Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Jugband Blues: Ayah Penulis Surat Kabar Terkejut Jadi Bagian dari ‘Sonic Mayhem’ Pink Floyd

Wolves: Hardcore Inggris yang Menggebrak Batas dengan Mathcore dan Melodi

Konservasionis Besarkan Hiu untuk Pulihkan Terumbu Karang di Perairan Thailand

Thailand, negeri Gajah Putih, kini punya fokus baru: mengembalikan populasi hiu yang hilang. Bukan hiu putih raksasa yang bikin merinding, tapi hiu-hiu kecil nan lucu yang punya peran penting dalam menjaga ekosistem laut.

Hiu Bambu Kembali Beraksi: Rewilding untuk Terumbu Karang Thailand

Dahulu kala, perairan Thailand diramaikan oleh hiu bambu (Chiloscyllium punctatum), si kecil bercorak coklat yang mudah dikenali. Sayangnya, overfishing dan kerusakan habitat telah mengancam keberadaan mereka. Kini, hiu bambu masuk daftar “Hampir Terancam” di IUCN Red List. Padahal, mereka ini pahlawan tanpa tanda jasa yang menjaga kesehatan terumbu karang.

Hiu bambu berperan sebagai predator puncak, mengendalikan populasi makhluk kecil yang bisa merusak terumbu karang. Bayangkan kalau tidak ada mereka, alga bisa tumbuh tak terkendali dan menutupi karang. Tim Oceans for All berpendapat bahwa matinya terumbu karang dangkal seringkali disebabkan oleh hilangnya predator, bukan hanya polusi.

Oceans for All: Kolaborasi Hotel Mewujudkan Konservasi

Oceans for All, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Thailand, bekerja sama dengan hotel-hotel mewah untuk membiakkan dan melepaskan hiu bambu ke alam liar. Mereka telah membuka shark nursery di beberapa resor terkenal di Phuket dan Khao Lak, termasuk Club Med Phuket dan JW Marriott Khao Lak Resort & Spa.

Proyek ini dimulai tahun 2018 dan telah melepaskan lebih dari 200 hiu bambu ke habitat aslinya. Filmaker National Geographic, David Martin, dan pengusaha Thibault Salaun, mendirikan Oceans for All.

Inisiatif mereka tidak hanya terbatas pada pembibitan hiu. Mereka juga meningkatkan kesadaran tentang pentingnya terumbu karang, membuat taman lamun, dan bahkan mengumpulkan sampah plastik dari laut. Mereka sadar, menjaga ekosistem laut yang sehat itu butuh pendekatan holistik.

Dari Telur Hingga Laut Bebas: Perjalanan Hiu Bambu

Hiu bambu, yang bisa hidup hingga 25 tahun, termasuk dalam 40% spesies hiu yang bertelur. Ini memudahkan mereka untuk dibiakkan di penangkaran. Hiu-hiu kecil ini dipelihara hingga usia 6 bulan dan berukuran sekitar 25 cm sebelum dilepaskan ke laut. Di usia ini, mereka cukup besar untuk bertahan hidup, tetapi belum terlalu bergantung pada makanan dari manusia.

Proses pembibitan tidak selalu mulus. Awalnya, mereka pikir hiu bambu suka udara terbuka, namun ternyata terlalu panas dan nafsu makan mereka menurun. Sekarang, mereka tinggal di tangki yang suhunya terkontrol dan airnya berasal dari Laut Andaman, serta diawasi secara ketat untuk mencegah bakteri berbahaya.

Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya perlindungan hukum bagi hiu bambu di Thailand. Jika nelayan menangkap hiu yang baru dilepaskan, mereka tidak melanggar hukum. Tapi, Martin yakin bahwa kesadaran adalah kunci. “Jika tidak ada kesadaran, tidak akan ada perubahan karena tidak ada yang peduli,” ujarnya.

Mengapa Hotel? Strategi Cerdas untuk Edukasi

Keputusan untuk membangun nursery di hotel-hotel bukanlah kebetulan. Hotel memiliki banyak tamu yang datang dan pergi setiap hari. Ini adalah cara efektif untuk menyebarkan kesadaran dengan cepat. “Di hotel, orang-orang datang setiap tiga atau empat hari. Kesadaran menyebar lebih cepat, hampir secepat di media sosial,” kata Martin.

Selain itu, hotel juga memberikan dukungan finansial. JW Marriott Khao Lak menanggung seluruh biaya operasional shark nursery di sana. Mereka juga mengajak tamu untuk menyumbang $1 untuk program ini saat check out.

Hiu Macan Tutul Juga Butuh Cinta: Proyek Rewilding Lainnya

Selain hiu bambu, ada juga upaya rewilding untuk hiu macan tutul (Stegostoma tigrinum), spesies yang terancam punah. Proyek StAR, yang telah berhasil membiakkan dan melepaskan hiu macan tutul di Indonesia, kini hadir di Phuket.

Hiu macan tutul pernah menjadi pemandangan umum di perairan Thailand. Namun, populasi mereka menurun drastis. Pemerintah Thailand telah memasukkan hiu macan tutul ke dalam daftar spesies yang dilindungi, memberikan harapan baru bagi keberadaan mereka.

Sembilan hiu macan tutul muda saat ini tinggal di sea pen besar di lepas pantai. Mereka belajar mencari makan dan membangun keterampilan bertahan hidup sebelum dilepaskan ke alam liar. Sebelum dilepaskan, mereka akan dipasangi acoustic tag untuk memantau pergerakan mereka.

Regulasi dan Kesadaran: Kunci Keberhasilan Jangka Panjang

Meskipun proyek rewilding ini menjanjikan, regulasi yang lebih ketat dan kesadaran yang lebih tinggi sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang. Tim Schwab, pemilik perusahaan penyelaman di Phuket, melihat sendiri perubahan di terumbu karang selama 30 tahun terakhir.

Dia melihat peningkatan populasi hiu bambu, namun juga menekankan pentingnya pendidikan bagi perusahaan wisata dan regulasi yang lebih baik di zona penangkapan ikan. “Proyek rewilding adalah awal yang baik, tetapi Anda membutuhkan lingkungan yang memungkinkan mereka untuk berkembang,” katanya.

Upaya konservasi seperti penutupan sementara Maya Bay di Kepulauan Phi Phi menunjukkan bahwa intervensi pemerintah yang tepat dapat membantu memulihkan ekosistem laut. Setelah ditutup sementara untuk pemulihan, populasi hiu karang sirip hitam (Carcharhinus melanopterus) meningkat secara signifikan.

Oceans for All berencana untuk membuka coral farm di Phuket, sementara StAR berencana untuk membuka nursery hiu macan tutul kedua di Teluk Thailand. Tujuannya jelas: membantu hiu-hiu Thailand berkembang pesat.

Masa Depan Laut Thailand: Lebih dari Sekadar Ikan dan Karang

Intinya, upaya rewilding ini bukan hanya tentang menyelamatkan spesies tertentu. Ini tentang membangun ekosistem laut yang sehat dan seimbang, di mana hiu memainkan peran penting. Dengan dukungan komunitas lokal, hotel-hotel, dan pemerintah, masa depan laut Thailand terlihat lebih cerah. Kalau bukan kita yang jaga, siapa lagi? Ingat, laut bukan hanya tempat liburan, tapi juga rumah bagi banyak makhluk hidup yang membutuhkan perlindungan. Jadi, yuk, mulai peduli dari sekarang!

Previous Post

Joyner Lucas Rilis “ADHD 2” dengan Daftar Kolaborasi Bintang, Siap Guncang Industri Musik

Next Post

Komnas HAM Tekankan Urgensi HAM dalam Revisi KUHAP

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *