Dark Mode Light Mode

Ketertinggalan: Kendali Nirkabel dan Narasi dalam Bahasa Indonesia

Drake: Dari Raja Musik Hingga Es yang Mencair?

Dulu, kesuksesan Drake terasa organik, seperti mixtape buatan sendiri yang tiba-tiba viral. Sekarang? Agak berbeda. Perseteruan, tuduhan, dan upaya merangkul Gen Z membuat kita bertanya-tanya: apakah sang raja musik masih berkuasa, atau justru membeku di singgasananya? Mari kita bedah dramanya, lebih seru dari episode reality show favoritmu.

Sejak perseteruannya dengan Kendrick Lamar memanas (serius, panas banget), Drake seperti memasuki fase baru. Ia menuntut UMG karena dianggap membiarkan Kendrick “membakar” namanya di lagu “Not Like Us”. Bayangkan, bro, sudah bikin banyak uang untuk label, eh, malah dibiarkan diserang habis-habisan. Sakitnya tuh di sini.

Ironisnya, Drake tetap harus berkarya. Orang-orang yang setia padanya mendapat imbalan (mungkin). Mereka yang berbalik menjadi inspirasi album terbarunya, Iceman. Jadi, bisa dibilang ini adalah revenge album, tapi apakah worth it?

“What Did I Miss”: Sindiran dan Sensasi di Jalanan Toronto

Drake baru-baru ini tampil bak pekerja keras di jalanan Toronto, mengendarai truk dengan judul albumnya sambil memutar lagu baru, “What Did I Miss”. Video musiknya menampilkan Drake di tepi kolam renang dengan senjata api di sekitarnya. Sedikit edgy, ya? Ada juga adegan mengukur balok es, diduga sindiran untuk Kendrick. Tapi, hei, Kendrick tampil dua malam di Toronto tanpa insiden.

Lagu ini juga menyasar LeBron James, DeMar DeRozan, dan Rick Ross, yang entah bagaimana masuk daftar “musuh” Drake. Intinya? Siapa selanjutnya yang akan menjadi korban balas dendam Drake? Mungkin lebih seru dari sinetron kejar tayang.

Industri musik itu transaksional. You scratch my back, I scratch yours. Tapi, Drake sepertinya lupa bahwa industri ini juga fickle. Rapper lain pernah berhenti melakukan kolaborasi karena nilainya menurun. Drake juga dituduh mendekati artis saat mereka populer, lalu meninggalkan mereka saat meredup. Jadi, marah karena diperlakukan sama? Ironis abis.

Formula Lama, Rasa yang Sama?

“What Did I Miss” terdengar seperti lagu Drake pada umumnya. Beat-nya oke, tapi nggak inovatif. Liriknya penuh dendam, seperti lagu-lagu sebelumnya. Pengkhianatan nggak terasa menyakitkan lagi, hanya bagian dari kehidupan yang Drake dramatisir demi beef yang sudah basi.

Babak baru dalam karier Drake ini terasa aneh. Dulu eksklusif, sekarang berusaha keras merebut kembali posisi puncak. Ia bahkan mendekati streamer yang kurang peduli pada budaya hip-hop selain memanfaatkannya untuk clout. Penampilannya di Wireless Festival dengan streamer terasa lebih seperti gimmick daripada penghargaan tulus pada negara yang selalu mendukungnya.

Drake vs. Zaman Now: Mampukah Iceman Mencairkan Hati Gen Z?

Mengingat hubungannya yang kurang baik dengan UMG, Drake menggunakan segala cara untuk mencapai dampak maksimal. Ia menghindari media tradisional dan merangkul generasi kreator konten. Oke deh, tapi saat usiamu hampir 40 dan masih nge-rap tentang terapi yang gagal karena terus membahas beef, bisnis, uang, dan wanita, mungkin masalahnya adalah kurangnya pertumbuhan pribadi. Mencoba masuk ke circle Gen Z setelah dituduh melakukan hal yang nggak-nggak? Mungkin itu set-up untuk kegagalan. Awkward!

Peluncuran kampanye Iceman menjadi jalan bagi apa yang ingin ia jadikan summer takeover. Apakah “What Did I Miss” akan menjadi hit? Waktu yang akan menjawab. Yang jelas, ini adalah pembuka untuk tiga hari residensinya di Wireless Festival. Ia akan berbagi panggung dengan PARTYNEXTDOOR, Summer Walker, dan lainnya. Semacam throwback ke akar R&B-nya. Malam kedua akan mempertemukannya dengan Boy Better Know, dan malam ketiga menampilkan kembalinya Vybz Kartel bersama Burna Boy, Popcaan, dan artis dancehall lainnya. Ini bisa menjadi wadah bagi Drake untuk menunjukkan versatilitasnya.

Akankah Iceman Sukses atau Hanya Es Batu di Musim Kemarau?

Taruhannya nggak pernah setinggi ini dalam karier Drake. Iceman nggak akan gagal total, kecuali menurut standarnya sendiri. Jika gagal mencapai dominasi komersial yang dulu ia anggap remeh. Semuanya ada di tangannya. Musik baru kemungkinan akan diperkenalkan di Wireless. Jika berhasil, mungkin Drake nggak seburuk itu. Jika Iceman sukses, terutama tanpa dukungan penuh dari label, itu bukan karena ia membuktikan kesalahan kritikus, tapi karena ia akhirnya berkembang dan nggak perlu lagi membuktikan apa pun. Tapi, dari “What Did I Miss”, sepertinya belum. First single nggak selalu menceritakan keseluruhan cerita. Jika Iceman nggak membawa lebih dari sekadar kecemasan seputar perilisannya, bahkan kemenangan terbesar Drake pun akan terdengar seperti kekalahan terselubung.

Apakah Drake akan mencairkan hati pendengar dengan Iceman, atau justru membeku di tengah persaingan yang semakin ketat? Kita tunggu saja episode selanjutnya.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Ujian Berat Investasi Samsung pada Ponsel Lipat dengan Model Lebih Tipis di Indonesia

Next Post

Gempa Moderat M4.0 Guncang Laut Maluku, 82 km Barat Galela: Waspada Dampak Potensial