Dark Mode Light Mode

Kesha Dikecam Penggemar karena AI, Penggunaan AI Kesha Picu Kontroversi

Oke, siap! Inilah artikelnya:

Pernah nggak sih lo ngerasa kayak dunia ini makin aneh aja? Mulai dari filter Instagram yang bikin muka kita kayak alien, sampai teknologi AI yang makin canggih. Nah, kali ini ada cerita seru nih tentang seorang penyanyi yang juga ngerasain hal yang sama. Siapa lagi kalau bukan Kesha!

Kesha vs. AI: Ketika Seni Bertemu Teknologi

Kesha, si ratu glitter dan lagu-lagu party, baru-baru ini jadi sorotan karena cover art single terbarunya, "Delusional." Awalnya, cover tersebut menggunakan gambar yang dibuat dengan generative AI. Tapi, apa yang terjadi selanjutnya? Well, bisa dibilang plot twist!

Album keenam Kesha, ".(Period)" sangat dinantikan oleh para penggemarnya. Single "Delusional" menjadi salah satu andalan di album ini. Peluncuran single ini memang dinanti, namun artwork yang dihasilkan AI menuai kontroversi.

Kontroversi AI dan Seni: Dimulai dari Kesalahan Eja

Cover art awal "Delusional" menampilkan tas-tas kulit yang berserakan di jalan, dengan kata "delusional" disemprotkan di tengahnya. Sekilas, mungkin terlihat artsy. Tapi, kalau diperhatikan lebih detail, ada banyak kesalahan eja dalam kata-kata yang ada di gambar tersebut. Oops!

Para fans pun langsung bereaksi. Banyak yang merasa kecewa dengan penggunaan gambar hasil AI ini. Salah satu penggemar bahkan menulis di Instagram, "Diva, aku sayang banget sama kamu, tapi cover art ini beneran jelek banget. Plis, ganti deh." Fair enough.

Kritik ini bukan tanpa alasan. Penggunaan AI dalam seni memang masih jadi perdebatan hangat. Ada yang menganggapnya sebagai inovasi, ada juga yang khawatir AI bakal menggantikan peran seniman manusia.

Kesha pun mendengar keluhan para fansnya. Dia kemudian merilis artwork baru untuk "Delusional" dan memberikan penjelasan panjang lebar di Instagram tentang proses berpikirnya.

Kesha: AI itu Kotak Pandora!

Dalam postingan-nya, Kesha menjelaskan bahwa dia ingin menyampaikan point bahwa dunia ini terlalu menuntut seniman untuk terus berkarya, padahal mereka seringkali kurang dihargai. Deep. Dia mencoba menyampaikan ide ini melalui cover single yang bernuansa politis.

Namun, pada akhirnya, Kesha menyadari bahwa hidup selaras dengan integritasnya lebih penting daripada sekadar membuktikan sebuah point. Dia pun memutuskan untuk mengganti cover art tersebut.

Kesha juga menyinggung tentang dampak AI terhadap seni dan para kreator seperti dirinya. Dia menyebut AI sebagai "kotak Pandora" yang sudah dibuka oleh masyarakat. Menurutnya, penting untuk mempertimbangkan dampak kemanusiaan saat menggunakan AI sebagai alat, bukan sebagai pengganti.

Dari "Delusional" ke Kebenaran: Perubahan Artwork yang Signifikan

Artwork baru "Delusional" menampilkan potret Kesha yang lebih raw dan otentik. Tidak ada lagi tas-tas mewah atau kesalahan eja. Hanya Kesha, dengan tatapan mata yang kuat dan ekspresi yang jujur. Ini adalah representasi yang jauh lebih baik dari pesan lagu tersebut.

Keputusan Kesha untuk mengganti artwork ini patut diacungi jempol. Dia tidak hanya mendengarkan kritik dari para fansnya, tetapi juga berani mengakui kesalahannya dan mengambil tindakan.

Mengapa Isu AI dalam Seni Itu Penting?

Isu AI dalam seni bukan hanya sekadar masalah cover art. Ini adalah isu yang lebih besar tentang masa depan seni dan peran manusia di dalamnya. Apakah AI akan menjadi asisten yang membantu kita berkarya, atau justru menjadi ancaman yang menggantikan kita?

Persoalan hak cipta (copyright) menjadi sangat penting disini. Karya seni yang dihasilkan AI menimbulkan pertanyaan mengenai kepemilikan dan perlindungan hukum. Siapa yang berhak atas karya tersebut? Pembuat AI, pengguna yang memberikan instruksi, atau tidak ada sama sekali?

Jangan sampai kita terjebak dalam filter Instagram dan lupa esensi dari ekspresi diri. AI itu cuma alat, kreativitas itu yang utama. Jangan sampai kita kehilangan sentuhan manusiawi dalam seni.

Takeaway:

Kisah Kesha ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa teknologi, secanggih apapun, tidak boleh menggantikan nilai-nilai kemanusiaan. Seni harus tetap menjadi ruang untuk ekspresi diri yang jujur dan otentik, bukan sekadar hasil algoritma. Jadi, next time lo lihat artwork yang dihasilkan AI, coba deh perhatikan baik-baik. Apakah ada sesuatu yang hilang di sana?

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

GTA 6: Ketahuan Blunder di Trailer, Fans Kaget, Redditor Indonesia Gak Kasih Ampun: "Grafisnya kayak burik kena radiasi nuklir!"

Next Post

10 Ikan Terbesar di Dunia: Implikasinya pada Ekosistem Laut