Siap-siap nostalgia! Dulu, main video games itu cuma buat anak kecil. Sekarang? Jangan salah, kakek-nenek kita juga jago nge-game, lho! Tapi, konten gaming yang ada kayaknya masih fokus ke generasi Z. Nah, ada satu podcast yang berusaha merangkul semua generasi: Post Games.
Banyak yang bilang industri video game itu dunia anak muda. Mulai dari yang bikin game, sampai yang main, rata-rata umurnya masih di bawah 30-an. Tapi, sadar gak sih, banyak juga gamer yang umurnya udah kepala tiga, empat, bahkan lima? Mereka ini punya selera dan kebutuhan yang beda, tapi seringkali diabaikan.
Post Games hadir sebagai angin segar. Podcast ini mencoba mengisi kekosongan konten gaming yang lebih dewasa, cerdas, dan mendalam. Gak cuma bahas game terbaru, tapi juga ngobrolin topik-topik menarik seputar budaya game, sejarah, bahkan filosofi. Ibaratnya, podcast ini kayak NPR versi gaming, santai tapi berbobot.
Menyasar Pasar Gamer Dewasa: Kenapa Ini Penting?
Chris Plante, mantan editor-in-chief Polygon, melihat adanya kesenjangan pasar yang besar. Media gaming pada umumnya fokus pada audiens muda, padahal ada jutaan gamer yang lebih tua dengan minat dan ekspektasi yang berbeda. Data menunjukkan bahwa lebih dari separuh gamer di Amerika Serikat berusia di atas 35 tahun. Ini pasar yang sangat potensial!
Bayangkan aja, kita udah capek kerja seharian, pengennya dengerin obrolan gaming yang gak cuma bahas meta dan build karakter. Kita pengen diskusi tentang bagaimana game bisa merefleksikan kehidupan, atau bagaimana teknologi game bisa mengubah cara kita berpikir. Post Games berusaha memberikan itu.
Lebih lanjut, Plante menyebutkan adanya ketidakseimbangan antara supply and demand. Publikasi yang biasanya diakses oleh audiens yang lebih tua, seperti koran dan majalah, jarang membahas video game secara mendalam. Ini kesempatan emas buat Post Games untuk mengisi celah tersebut dan menjadi sumber informasi yang terpercaya bagi gamer dewasa.
Format Unik Post Games: Lebih dari Sekadar Review
Post Games punya format yang unik. Setiap episode berdurasi sekitar satu jam dan dibagi menjadi tiga bagian. Biasanya, ada wawancara mendalam dengan tokoh-tokoh di industri game, diikuti dengan diskusi tentang berita-berita terbaru. Tapi, yang bikin beda, topik-topik yang dibahas gak selalu tentang game yang lagi hype.
Misalnya, salah satu episode membahas sejarah Independent Games Festival’s Seamus McNally Grand Prize. Episode lain membahas tentang game yang erotis. Bahkan, ketika Death Stranding 2: On the Beach rilis, Plante berhasil mewawancarai YouTuber videogamedunkey, yang awalnya benci Death Stranding pertama tapi kemudian berubah pikiran. Ini menunjukkan Post Games punya sudut pandang yang fresh dan gak mainstream.
Podcast ini gak cuma review game, tapi juga ngajak pendengar buat mikir lebih dalam tentang game itu sendiri. Post Games membahas video game dari berbagai perspektif, mulai dari seni, budaya, teknologi, sampai psikologi. Intinya, podcast ini berusaha menjadikan video game sebagai topik diskusi yang cerdas dan relevan.
Mendukung Kreator Independen: Model Bisnis Berkelanjutan
Post Games bisa didengarkan secara gratis dengan iklan. Tapi, pendengar yang berlangganan melalui Patreon seharga $5 per bulan mendapatkan akses awal ke episode tanpa iklan, konten bonus, dan video eksklusif setiap bulan. Plante punya prinsip, kalau dia sendiri gak mau bayar untuk kontennya, kenapa orang lain harus?
Model bisnis ini menunjukkan bahwa ada audiens yang bersedia membayar untuk konten berkualitas dan independen. Dengan mencapai 1.000 pelanggan berbayar, Post Games sudah bisa menutupi biaya asuransi kesehatan keluarganya. Jika mencapai 2.000 pelanggan di akhir tahun, Plante yakin podcast ini bisa menjadi mata pencahariannya di masa depan. Ini contoh sukses kreator independen yang fokus pada kualitas dan kebutuhan audiens.
Masa Depan Media Gaming: Independen dan Berfokus pada Audiens
Tren jurnalis game yang keluar dari publikasi tradisional dan membuat proyek independen semakin meningkat. Ada Aftermath, yang dikelola oleh mantan penulis Kotaku, dan Crossplay, publikasi Substack yang berfokus pada parenting dari Patrick Klepek. Ini menunjukkan adanya perubahan lanskap media gaming, di mana kreator independen semakin punya peran penting.
Plante berpendapat bahwa media independen memberikan manfaat besar bagi audiens. Dengan fokus pada pembaca, kreator independen bisa menemukan peluang bisnis yang lebih baik. Publikasi mainstream seringkali terlalu bergantung pada skala, sehingga mengabaikan kebutuhan audiens yang lebih spesifik. Post Games hadir untuk melayani audiens gamer dewasa yang selama ini kurang terwakili.
Mengapa Post Games Menarik Perhatian?
- Konten yang cerdas dan mendalam: Gak cuma review game, tapi juga diskusi tentang budaya dan filosofi gaming.
- Fokus pada audiens dewasa: Mengisi kekosongan konten gaming yang relevan bagi gamer yang lebih tua.
- Model bisnis independen: Didukung langsung oleh audiens melalui Patreon, memastikan kualitas dan keberlanjutan.
- Sudut pandang yang fresh: Menghadirkan topik-topik yang gak mainstream dan wawancara dengan tokoh-tokoh yang inspiratif.
Intinya, Post Games bukan sekadar podcast tentang video game. Ini adalah platform untuk diskusi cerdas, berbagi pengalaman, dan membangun komunitas gamer yang inklusif.
Di tengah gempuran konten gaming yang serba cepat dan dangkal, Post Games hadir sebagai oase yang menyegarkan. Podcast ini mengingatkan kita bahwa video game itu lebih dari sekadar hiburan. Video game bisa menjadi sumber inspirasi, refleksi, dan koneksi antar manusia. So, buat kamu yang udah capek dengerin obrolan gaming yang itu-itu aja, coba deh dengerin Post Games. Siapa tahu, kamu jadi ketagihan!
Intinya, kalau kamu cari konten gaming yang anti-mainstream dan bikin kamu mikir, Post Games adalah pilihan yang tepat. Dan, ya, semoga aja Post Games tetap ada 10 tahun lagi, menemani kita para gamer yang semakin menua ini.