft awalnya. (Arpeggio! Auto-Tune! Abjection!). Jangan menilai album dari sampulnya, tapi aesthetic identity Epstein seringkali mencerminkan sosok pinggiran.

Dari Slowcore Hingga Suara Digital 2025: Evolusi yang Membingungkan (Tapi Seru!)

I look at her bukanlah album comeback yang megah. Album ini lebih merupakan potret musik digital tahun 2025, di mana producer tag, power chord, instrumen live, dan plugin Ableton hidup berdampingan dalam harmoni yang kacau. Kita semua tahu, hidup itu memang kadang-kadang seperti lag, tapi justru di situlah seninya, bukan?

Momen paling brilian dalam proyek ini bukanlah lagu solo, melainkan "Heartsyle," sebuah single yang berkilauan di mana Wisp melayang di atas plugg beat buatan Epstein. Aneh? Memang. Tapi seperti sebagian besar I look at her, lagu ini berjemur dalam tabrakan aneh yang diciptakan oleh era oversaturated dan amorphous.

Coba dengar "Recently," di mana Gucci Mane nge-rap "Woppenheimer" di atas sesuatu yang terdengar seperti demo Tired of Tomorrow yang dibuang. Awalnya mungkin terdengar lucu, tapi lama kelamaan, kamu akan menyadari betapa indahnya lagu itu. Seperti menemukan harta karun di tumpukan sampah digital.

Nu-Gaze Abad Ini: Lebih dari Sekadar Gitar dan Distorsi

Suara Epstein lebih kuat dari sebelumnya di album ini. Meskipun timbre vokalnya—seperti android kesepian—cukup konsisten selama beberapa tahun terakhir, tekstur di I look at her memberikan ruang yang lebih luas untuk mendominasi. "Clearly," digi-rock epic, adalah lagu yang keras-pelan-keras, dengan synth stab yang berkilauan, petikan akustik lembut, dan sesekali tendangan yang berdenyut.

Di titik tertentu, lagu ini berisiko terdengar seperti remix Snow Strippers dari "Fireflies." Tapi yang menyelamatkan lagu itu dari potensi jebakan—overstimulation dan ennui—adalah tarik-ulur antara suara dan produksi Epstein, lanskap suara kompleks yang dilalui oleh protagonis yang hati-hati dan agak kekanak-kanakan. Terlepas dari definisi "nu-gaze" kamu, ada sesuatu di album ini untuk semua orang: bandingkan pathos yang glitchy dari "Emo Tour Track" dengan thrash yang menggeram dari "Love in My Heart."

Max Epstein: Maestro yang Tidak Harus Selalu Jadi Pusat Perhatian

Epstein sang penyanyi didukung oleh Epstein sang produser, yang didukung oleh Epstein sang kurator. Ketika berbagai sisi dirinya ini bertemu, hasil karyanya adalah bukti terkuat dari visi tunggalnya. Dia bukan hanya seorang gitaris atau produser, tapi juga seorang curator suara, seorang arsitek dari kekacauan yang indah.

Intinya, Epstein adalah seorang jenius yang sedikit gila (dalam arti yang baik, tentu saja!). Dia adalah suara generasi yang tumbuh di tengah oversaturation informasi dan pilihan. Albumnya adalah cerminan dari realitas itu: berantakan, membingungkan, tapi juga sangat indah. Seperti mencoba memahami meme yang terlalu meta.

Jadi, jika kamu mencari sesuatu yang out of the box, sesuatu yang menantang dan memprovokasi, Photographic Memory adalah jawabannya. Siapa tahu, mungkin kamu akan menemukan soundtrack untuk kegelisahan generasimu di sana. Karena, jujur saja, siapa yang tidak sedikit gelisah di era digital ini?

Pada akhirnya, I look at her and light goes all through me adalah pengingat bahwa seni yang paling menarik seringkali muncul dari tempat yang tidak terduga. Dari sudut-sudut tersembunyi dari internet, dari kolaborasi yang aneh, dan dari keberanian untuk merangkul ketidaksempurnaan. Ini bukan hanya album, ini adalah pengalaman. Dan pengalaman, teman-teman, lebih berharga daripada follower Instagram.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Implikasi Mendapatkan Frigibax, Arctibax, dan Baxcalibur Shiny di Pokemon GO

Next Post

Direktur Logistik Bukit Aman Tinjau Kesiapan Perbatasan di Pos Polisi Ba’kelalan