Bayangkan ini: negara kita adalah sebuah multiplayer online role-playing game (MMORPG). Tiap suku, bahasa, dan budaya adalah skill tree yang unik. Alih-alih saling sikut demi meta build yang itu-itu saja, kita malah asyik grinding sendirian, takut dibilang noob kalau mencoba yang lain. Padahal, kalau digabung, kekuatan kita bisa setara raid boss! Nah, itulah kira-kira yang disindir oleh Bapak Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim soal keberagaman Indonesia baru-baru ini.
Dalam acara peluncuran Malaysia Cultural Festival 2025 ‘Wow Malaysia’ (jangan bingung, ini bukan berita dari masa depan), Anwar Ibrahim menekankan bahwa keberagaman budaya dan etnis adalah kekuatan utama Malaysia, bukan sesuatu yang harus ditolak atau ditakuti. Beliau dengan gaya seorang dungeon master yang bijak, mengingatkan bahwa kehebatan suatu bangsa justru terletak pada penerimaan dan rasa hormat terhadap warisan dari berbagai komunitas yang membentuk identitas nasional.
Pidato ini bukan sekadar basa-basi politisi. Di tengah maraknya perdebatan tentang identitas dan intoleransi, pernyataan Anwar Ibrahim seperti healing potion di tengah pertempuran sengit. Beliau mengingatkan bahwa kekayaan budaya Malaysia (dan tentu saja, Indonesia juga) justru terletak pada keberagaman tradisi, mulai dari Melayu, Tionghoa, India, Iban, Kadazan, Murut, Melanau, hingga Bajau. Semua itu, kata beliau, adalah bagian dari budaya Malaysia, sebagai warga Malaysia.
Menurutnya, kunci keberhasilan, perdamaian, dan kesinambungan suatu bangsa adalah kemampuan untuk merangkul perbedaan. Sebaliknya, jika kita mulai mengisolasi atau menolak satu sama lain, maka bibit perpecahan akan tumbuh subur. Ibaratnya, kalau semua pemain cuma mau pakai satu hero yang sama, ya bosan juga kan?
Buff Keberagaman: Kekuatan Tersembunyi Bangsa
Pernyataan Anwar Ibrahim ini penting banget. Soalnya, ada saja sekelompok orang yang merasa paling benar dan enggan menerima perbedaan. Mereka ini seperti pemain yang cuma mau pakai cheat biar menang sendiri, padahal keseruan justru ada pada prosesnya. Anwar Ibrahim menekankan pentingnya menunjukkan kemauan untuk tidak hanya mengakui, tetapi juga menghormati, memperkaya, mengangkat, memperkenalkan, dan menunjukkan bahwa kita terinspirasi oleh kekayaan setiap budaya.
Bahkan, Anwar Ibrahim bercerita bahwa pemimpin negara lain seringkali kagum dengan keragaman dan harmoni masyarakat Malaysia yang ditampilkan melalui pertunjukan budaya saat menyambut kunjungan mereka. Ini seperti melihat cutscene indah yang bikin kita bangga jadi bagian dari cerita tersebut.
Soal bahasa, Anwar Ibrahim menegaskan bahwa Bahasa Melayu tetap menjadi bahasa resmi dan kekuatan pemersatu bangsa. Tapi, hak semua komunitas untuk menguasai bahasa ibu mereka juga harus dihormati. Ibaratnya, Bahasa Melayu adalah global chat yang menghubungkan semua pemain, tapi setiap suku punya voice chat sendiri untuk ngobrol lebih akrab.
Menurutnya, negara dibangun di atas beberapa fondasi, dan salah satunya adalah bahasa. Bahasa Melayu adalah bahasa resmi, bahasa yang memperkuat dan menyatukan seluruh rakyat. Tapi, negara ini juga didasarkan pada penghormatan terhadap hak semua komunitas untuk menguasai bahasa mereka sendiri. Apalagi, dengan perkembangan global saat ini, kita juga perlu menguasai berbagai bahasa, terutama Bahasa Inggris.
Bahasa: Senjata Rahasia di Era Globalisasi
Nah, soal penguasaan bahasa asing ini juga penting nih. Soalnya, di era globalisasi ini, kemampuan berbahasa asing itu seperti punya skill tambahan yang bisa membuka banyak pintu. Ibaratnya, kalau kita cuma bisa Bahasa Indonesia, kita cuma bisa main di server lokal. Tapi, kalau kita bisa Bahasa Inggris atau bahasa lainnya, kita bisa main di server internasional dan ketemu pemain dari seluruh dunia.
Malaysia Cultural Festival 2025 sendiri menampilkan lebih dari 68 kegiatan budaya di enam zona utama, yang menampilkan perpaduan antara pertunjukan tradisional dan inovasi modern. Festival ini diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata, Seni dan Budaya (MOTAC) bekerja sama dengan Kementerian Perpaduan Nasional, Kementerian Sumber Daya Alam dan Keberlanjutan Lingkungan, Departemen Wilayah Federal, dan Balai Kota Kuala Lumpur.
Acara pembukaan festival ini dihadiri oleh banyak tokoh penting, seperti Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya Datuk Seri Tiong King Sing; Menteri di Departemen Perdana Menteri (Wilayah Federal) Datuk Seri Zaliha Mustafa; dan Ketua Sekretaris Negara (KSN) Tan Sri Shamsul Azri Abu Bakar. Mereka semua seperti NPC penting yang memberikan quest untuk melestarikan budaya.
Jangan Jadi Toxic Player: Rangkul Perbedaan!
Pesan dari Anwar Ibrahim ini jelas: jangan jadi toxic player yang cuma mau menang sendiri dan merendahkan pemain lain. Rangkul perbedaan, hargai keberagaman, dan jadikan itu sebagai kekuatan untuk membangun bangsa yang lebih baik. Ibaratnya, kalau semua pemain bisa bekerja sama, kita bisa mengalahkan raid boss yang paling sulit sekalipun.
Jadi, mari kita jadikan keberagaman sebagai buff yang meningkatkan stats bangsa kita. Jangan biarkan perbedaan menjadi sumber perpecahan, tapi jadikan itu sebagai kekayaan yang tak ternilai harganya. Siap jadi pemain yang berkontribusi positif untuk kemajuan bangsa? GGWP!
Intinya, omongan PM Anwar ini kayak kode rahasia buat menang di game kehidupan berbangsa dan bernegara: jangan kaku, jangan baperan, dan jangan lupa, keberagaman itu keren! Kalau nggak percaya, coba deh bayangin, apa jadinya kalau semua makanan di dunia ini rasanya sama? Basi, kan?