Dari comeback yang dinanti-nantikan hingga pembatalan mendadak, tur dunia G-Dragon, “Ubermensch,” tampaknya lebih dramatis daripada plot drama Korea populer. Para penggemar, yang sudah mengantre tiket secara online lebih awal daripada matahari terbit, kini dilanda kebingungan dan kekecewaan. Apa sebenarnya yang terjadi di balik layar?
Comeback dan Kontroversi: G-Dragon di Bawah Naungan Galaxy
Setelah meninggalkan YG Entertainment dan bergabung dengan Galaxy Corporation pada November 2023, ekspektasi untuk comeback G-Dragon melambung tinggi. Galaxy, yang lebih dikenal sebagai perusahaan teknologi hiburan dengan fokus pada metaverse dan AI, mengemban tanggung jawab besar untuk mengelola karier idola K-pop ternama ini. Namun, transisi ini ternyata tidak berjalan semulus harapan, memicu serangkaian kontroversi yang membuat para penggemar gelisah.
Salah satu titik awal kekhawatiran adalah penanganan pra-penjualan tiket konser. Meskipun berstatus sebagai anggota fan club resmi yang membayar, banyak penggemar merasa bahwa tiket VIP untuk konser di luar negeri justru dirilis terlebih dahulu melalui platform pihak ketiga. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius tentang value dari keanggotaan fan club, dan membuat beberapa fans internasional merasa seperti tertinggal dalam antrian virtual.
Selain itu, pemilihan venue konser di beberapa kota juga menuai kritik. Venue yang lebih kecil di kota-kota seperti Makau, Jakarta, dan Melbourne dianggap tidak dapat menampung permintaan lokal yang tinggi. Penambahan jadwal konser secara tiba-tiba, seringkali tanpa pemberitahuan yang memadai, juga menyebabkan jadwal penampilan yang padat dan melelahkan bagi G-Dragon. Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran penggemar tentang kesehatan sang artis dan kurangnya perencanaan jangka panjang yang matang.
Bangkok Batal: Alasan di Balik Layar yang Misterius
Puncak dari kekecewaan ini adalah pembatalan konser G-Dragon di Bangkok, Thailand, yang dijadwalkan pada tanggal 2 Agustus di Stadion Nasional Rajamangala. AEG Presents Asia, sebagai promotor konser, mengumumkan pembatalan tersebut pada tanggal 10 Juli, dengan alasan “keadaan yang tidak terduga”. Pernyataan maaf dikeluarkan, namun alasan spesifik pembatalan tidak dijelaskan, menambah misteri dan spekulasi di kalangan penggemar.
Sebelum pembatalan, konser di Bangkok sudah menjadi sumber kekhawatiran. Penyelenggaraan konser outdoor di musim hujan Thailand, yang juga merupakan salah satu periode terpanas dan paling lembap, dianggap kurang ideal. Ketidakjelasan informasi mengenai tiket dan tempat duduk, bahkan menjelang tanggal konser, juga memicu kecemasan dan kritik dari penggemar domestik dan internasional. Pembatalan konser Bangkok ini menjadi titik kulminasi dari berbagai permasalahan yang mengiringi manajemen comeback G-Dragon oleh Galaxy.
Demo Truk di Seoul: Suara Kekecewaan Penggemar
Gelombang kekecewaan penggemar mencapai puncaknya dengan aksi protes menggunakan truk di dekat kantor pusat Galaxy di Yeouido, Seoul, pada tanggal 8 hingga 10 Juli. Pesan-pesan video yang ditayangkan di layar truk menuduh agensi melakukan perencanaan yang terburu-buru, operasi yang tidak transparan, dan kegagalan untuk memprioritaskan anggota fan club premium dalam penjualan tiket. Demo ini menjadi simbol nyata dari kekecewaan dan frustrasi yang dirasakan oleh para penggemar G-Dragon.
Prioritaskan Artis atau Branding? Pertanyaan yang Mengemuka
Kritik juga diarahkan pada dugaan penggunaan citra G-Dragon untuk kepentingan promosi Galaxy. CEO Galaxy, Choi Yong-ho, sering muncul dalam media dan kegiatan pemasaran yang terkait dengan sang artis. Hal ini memicu tuduhan bahwa agensi lebih memprioritaskan eksposur brand daripada menjaga kepentingan dan kesejahteraan artisnya.
Mengapa Tur Dunia G-Dragon Jadi Kacau?
Beberapa pihak berpendapat bahwa tanggung jawab tidak sepenuhnya berada di pundak Galaxy. Seorang eksekutif dari salah satu agensi K-pop besar menyatakan bahwa venue tur dunia biasanya dipesan oleh promotor lokal atau global. Ada kemungkinan bahwa G-Dragon tidak memberikan kendali penuh kepada Galaxy. Tur ini mungkin terkesan terburu-buru karena sang artis ingin bertemu dengan sebanyak mungkin penggemar dalam waktu singkat setelah perilisan albumnya.
Metaverse vs. Manajemen Artis: Dua Dunia yang Berbeda?
Meskipun demikian, eksekutif tersebut mengakui bahwa Galaxy tidak memiliki rekam jejak yang kuat dalam manajemen musik. “Mereka tidak pernah dikenal karena mengelola artis, dan G-Dragon seharusnya menyadari hal itu. Ini adalah keputusannya, dan itu datang dengan risiko,” ujarnya. Pertanyaan yang muncul adalah: bisakah perusahaan teknologi dengan fokus pada metaverse dan AI benar-benar mengelola karier seorang artis sekelas G-Dragon dengan sukses?
Tindakan Hukum yang Tertunda: Janji Manis Tanpa Realisasi?
Selain masalah manajemen tur, penggemar juga menyuarakan ketidakpuasan terhadap tindak lanjut hukum yang dijanjikan oleh agensi. Galaxy mengumumkan pada bulan April bahwa mereka akan mengambil tindakan hukum terhadap postingan online yang bernada jahat, tetapi hingga tiga bulan kemudian, belum ada kemajuan atau update yang diberikan. Hal ini menimbulkan keraguan tentang komitmen agensi untuk melindungi sang artis.
Apa Kata Agensi? Diam Seribu Bahasa
Hingga saat ini, Galaxy belum merilis pernyataan resmi terkait pembatalan konser Bangkok atau protes penggemar. Diamnya agensi semakin memicu spekulasi dan ketidakpercayaan di kalangan penggemar.
Meskipun konser di Bangkok dibatalkan, G-Dragon masih dijadwalkan untuk tampil di Kuala Lumpur, Jakarta, Hong Kong, Newark, Los Angeles, dan Paris sebagai bagian dari tur yang sedang berlangsung. Semoga saja, leg tur selanjutnya dapat berjalan lebih lancar dan memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi para penggemar.
Jadi, intinya? Dunia K-pop, seperti yang kita tahu, penuh kejutan. Manajemen yang baik adalah kunci, dan brand exposure sebaiknya jangan sampai mengalahkan kepentingan sang artis. Kita tunggu saja kelanjutan drama ini!