Jadi, JoJo Siwa cover lagu “Bette Davis Eyes” yang viral itu… apakah mendapat restu dari sang empunya lagu? Mari kita bedah dramanya, karena dunia hiburan memang tidak pernah kekurangan kejutan, bukan? Siap-siap, karena kita akan menyelami lebih dalam dari sekadar nada dan lirik.
Musik itu seperti masakan, setiap generasi punya selera masing-masing. Lagu “Bette Davis Eyes,” yang awalnya dipopulerkan oleh Kim Carnes, adalah salah satu masterpiece era 80-an. Lagu ini bukan hanya sekadar enak didengar, tapi juga punya aura yang khas, suara serak Carnes yang bikin merinding.
Lagu ini dirilis pada tahun 1981 dan langsung meledak di pasaran, memuncaki tangga lagu Billboard selama sembilan minggu berturut-turut. Tidak hanya itu, lagu ini juga meraih penghargaan Grammy Awards untuk Record of the Year dan Song of the Year. Bayangkan, pencapaian yang luar biasa!
Namun, tahukah kamu kalau “Bette Davis Eyes” sebenarnya bukan lagu baru saat Kim Carnes menyanyikannya? Lagu ini pertama kali direkam oleh Jackie DeShannon pada tahun 1975. Versi DeShannon punya nuansa yang berbeda, lebih folksy dan laid-back.
Nah, baru-baru ini, JoJo Siwa, bintang YouTube dan mantan penari cilik, merilis versinya sendiri dari “Bette Davis Eyes.” Siwa dikenal dengan gaya enerjik dan over-the-top, jadi banyak yang penasaran bagaimana dia akan membawakan lagu klasik ini. Dan ya, hasilnya… cukup divisive.
Versi Siwa ini memang berbeda jauh dari aslinya. Ada sentuhan pop-punk yang membuatnya terdengar lebih modern dan youthful. Dia bahkan mengubah liriknya menjadi “Chris Hughes’ eyes” saat konser, sebagai bentuk dedikasi untuk pacarnya. Romantis, sih, tapi…
Di sinilah drama dimulai. Kim Carnes, seolah memberikan sindiran halus, memposting klip video musik “Bette Davis Eyes” versinya di TikTok, lengkap dengan caption yang cukup menggelitik: “Ada perbedaan antara menyanyikan lagu… dan menjiwainya….” Ouch!
Cover Lagu Klasik: Sekadar Menyanyi atau Menjiwai?
Pernyataan Carnes ini langsung memicu perdebatan sengit di kalangan penggemar musik. Apakah Siwa hanya menyanyikan lagu itu, atau dia benar-benar menjiwainya? Apakah sebuah cover harus sama persis dengan aslinya, atau boleh diinterpretasi ulang secara bebas?
Interpretasi versus Plagiarisme: Inilah pertanyaan klasik dalam dunia seni. Di satu sisi, sebuah cover bisa menjadi penghormatan yang tulus kepada lagu aslinya. Di sisi lain, cover juga bisa menjadi kesempatan untuk memberikan sentuhan baru dan membuat lagu itu relevan bagi generasi yang berbeda.
Hak Cipta dan Kreativitas: Tentu saja, ada batasan hukum terkait hak cipta. Tapi, di luar itu, ada juga pertimbangan etika dan artistik. Apakah cover tersebut benar-benar menambah nilai pada lagu aslinya, atau hanya sekadar menumpang popularitas?
Pendapat Penggemar: Di media sosial, banyak penggemar yang membela Siwa, mengatakan bahwa dia berhak untuk mengekspresikan dirinya melalui musik. Namun, tidak sedikit pula yang mengkritik versinya karena dianggap terlalu berbeda dan tidak menghargai lagu aslinya.
JoJo Siwa dan Kontroversi “Bette Davis Eyes”: Ketika Klasik Bertemu Generasi Z
JoJo Siwa bukanlah nama baru dalam dunia hiburan. Dikenal sejak usia muda lewat reality show Dance Moms, ia kemudian meroket sebagai bintang YouTube dan penyanyi. Gayanya yang bold dan colorful telah menarik perhatian jutaan penggemar, terutama dari kalangan anak-anak dan remaja.
Namun, citranya yang ceria dan family-friendly ini juga kerap menjadi sasaran kritik. Beberapa waktu lalu, Siwa sempat menuai kontroversi karena image rebranding-nya yang dinilai terlalu dewasa dan provokatif.
Dan kini, cover “Bette Davis Eyes” ini kembali memicu perdebatan tentang identitas dan ekspresi artistik. Apakah Siwa sedang berusaha untuk melepaskan diri dari citra lamanya? Apakah dia ingin membuktikan bahwa dia lebih dari sekadar bintang anak-anak?
Dampak ‘Bette Davis Eyes’ pada Pop Culture: Kebangkitan Sebuah Ikon?
Terlepas dari kontroversi yang menyelimutinya, cover “Bette Davis Eyes” versi JoJo Siwa tampaknya telah berkontribusi pada kebangkitan lagu tersebut di kancah pop culture. Lagu ini kembali viral di media sosial, dan banyak anak muda yang baru pertama kali mendengarnya.
Versi Kim Carnes bahkan diputar dalam adegan yang cukup sensual di serial “And Just Like That…” (reboot dari “Sex and the City”). Seolah ingin menunjukkan bahwa lagu ini tetap relevan dan menggoda, lintas generasi.
Selain itu, penyanyi-penulis lagu Ethel Cain merilis single baru berjudul “Fuck Me Eyes,” yang liriknya terinspirasi dari “Bette Davis Eyes.” Cain bahkan memberikan penghormatan kepada Carnes di Instagram. Sebuah bukti bahwa lagu ini terus menginspirasi para musisi muda.
Pelajaran dari Kisah “Bette Davis Eyes”: Musik itu Fleksibel!
Kisah cover “Bette Davis Eyes” ini mengajarkan kita bahwa musik itu fleksibel dan terus berkembang. Sebuah lagu bisa diinterpretasi ulang berkali-kali, dan setiap versi memiliki nilai dan daya tariknya sendiri. Tidak ada yang salah dengan mencoba hal baru, meskipun terkadang hasilnya tidak sesuai dengan harapan semua orang. Yang terpenting adalah ekspresi dan kreativitas. Jadi, mari terus dengarkan musik, terbuka terhadap berbagai interpretasi, dan hargai karya seni dalam segala bentuknya!