Dark Mode Light Mode

Kisah di Balik Gitar pada Sampul Album Brothers In Arms Dire Straits

Pernahkah kamu terpikir, album legendaris itu sebenarnya lahir dari ketidaksengajaan? Kisah di balik layar seringkali lebih menarik dari pertunjukan itu sendiri, dan album Brothers In Arms milik Dire Straits adalah bukti nyatanya. Dari band yang awalnya dianggap unfashionable, hingga merajai tangga lagu dunia, semuanya berawal dari sebuah gitar resonator dan sedikit keberuntungan.

Era 80-an memang gila. Album-album blockbuster bermunculan bagai jamur di musim hujan. Sebut saja AC/DC dengan Back In Black, Bruce Springsteen dengan Born In The USA, hingga Bon Jovi dengan Slippery When Wet. Penjualan album mencapai puluhan juta kopi, seolah semua orang punya walkman dan siap mendengarkan musik nonstop.

Dire Straits, yang terbentuk pada tahun 1977 oleh bersaudara Mark dan David Knopfler, serta John Illsley dan Pick Withers, sebenarnya bukan unggulan. Mereka band rock dari Inggris yang… ya, biasa saja. Album debut mereka yang self-titled dirilis pada tahun berikutnya, dan perlahan tapi pasti, mereka mulai menanjak.

Beberapa tahun berikutnya, Dire Straits merilis serangkaian album yang meraih kesuksesan di kedua sisi Samudra Atlantik, termasuk Making Movies (1980) dan Love Over Gold (1982). Mereka membangun fanbase setia dan dikenal karena musik mereka yang khas. Namun, belum ada yang menyangka apa yang akan terjadi selanjutnya.

Titik balik terjadi dengan album kelima mereka, Brothers In Arms. Dirilis pada Mei 1985, album ini melambungkan nama Dire Straits ke puncak popularitas, sebagian besar berkat single hit seperti Money For Nothing dan Walk Of Life. Mereka bahkan menjadi bintang MTV, sesuatu yang mungkin tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Album ini juga turut mempopulerkan Compact Disc (CD) sebagai format musik baru.

Selain musiknya yang memukau, Brothers In Arms juga dikenal dengan sampul albumnya yang ikonik: sebuah gitar resonator National Style O tahun 1937 yang berkilauan, berlatar langit biru. Gambar ini begitu melekat dan langsung mengingatkan kita pada album tersebut.

Tapi tahukah kamu bahwa sampul album ikonik itu lahir dari sebuah kebetulan?

Sampul Album Ikonik: Kejadian yang Tak Terduga

Deborah Feingold, seorang fotografer potret asal Amerika Serikat, diterbangkan ke Montserrat untuk mengambil foto promosi band untuk perusahaan rekaman. Ia secara tidak sengaja mengambil beberapa frame asistennya yang memegang gitar resonator Knopfler di depan sunset, yang dimaksudkan hanya sebagai test shot. Siapa sangka, foto dadakan inilah yang akhirnya dipilih sebagai sampul album. Kadang, ide terbaik memang datang tanpa direncanakan.

Pemilihan gitar resonator National Style O sebagai sampul bukan tanpa alasan. Gitar ini lebih dari sekadar properti. Bahkan lebih dari Fender Strat, National Style O resonator adalah gitar yang paling diasosiasikan dengan karya Knopfler di Dire Straits. Gitar ini berasal dari sekitar tahun 1936/37 dan menyembunyikan beberapa detail yang mungkin tidak langsung terlihat.

Mengupas Detail Gitar Resonator National Style O

Perhatikan F-hole di sisi kanan gitar. Di baliknya, tersembunyi jack socket untuk kabel instrumen, sehingga gitar dapat dicolokkan dan pickup internalnya dapat digunakan. Karena posisinya, hanya right-angle jacks yang dapat digunakan, tentu saja karena alasan praktis. Desain yang cerdas, bukan?

National Style 0 resonator memulai debutnya pada tahun 1930 dan terus diproduksi hingga tahun 1942, ketika permintaan akan resonator menurun selama masa perang. Style O hadir dalam beberapa variasi kosmetik yang cukup berbeda, tetapi semuanya didasarkan pada bodi kuningan yang awalnya memiliki finishing nikel polos, kemudian dengan desain “petir” yang mencolok, dengan variasi lebih lanjut setelahnya.

Identifikasi Gitar Knopfler: Lebih dari Sekadar Penampilan

Gitar di sampul Brothers In Arms adalah model Variasi 7, dengan dua penumpang di perahu yang digambarkan di bagian belakangnya, bukan satu penumpang seperti yang ditunjukkan pada Variasi 6 yang serupa tetapi lebih awal. Pohon palem di bagian depan Variasi 7 juga memiliki kelapa yang terlihat, yang tidak ada pada model Variasi 6 yang secara dangkal mirip yang mendahuluinya.

Sebagian besar Variasi 7 memiliki scratchplate Lucite bergaya kulit penyu, yang, seperti pada gitar Knopfler, sering kali dilepas. Perbedaan lebih lanjut dari Variasi sebelumnya adalah headstock yang solid, bukan berslot, dengan logo melengkung di puncaknya. Detail-detail kecil ini menunjukkan perhatian terhadap detail dan kecintaan pada instrumen musik.

Warisan Gitar: Lebih dari Sekadar Pajangan

Gitar ini bukan sekadar pajangan. Mark Knopfler masih menggunakannya secara ekstensif hingga saat ini untuk pekerjaan studio dan pertunjukan langsung. Dia menggunakannya untuk memainkan intro lagu Romeo And Juliet, misalnya. Sebuah bukti bahwa gitar ini bukan hanya simbol, tetapi juga alat musik yang hidup dan terus berkarya.

Brothers in Arms bukan hanya sekadar album, tapi sebuah fenomena budaya. Dampaknya terasa hingga hari ini, membuktikan bahwa musik yang bagus akan selalu menemukan jalannya, terlepas dari tren dan hype yang ada.

Intinya? Terkadang, keajaiban terjadi di saat yang tak terduga. Sama seperti test shot yang menjadi sampul album legendaris. Jadi, jangan takut untuk bereksperimen dan mencoba hal baru. Siapa tahu, kamu juga bisa menciptakan sesuatu yang ikonik.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Gangguan Outlook Global Lumpuhkan Pengguna, Dampaknya Mulai Teratasi

Next Post

RI Jajaki Penempatan Pekerja Kesehatan dan IT di Qatar: Peluang dan Tantangan