Dark Mode Light Mode
Xbox Game Pass Membara, Mampukah Bertahan Lama
KIRK HAMMETT Klaim Permainan Gitarnya di ‘Black Album’ Metallica Sangat Pas: Solo-Solo Itu Menulis Diri Mereka Sendiri
Bali Akan Jadi Pusat Pariwisata Kapal Pesiar: Dampak Besar Bagi Ekonomi Lokal

KIRK HAMMETT Klaim Permainan Gitarnya di ‘Black Album’ Metallica Sangat Pas: Solo-Solo Itu Menulis Diri Mereka Sendiri

Metallica, siapa sih yang nggak kenal? Band metal legendaris ini sudah menemani kita dari kaset pita sampai streaming platform. Tapi, pernah nggak sih kalian kepikiran, album mana yang menurut lead guitarist mereka, Kirk Hammett, paling "nendang" permainan gitarnya? Jawabannya mungkin akan sedikit mengejutkan.

Rahasia di Balik ‘The Black Album': Kirk Hammett Ungkap Album Terbaiknya

Kirk Hammett, gitaris Metallica yang skill-nya sudah nggak perlu diragukan lagi, ternyata punya pandangan yang dinamis soal album terbaiknya. "Anehnya, pendapatku soal itu berubah-ubah," ungkap Kirk dalam wawancara dengan Metal Hammer. Ia mengaku nggak terlalu sering mendengarkan lagu-lagu Metallica, jadi kadang-kadang ia terkejut sendiri ketika tidak sengaja mendengar riff atau solo yang sudah lama nggak didengarnya.

Prinsip move on ala Metallica memang patut diacungi jempol. Mereka nggak mau terjebak dalam nostalgia dan selalu mencari inovasi baru. Tapi, ada satu periode di mana Kirk merasa permainannya sangat on point, yaitu saat pembuatan The Black Album (Metallica, 1991).

Solo yang Menulis Diri Sendiri? Kirk Hammett mengungkapkan bahwa solo-solo di The Black Album seolah-olah menulis diri mereka sendiri. Hampir semuanya berhasil diciptakan secara instan. Tapi, ada dua pengecualian yang cukup menantang, yaitu solo di lagu "The Unforgiven" dan "My Friend Of Misery".

Proses pembuatan solo "The Unforgiven" ternyata cukup dramatis. Kirk bercerita bahwa produser Bob Rock sempat menuduhnya nggak mempersiapkan diri dengan baik. Padahal, ia sudah datang ke studio dengan segudang ide, tapi nggak ada satu pun yang berhasil.

Momen itu memaksa Kirk untuk blank dan go deep emotionally. Bob Rock kemudian membantu menyempurnakan sound gitarnya. "Mereka bilang, ‘Just play,' dan aku, kayak, ‘Arrrgh!'" kenang Kirk. Dalam waktu singkat, ia harus masuk ke dalam mood yang tepat. Hasilnya? Sebuah solo yang penuh emosi dan improvisasi.

Pengalaman "The Unforgiven" mengubah pendekatan Kirk terhadap solo playing. Ia mulai lebih terbuka pada improvisasi dan spontanitas daripada menulis part solonya secara detail sebelum masuk studio. "Aku tahu aku perlu melakukan lebih banyak hal itu, dan sejak saat itu, aku berusaha menjadi lebih baik dalam improvisasi," jelasnya.

Improvisasi vs Komposisi: Mana yang Lebih Metallica?

Pergeseran pendekatan Kirk Hammett terhadap solo gitarnya ini menarik untuk diperhatikan. Sebelum The Black Album, ia biasanya datang ke studio dengan 80% materi sudah dikerjakan dan 20% improvisasi. Setelahnya, ia lebih memilih komposisi terbalik: 20% materi dikerjakan dan 80% improvisasi.

Kenapa Improvisasi Lebih Menarik? Menurut Kirk, improvisasi terasa lebih exciting, spontaneous, dan jujur. Ia nggak tahu apa yang akan terjadi di dalam solo tersebut, dan itu justru membuatnya tertantang. Improvisasi juga terasa lebih real dan human daripada memaksakan sesuatu yang mungkin nggak terasa pas.

Bahkan, Kirk nggak segan mengakui bahwa solo gitarnya di lagu "Lux Æterna" dari album "72 Seasons" mungkin nggak terlalu sulit untuk dimainkan. "Teman-temanku di jalanan mungkin bisa memainkan solo yang lebih baik daripada ‘Lux Æterna' – tapi apa gunanya?" ujarnya. Baginya, yang terpenting adalah bermain untuk lagu dan bermain in the moment.

Respons Kirk terhadap kritikan netizen pun cukup santai. Ia justru tertawa melihat cover dan "perbaikan" solo "Lux Æterna" yang bertebaran di YouTube. Ia menjelaskan bahwa tujuan utamanya adalah menciptakan melodi yang catchy dan sesuai dengan karakter lagu, bukan sekadar pamer skill.

Kirk juga nggak menampik bahwa ia menguasai berbagai teknik gitar, seperti modes, Hungarian scales, dan symmetrical scales. Tapi, menurutnya, teknik-teknik tersebut mungkin lebih cocok untuk era Metallica yang lebih awal. Sekarang, ia lebih fokus pada menciptakan melodi yang mirip dengan melodi vokal, dan pentatonic scale adalah pilihan yang paling tepat untuk itu.

Lebih dari Sekadar Teknik: Sentuhan Hati dalam Setiap Nada

Kirk Hammett menegaskan bahwa ia nggak meremehkan teknik gitar. Ia mengagumi gitaris-gitaris yang skill-nya luar biasa, seperti Allan Holdsworth, Eddie Van Halen, Joe Satriani, dan Yngwie Malmsteen. Tapi, baginya, musik adalah tentang mengekspresikan keindahan, kreativitas, perasaan, dan kehidupan.

"Musik adalah untuk mencerminkan keindahan, kreativitas, perasaan, dan kehidupan," jelas Kirk. Ia percaya bahwa ada tempat dan audiens untuk semua jenis musik, termasuk musik yang sangat teknis. Tapi, ia juga merasa bahwa ada saatnya orang-orang merasa bosan dengan hal itu.

Inovasi dalam Teknik: Kirk mengakui bahwa saat ini banyak musisi yang melakukan hal-hal yang sangat menarik dengan teknik gitar. Ia menyukai inovasi tersebut, tapi ia tetap menekankan pentingnya bermain untuk lagu. Jika seorang gitaris melakukan itu, musiknya akan memiliki integritas dan kekuatan yang lebih besar.

Intinya, Kirk Hammett nggak pernah berhenti bereksperimen dan mengembangkan permainannya. Ia terus belajar, beradaptasi, dan mencari cara baru untuk mengekspresikan dirinya melalui musik. Dan, itu adalah salah satu alasan mengapa Metallica tetap relevan dan dicintai oleh penggemar di seluruh dunia hingga saat ini. Jadi, lain kali kalau denger The Black Album, coba perhatiin deh solo gitarnya Kirk, siapa tahu kamu nemuin sesuatu yang baru!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Xbox Game Pass Membara, Mampukah Bertahan Lama

Next Post

Bali Akan Jadi Pusat Pariwisata Kapal Pesiar: Dampak Besar Bagi Ekonomi Lokal