Siap-siap, para aviation geek! Ada kabar seru dari dunia simulator penerbangan, tepatnya dari Flight Sim Expo yang baru saja usai. Salah satu highlight-nya? Tentu saja, preview perdana Synaptic A220 untuk Microsoft Flight Simulator (MSFS) 2020. Kita semua penasaran, kan, seperti apa pesawat regional jet yang satu ini?
Tim iniBuilds, dengan sedikit personel yang berhasil hadir (karena kendala travel pasca-perang Israel-Irak), tetap bersemangat memamerkan A220 mereka. Dan, jujur saja, setelah menjajal langsung selama setengah jam, hype saya terhadap pesawat ini langsung meningkat drastis. Skala dan ambisi proyek ini sangat terasa, dan saya yakin mereka bisa mewujudkannya.
A220 Synaptic Simulations: Kesan Pertama yang Memukau
Dipandu oleh Harsh dari Synaptic Simulations, saya memulai preview di JFK. Perlu diingat, ini masih early build, meskipun sudah jauh lebih baik dari yang kita lihat di livestream beberapa minggu lalu. Sayangnya, monitor yang digunakan hanya 1080p, jadi detail tekstur dan modelling tidak bisa dinikmati sepenuhnya. Tapi, tetap saja, pesawat ini cakep banget!
Yang paling menonjol adalah material imersifnya. Tim ini berhasil memodelkan dan memberikan tekstur yang akurat untuk berbagai material, mulai dari logam halus hingga plastik cetak dan kain. Bahkan, bagian atas glare shield dilapisi semacam kulit matte premium, seperti yang mungkin Anda temukan di interior mobil mewah. Percayalah, kualitas visualnya begitu bagus, saya bisa membayangkan teksturnya saat disentuh. Detail yang bikin nagih, kan?
Oh iya, satu lagi yang menarik. Tahukah Anda, A220 tidak punya IRS switches? Begitu pesawat menerima daya AC, IRS langsung mulai menyelaraskan diri tanpa perlu input dari pengguna. Simple, efisien, dan kekinian banget! Soal daya AC, begitu baterai diaktifkan, langsung terdengar dengungan keras dari battery fans. Mirip suara server yang berderu di ruangan data center. Unik, tapi immersive.
Suara-suara di pesawat ini diproduksi bekerja sama dengan Echo 19, yang sudah cukup dikenal di industri ini. Dan, kualitasnya memang terasa. Sound design yang detail menambah pengalaman terbang yang lebih realistis.
Kedalaman Sistem: Lebih dari Sekadar Grafis
Selanjutnya, giliran menyalakan APU. Harsh menunjukkan halaman elektrikal yang dimodelkan secara detail. Kita bisa melihat bagaimana APU terhubung ke bus setelah aktif sebagai bagian dari simulasi elektrikal penuh yang sudah ada di build ini. Serius, detailnya bikin geleng-geleng kepala.
Tak ketinggalan, checklist terintegrasi di layar kokpit. Kalau Anda familiar dengan checklist di Boeing 777 dan 787, fungsi checklist A220 ini kurang lebih sama. Item yang bisa dideteksi oleh pesawat akan selesai secara otomatis. Pengguna hanya perlu mengurus toggle seperti pengaturan kursi dan konfirmasi keberadaan perpustakaan onboard. Praktis!
Dan yang lebih keren lagi, checklist ini bisa disesuaikan dengan maskapai yang digunakan. Ada perbedaan SOP (Standard Operating Procedure) antara maskapai yang berbeda, dan perbedaan ini tercermin dalam item checklist dan urutannya. Semuanya dikonfigurasi berdasarkan dokumentasi yang didapatkan tim. Saya menduga, versi checklist yang didapatkan akan bergantung pada livery yang digunakan.
Untuk input flight plan, Synaptic Simulations menyediakan scratchpad dan font khusus yang sesuai dengan pesawat aslinya. Tapi, buat yang merasa kesulitan dengan keyboard di dalam game, ada juga fitur untuk memasukkan informasi langsung dari keyboard desktop. Lingkaran kecil akan muncul di bawah kursor mouse saat Anda mengarahkan kursor ke field yang bisa diisi.
Sebagai bonus, Navigraph OANS juga terintegrasi di pesawat ini. Meskipun sudah ada di beberapa pesawat modern lain seperti FBW A380 dan iniBuilds A350, Synaptic Simulations sebenarnya yang pertama kali mewujudkannya di build awal mereka. Tim ini menggunakan trik cerdas di balik layar untuk memastikan fitur ini tidak memengaruhi FPS. Saya tidak sepenuhnya paham teknologinya, tapi intinya, mereka hanya menggunakan satu image dari peta dan memberikan FPS cap pada image tersebut. Keren!
Sayangnya, performance calculator page belum siap. Kabarnya, di A220, kalkulasi performa ditangani sepenuhnya oleh pesawat tanpa perlu kalkulator EFB eksternal. Future is now, bro!
Performa di PC: Mampukah Dia Terbang Tinggi?
Pertanyaan sejuta umat: bagaimana performa A220 Synaptic Simulations ini di PC kita?
Masih terlalu dini untuk memberikan jawaban pasti. Tapi, sejauh ini, ada indikasi positif bahwa pesawat ini tidak akan terlalu membebani VRAM. Tim ini menjalankan demo di laptop dengan GPU 4070 dan prosesor Ryzen mid-range. Meskipun hanya berjalan di resolusi 1080p, mereka menggunakan setting high-ultra dan mendapatkan FPS sekitar 50. Dan, ini tanpa TAA dan DLSS! Harsh meyakinkan saya bahwa build yang digunakan belum dioptimasi untuk performa. Proses refinement akan dimulai nanti dalam siklus pengembangan. Semoga saja, ya!
Soal bug dan crash, Harsh mengatakan bahwa timnya belum pernah mengalami WASM crash atau sim crash dengan pesawat ini. Tapi, ingat, ini masih preview build. Jadi, jangan langsung percaya mentah-mentah bahwa A220 ini tidak akan pernah crash di sistem Anda. Take it with a grain of salt.
Model Penerbangan dan Handling: Masih Perlu Polesan
Nah, di sinilah tantangannya. Sejauh ini, semuanya berjalan lancar. Tapi, saat mencoba menerbangkan pesawat secara manual, saya merasa ada yang kurang. Menurut Harsh, flight model belum sepenuhnya selesai. Jadi, handling-nya terasa kurang alami. Saya tetap ingin menyampaikan pendapat saya, tapi perlu diingat bahwa apa yang saya tulis ini mungkin tidak akan mencerminkan produk final.
Setelah lepas landas, saya langsung merasakan bahwa pitch axis terasa sangat lambat. Saya perlu memberikan banyak input stick untuk menaikkan atau menurunkan hidung pesawat. Berbeda dengan roll axis, yang justru sangat responsif. Sedikit input stick ke kiri atau kanan sudah cukup untuk membuat pesawat berbelok tajam.
Seharusnya, saya langsung mengaktifkan autopilot. Tapi, di build demo FSExpo ini, semua sistem autoflight dinonaktifkan. Kita masih bisa mengklik tombol AP1, tapi tidak ada yang terjadi. Harsh mengatakan bahwa timnya punya build internal dengan fitur-fitur ini diaktifkan. Tapi, belum siap untuk dipamerkan. No problem, terbang manual juga seru!
Saya mencoba melakukan circuit sederhana dengan pesawat ini. Tapi, saya menemukan masalah besar lainnya. Begitu kecepatan udara mencapai sekitar 180 knot, pesawat mulai mengalami siklus phugoid yang sulit dikendalikan. Mungkin juga ada sedikit Dutch Roll, meskipun roll axis tidak terlalu terpengaruh. Begitu terjebak dalam siklus gerakan naik turun yang tak terhentikan, mustahil untuk menghentikannya. Bahkan, mengurangi throttle dan menurunkan kecepatan hingga sekitar 160 knot dengan flaps pun tidak banyak membantu.
Mungkin ini karena kemampuan terbang saya yang kurang baik. Tapi, Harsh mengatakan bahwa pengunjung lain juga mengalami osilasi pitch serupa. Akhirnya, penerbangan saya berakhir bukan di landasan pacu, melainkan di ladang sejauh 2 mil dari threshold, dengan posisi hidung pesawat menghadap ke bawah. Epic fail, kan?
Sekali lagi, build ini tidak akan mencerminkan produk final. Harsh juga mengatakan bahwa timnya menerima feedback dari pilot A220 sungguhan. Mereka mengatakan bahwa pesawat aslinya sangat mudah dikendalikan saat roll. Harsh mengisyaratkan bahwa timnya berusaha mencari keseimbangan antara “ultra realistis” dan sesuatu yang mudah dipahami oleh para aviation enthusiast. Beberapa simmer mungkin tidak suka dengan pendekatan ini. Tapi, menurut saya, ini masuk akal. Percuma membuat pesawat dengan level “studi” yang tinggi, jika sebagian besar orang tidak bisa mengoperasikannya.
Kesimpulan: Harapan Tinggi untuk A220 Synaptic Simulations
Jadi, apa kesan saya tentang A220 Synaptic Simulations? Saat ini, pesawat ini belum siap. Tapi, area-area yang menjadi fokus tim dan membuat mereka bangga membuat saya yakin dengan perkembangan pesawat ini. Rilis awal dijadwalkan pada akhir tahun ini, asalkan tim bisa tetap sesuai jadwal. Jika tim perlu menunda dan menyesuaikan jadwal untuk mendapatkan hasil yang sempurna, saya lebih memilih mereka melakukannya. First impression itu penting, dan saya berharap mereka bisa memberikan yang terbaik.
Mengembangkan pesawat airliner kompleks seperti A220 sebagai proyek pertama tentu sangat menantang. Sebagai komunitas, kita bisa bersimpati dengan waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk membuat produk ini sebaik mungkin. Kita sudah melihat developer lain merilis produk pertama mereka dalam kondisi belum selesai atau “early access”. Beberapa dari mereka masih berjuang untuk mendapatkan kepercayaan komunitas hingga saat ini. Dan, ini tidak hanya terjadi di dunia simulator penerbangan, tapi juga di seluruh industri video game.
Jika tim ini bisa memperbaiki flight model, menjaga performa di PC mid-spec tetap stabil, berhasil mengintegrasikan semua fitur auto flight seperti auto throttle, autopilot, LNAV, dan VNAV, serta tetap sesuai jadwal, maka A220 ini akan menjadi hadiah Natal yang menarik untuk diri sendiri. Fingers crossed!