Siapa bilang move on itu susah? Kesha, ratu party anthems yang dulu bikin kita joget nggak berhenti di era TikTok dan Jack Daniel's, balik lagi dengan album barunya. Bukan sekadar comeback biasa, ini deklarasi kemerdekaan! Kesha naik jetski topless? Ya, itu Kesha banget.
Dari Trauma ke Jetski: Evolusi Kesha
Kesha Sebert, atau yang lebih dikenal sebagai Kesha, bukan nama baru di industri musik. Kariernya sempat diterpa badai, terutama perseteruan hukumnya dengan mantan produser, “Dr.” Luke Gottwald. Tuduhan pelecehan seksual dan tuntutan balik mewarnai perjalanan musiknya. Album sebelumnya, Rainbow, adalah wujud perjuangan dan trauma. Tapi kini, Kesha memilih jalan berbeda.
Period, album terbarunya, adalah statement. Kontrak dengan label Kemosabe yang penuh kontroversi sudah berakhir. Sekarang, Kesha merilis album di bawah labelnya sendiri. Ini bukan sekadar album, tapi simbol kebebasan. Kesha ingin menegaskan bahwa dirinya lebih dari sekadar trauma. Kesha yang kita kenal, yang rebel, yang party animal, kembali hadir.
Kembalinya Sang Ratu Pesta
Kesha seakan ingin berkata, “Lupakan masa lalu, mari berpesta!” Lirik-liriknya kembali liar dan provokatif. “Take me to the sex shop,” “bartender pour me up some damn fluid,” dan “gimme gimme gimme all the boys” adalah contohnya. Kesha kembali ke akar musiknya, dengan sentuhan yang lebih dewasa dan empowered.
Kembalinya Kesha ini ternyata pas banget sama tren musik sekarang. Di tahun 2010, gaya hot mess Kesha membuatnya jadi outlier. Tapi sekarang, gaya itu justru relevan dengan perkembangan musik pop yang semakin experimental. Kesha bisa dibilang adalah godmother-nya tren “Brat” yang lagi hits.
Musik Pop yang “Kesha” Banget
Period menawarkan beragam genre musik. Ada sentuhan country-pop di “Yippee-Ki-Yay,” synth-pop era 80-an di “Delusional” dan “Too Hard,” disco di “Love Forever,” dan sentuhan hyperpop di “Boy Crazy.” Kesha nggak takut bereksperimen. Ia menggabungkan berbagai elemen musik untuk menciptakan identitas yang unik.
Album ini juga menunjukkan bahwa Kesha masih relevan di era TikTok. Lirik “You're on TikTok / I'm the fucking OG” adalah buktinya. Kesha tahu betul posisinya di industri musik. Ia adalah trendsetter, bukan sekadar follower. Kolaborasi dengan berbagai musisi ternama juga menunjukkan bahwa Kesha masih dihormati dan diperhitungkan.
Lebih dari Sekadar Album: Sebuah Pernyataan
Meskipun banyak lirik yang liar, Kesha nggak terlihat trying too hard. Ia hanya menjadi dirinya sendiri. Ia kembali ke peran yang ia ciptakan. Period adalah album yang jujur, otentik, dan penuh energi. Kesha membuktikan bahwa ia lebih dari sekadar penyanyi pop biasa. Ia adalah icon.
Album ini adalah perayaan kebebasan, kekuatan, dan self-expression. Kesha ingin menginspirasi pendengarnya untuk menjadi diri sendiri, tanpa peduli apa kata orang. Pesan ini sangat relevan bagi Gen Z dan Millennials yang semakin sadar akan pentingnya self-love dan authenticity.
“Period”: Kesha di Era Baru
Kesha nggak cuma balik, tapi juga berevolusi. Album ini jadi bukti bahwa ia berani keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal baru. Lagu “Cathedral” mungkin jadi pengecualian, karena sedikit menyentuh luka lama dengan lirik yang dalam, “Life was so lethal … I died in the hell so I could start living again”.
Period adalah campuran antara nostalgia dan inovasi. Kesha nggak melupakan akar musiknya, tapi juga nggak takut untuk bereksperimen. Hasilnya adalah album yang segar, unik, dan catchy. Lagu-lagunya dijamin bikin kamu pengen joget, nyanyi, dan merasa empowered.
Kesha berhasil menciptakan album yang relatable bagi generasi muda. Lirik-liriknya yang jujur dan self-aware membuat pendengar merasa terhubung dengan Kesha. Ia nggak berpura-pura sempurna. Ia mengakui kelemahan dan kesalahan, tapi juga merayakannya.
Album ini membuktikan bahwa Kesha adalah survivor. Ia berhasil melewati masa-masa sulit dan kembali lebih kuat dari sebelumnya. Period adalah simbol kebangkitan seorang icon musik. Kesha menunjukkan bahwa nggak ada yang bisa menghentikannya untuk berekspresi dan berkarya.
Dari TikTok sampai lirik-lirik nakal, Kesha tahu cara merebut perhatian. Dia bukan cuma penyanyi, tapi juga brand. Album ini adalah cara dia menegaskan kembali posisinya di puncak.
Period adalah album yang layak didengarkan. Bukan cuma karena lagunya yang catchy, tapi juga karena pesannya yang kuat. Kesha mengajak kita untuk menjadi diri sendiri, merayakan kebebasan, dan nggak takut untuk mengekspresikan diri. Ini album yang bakal bikin kamu merasa good about yourself.
Jadi, siap untuk berdansa bersama Kesha? Siapkan playlist dan mari rayakan kebebasan! Period bukan cuma album, ini movement.
Intinya, Kesha kembali dengan album yang bold dan unapologetic. Ini bukan sekadar comeback, tapi sebuah pernyataan: Kesha is here to stay, dan dia siap untuk menghibur kita semua. Jangan lupa dengerin albumnya ya!