Dunia otomotif baru saja kehilangan salah satu ikonnya. Situs fotografi otomotif Speedhunters, yang dulu menjadi kiblat inspirasi bagi banyak penggemar mobil, tiba-tiba menghilang dari peredaran sejak April lalu. Kepergiannya ini tentu meninggalkan luka bagi mereka yang tumbuh besar dengan konten-kontennya yang memukau. Ironisnya, banyak yang baru sadar Speedhunters sudah tidak aktif setelah berita ini mencuat.
Speedhunters didirikan pada tahun 2008 oleh Rod Chong dan didukung oleh Electronic Arts (EA), perusahaan video game raksasa yang juga pemilik situs tersebut. Tujuan awalnya sederhana: menjembatani EA dengan budaya otomotif, membantu mereka dalam memilih konten yang relevan untuk seri game Need for Speed (NFS). Dengan kata lain, Speedhunters menjadi penghubung antara dunia virtual game dengan realita modifikasi dan balap mobil, sekaligus membangun kredibilitas di kalangan petrolhead sejati.
Keterlibatan Speedhunters dengan NFS ternyata lebih dalam dari yang banyak orang kira. Para kontributor seringkali menghadiri acara-acara otomotif besar seperti SEMA, Tokyo Auto Salon, hingga Nürburgring 24 Hours, lalu melaporkan temuan mereka kepada tim pengembang game. Akses yang mereka miliki terbilang istimewa, bahkan mendapatkan press credentials untuk acara otomotif di seluruh dunia seolah sudah menjadi jaminan.
Konten-konten lapangan ini kemudian diintegrasikan ke dalam game seperti NFS: Shift, dengan blog awal Speedhunters menampilkan screenshot dan klip dari game yang berfokus pada dunia balap tersebut. Kolaborasi ini berlangsung lebih dari satu dekade, melintasi berbagai seri NFS.
Namun, ironisnya, banyak orang di luar Speedhunters yang justru tidak menyadari hubungannya dengan NFS, atau setidaknya enggan membahasnya. Seorang pengembang game EA bahkan mengatakan bahwa mereka tidak suka membahas hubungan antara EA dan Speedhunters. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, mengapa hubungan yang saling menguntungkan ini justru ditutup-tutupi?
Sebagian besar audiens Speedhunters juga tidak tahu bahwa situs favorit mereka dimiliki oleh EA. Ini sekaligus membuktikan bahwa Speedhunters memiliki sesuatu yang spesial, karena keterikatan korporatnya berhasil disembunyikan. Namun, di sisi lain, hal ini juga berarti bahwa masa depan Speedhunters selalu terikat dengan Need for Speed.
Bagi dunia luar, Speedhunters adalah sumber utama konten otomotif yang otentik. Stafnya bukan sekadar marketing majors yang berusaha menyenangkan audiens; mereka adalah gearhead sejati yang hadir di tempat-tempat yang hanya bisa diimpikan oleh penggemar mobil biasa. Nama-nama besar seperti Larry Chen dan Dino Dalle Carbonare mengisi halaman situs dengan foto-foto indah dan sulit ditiru. Tim yang fantastis terbentuk di sekitar mereka, dan selama bertahun-tahun, Speedhunters menjadi impian bagi para fotografer di mana pun.
Lahirnya Legenda: Bagaimana Speedhunters Membangun Reputasi
Speedhunters tidak hanya sekadar situs web; ia adalah fenomena. Didirikan oleh Rod Chong, visinya adalah menyajikan konten otomotif yang berbeda. Bayangkan, di tengah dominasi media arus utama yang kadang terasa hambar, muncul sebuah platform yang berani menampilkan modifikasi gila, balapan ekstrem, dan budaya otomotif yang beragam dari seluruh dunia.
Situs ini segera menjadi magnet bagi para petrolhead, fotografer, dan penulis yang haus akan konten berkualitas. Artikel-artikelnya ditulis dengan gaya yang engaging, informatif, dan penuh semangat. Foto-fotonya? Jangan ditanya. Kualitasnya setara majalah cetak, dengan komposisi yang artistik dan mampu menangkap esensi dari setiap momen.
Kontributor Speedhunters adalah jantung dari situs ini. Mereka adalah orang-orang yang berdedikasi dan mencintai dunia otomotif. Bayangkan, mereka rela terbang ribuan kilometer, mendaki gunung, hingga berpanas-panasan di gurun hanya untuk menghasilkan konten yang berkualitas.
Speedhunters juga berhasil membangun komunitas yang solid. Kolom komentar selalu ramai dengan diskusi dan berbagi pengalaman. Program IAmTheSpeedhunter memberi kesempatan kepada pembaca untuk berkontribusi dan menunjukkan hasil karya mereka.
Dengan kombinasi konten yang berkualitas, kontributor yang berdedikasi, dan komunitas yang solid, tidak heran jika Speedhunters berhasil meraih reputasi sebagai salah satu situs otomotif terbaik di dunia.
Ketika Segalanya Mulai Berubah: Munculnya Scene-Media
Namun, di balik kesuksesan tersebut, awan gelap mulai menggantung. Perubahan besar terjadi ketika EA menyerahkan pengelolaan situs kepada Scene-Media. Beberapa kontributor merasakan perbedaan signifikan dalam hal komunikasi dan pengambilan keputusan.
“EA, yang selama ini saya berhubungan untuk pembayaran, digantikan oleh Scene-Media,” ujar seorang kontributor. “Tiba-tiba, orang-orang dari mereka terlibat dalam pengelolaan situs dan menangani pembayaran. Semua ide kreatif seolah diarahkan oleh Scene-Media, bukan tim editorial.”
Salah satu sosok kunci dalam perubahan ini adalah Ben Chandler, direktur Scene-Media. Chandler, yang telah berkontribusi di Speedhunters sejak 2013, akhirnya mengambil peran yang lebih aktif dan diangkat menjadi commercial director. Ia bertanggung jawab atas sponsorship dan hubungan bisnis lainnya.
Namun, transisi ini tidak berjalan mulus. Beberapa sumber mengatakan bahwa komunikasi menjadi sangat sulit, bahkan channel Slack yang biasa digunakan untuk pitching ide artikel dimatikan dengan alasan “menghemat biaya”. Akibatnya, output konten menurun dan kolaborasi yang menjadi ciri khas Speedhunters mulai memudar.
Masalah komunikasi ini juga berdampak pada pembayaran. Beberapa kontributor mengaku mengalami keterlambatan pembayaran dan menerima instruksi yang membingungkan tentang invoicing. Bahkan, ada yang merasa bahwa uang “masuk ke lubang hitam di Scene-Media” dan tidak sampai kepada mereka yang bekerja keras.
Toko Merchandise yang Gagal dan Konten yang Mandek
Salah satu masalah besar lainnya adalah toko merchandise Speedhunters. Entah mengapa, situs ini selalu gagal dalam mengelola bagian ini. Scene-Media sempat bekerja sama dengan seorang desainer di Los Angeles untuk membuat toko online, tetapi tidak ada satu pun barang yang berhasil dijual.
Para kontributor bahkan menawarkan diri untuk mengelola toko merchandise dengan harapan mendapatkan sebagian keuntungan, tetapi Scene-Media menolak dengan alasan masalah lisensi dari EA. Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa Scene-Media tidak ingin orang lain mengendalikan toko merchandise karena potensi keuntungannya yang besar.
Akibat semua masalah ini, aktivitas di situs semakin melambat. Konten yang diterbitkan tetap berkualitas, tetapi tanpa kehadiran tokoh-tokoh utama yang membesarkan Speedhunters, situs ini tidak mendapatkan pengakuan yang sama. Perlahan tapi pasti, Speedhunters mulai menghilang dari kesadaran publik.
Akhir yang Tragis: Tanpa Kata Perpisahan
Speedhunters berhasil melewati masa pandemi dan tetap menerbitkan konten setiap hari hingga tahun 2024. Namun, di balik layar, masalah semakin menumpuk. Beberapa kontributor baru merasa senang bisa diterbitkan, sementara yang lain dengan cepat menyadari adanya disfungsi.
Bahkan, ada yang mengaku “ditendang keluar” setelah mempertanyakan beberapa hal internal yang dianggap tidak masuk akal. Beberapa kontributor mengatakan bahwa Scene-Media terlalu mengatur fotografer, bahkan sampai menyuruh mereka menggunakan preset kamera tertentu. Merek velg tertentu juga dilarang ditampilkan di situs, dan ada pula larangan terhadap semua konten Hoonigan.
Akhirnya, pada bulan April, artikel terakhir diterbitkan di Speedhunters. Ironisnya, situs ini ditutup tanpa ada satu pun kata perpisahan dari Scene-Media atau EA. Beberapa kontributor baru mengetahui kabar ini setelah terbang jauh untuk meliput sebuah acara.
Bahkan setelah berita tentang penutupan Speedhunters beredar, tidak ada satu pun bos situs yang memberikan komentar online. Brad Lord, editorial director situs, adalah satu-satunya anggota pimpinan yang membalas permintaan komentar, tetapi ia menolak memberikan pernyataan.
Harapan Terakhir: Apakah Speedhunters Akan Kembali?
Secara teori, jika ada game Need for Speed baru di masa depan, Speedhunters bisa kembali. Namun, untuk saat ini, situs ini benar-benar tidak aktif. Ironisnya, situs ini tidak dikelola atau dipantau dengan ketat. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa siapa pun yang memiliki akun kontributor masih bisa menerbitkan artikel.
Beberapa bagian situs juga masih beku dalam waktu. Daftar photojournalists dan Speedhunters crew yang ditampilkan masih menggunakan daftar lama dari tahun 2017. “Mereka tidak tahu cara mengeditnya,” ujar seorang kontributor.
Setidaknya, ada satu mantan kontributor yang berharap Scene-Media bersedia menyerahkan situs ini kepada orang-orang yang memiliki passion untuk melanjutkan warisan Speedhunters, meskipun tanpa dibayar.
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa keengganan Speedhunters untuk berkembang di luar konten tulisan dan foto mungkin menjadi penyebab kejatuhannya. Percobaan untuk membuat konten video tidak berhasil karena keterbatasan anggaran dan belum adanya formula yang tepat untuk konten “YouTube Car Guy”.
Pada akhirnya, Speedhunters tetaplah aset berharga dengan brand yang kuat. Itulah mungkin alasan mengapa EA masih mempertahankannya, meskipun tidak ada yang benar-benar tahu banyak tentang situs ini.
Mudah-mudahan, Speedhunters tidak hilang selamanya. Situs ini selalu berusaha menyoroti bagian-bagian dunia otomotif yang tidak disentuh oleh media lain. Hilangnya Speedhunters tentu sangat disayangkan, tetapi fakta bahwa tidak ada yang menyadarinya selama tiga bulan terakhir juga cukup memprihatinkan.
Mungkin, ketidakhadiran online ini justru akan bermanfaat bagi Speedhunters dalam jangka panjang. Semoga situs ini bisa berkumpul kembali dan kembali dengan pendekatan yang lebih segar.
Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari kisah Speedhunters? Bahwa konten yang berkualitas, komunitas yang solid, dan adaptasi terhadap perubahan adalah kunci untuk bertahan di era digital. Semoga warisan Speedhunters terus menginspirasi generasi mendatang untuk terus berkarya dan mencintai dunia otomotif.